Sekalipun merupakan jenis manusia yang terdidik, khususnya dalam ilmu keagamaan, sistem perbudakaan tetaplah mendefinisikan dirinya sebagai properti, barang kepemilikan. Sebagai barang kepemilikan, budak tidak merdeka untuk hidupnya sendiri. Ia hanya (bertahan) hidup menurut kehendak tuannya.Â
Pada usia remaja, ketika Nat mulai dikenal sebagai pendeta yang bagus, ia jatuh cinta pada seorang budak yang kemudian menjadi istrinya, Cherry. Cherry dibeli oleh tuannya dan dihadiahkan untuk adik perempuannya. Mereka kemudian menjadi keluarga baru.Â
Di masa telah menjadi kepala rumah tangga, momen tragis datang lagi menghampiri dan membentuk benih-benih pemberontakan.Â
Peristiwa pertama, kekejian--diperkosa dan disiksa-- yang menghantam istrinya. Cherry saat itu sedang mengambil air di sumur yang terletak agak jauh dari rumah induk. Dia ditemukan oleh tiga pengawas budak yang dulu hendak menangkap ayah Nat ketika mencuri beberapa kaleng makanan. Kedua, saat Nat diajak pemilik budak yang lain untuk mengkhotbahkan sikap-sikap patuh dan tabah serta penuh pengabdian kepada sesama budak yang sudah diperlakukan sebagai binatang peliharaan. Â Tegas kata, oleh kuasa perbudakan, "agama ditundukan" lewat lidah Nat.Â
Nat sendiri pernah juga pernah disiksa tuannya. Dicambuki di depan ibu dan neneknya. Namun ia hadapi semua dengan ketabahan yang senyap.
Sebelum hari pemberontakan terjadi, Nat sudah meyakini dirinya sebagai "pengejawantahan Spirit Suci" dan memiliki visi masa depan. Dengan maksud lain, bisa dikatakan jika Nat telah mendefinisikan kehadirannya sebagai Sang Pembebas. Ia wakil yang akan membawa "cahaya cerah" bagi saudaranya. Ia yang akan menghancurkan rantai-rantai yang membelenggu kemerdekaan manusia dari penjara rasialisme.
Puncak dari kemarahan terhadap penistaan manusia oleh sistem perbudakan itu adalah Nat mulai mengorganisir sesama budak yang sudah di mampu menanggung siksa politik rasialisme yang melanggengkan sistem perbudakan tersebut. Nat memilih menafsir firman Tuhan dengan spirit yang menentang sistem itu. Semacam metode "Black Theology" yang menciptakan "kontradiksi internal" walau tak sampai menggulingkannya. Â
Pemberontakan Nat, dkk-nya, di bulan Agustus 1831, itu dimulai dengan membunuh tuan-tuan mereka. Dilaporkan sekitar 55-60 orang terbunuh. Pemberontakan ini tidak bertahan lama, hanya dalam beberapa hari sudah boleh dipadamkan. Nat sendiri hanya mampu bertahan sekitar dua bulan sebelum dieksekusi hukuman gantung di depan khalayak. Hukuman yang sekaligus sebagai pesan peringatan.
Film dan Pembacaan Luka Sejarah
BoN yang dirilis tahun 2016 adalah film biopic yang menceritakan salah satu episode tragis yang menyertai sejarah pelahiran bangsa Amerika Serikat. Tentu saja, praktik rasialisme melalui mekanisme sistem perbudakan yang melahirkan pemberontakan tidak khas seorang Nat. Dalam sejarah, budak pertama yang memberontak adalah Spartacus. Ia menentang sistem perbudakan di era imperium Romawi.Â
Pun di masa lalu Amerika Serikat sebelum modern, sebelum Nat Turner's Rebellion, ada empat kisah pemberontakan hebat. Yakni Stono Rebellion (1739), The New York City Conspiracy (1741), Gabriel Conspiracy (1800), dan German Coast Uprising (1811). Dan tentu saja, BoN bukan pertama atau bahkan satu-satunya yang berani menceritakan sebuah era kelam dimana manusia tidak lebih baik dari binatang peliharaan.Â