Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Dua Senjata Nyonya Tua dan Matinya Alien Barcelona

20 April 2017   10:42 Diperbarui: 29 April 2017   12:51 2259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesudah kalah di final tempo hari, Allegri datang dengan taktik yang kini menjadi pakemnya, 4-2-3-1. Taktik ini membuat Juventus bermain dengan 5 gelandang yang agak padat di tengah. Dua jangkar Pjanic dan Khedira serta tiga gelandang serang yang mampu menjaga marking kala ditekan, Mandzukic, Dybala, dan Cuarado.

Di belakang, Alves di kanan dan Alex Sandro di kiri dipaksa lebih focus pada disiplin bertahan, bahkan Alves beberapa kali “main injak kaki” untuk menghentikan saudara sebangsanya, Neymar. Bonucci dan Chiellini adalah dua menara kembar yang menghadirkan ketenangan lebih baik ketimbang Pique dan Umtiti.

Juventus memang kalah penguasaan bola, 60% berbanding 30%. Tapi dalam bahasa Ruud Gullit, ngapain ente orang main indah kalau kalah?

Atau, sebagai fans Barcelona, Anda akan bilang Juventus hanya lebih beruntung?

Heloooo. Memangnya berapa kali sepakan trio MSN yang bikin Super Buffon pontang-panting? Sory, Coi, seingat saya tidak sampai lima kali! Selebihnya ketemu tembok tebal, memantul, corner kick, atau entah kemana.

Messi bahkan harus tiba di tanah dengan kepala lebih dulu hingga membuat gambar biru di bawah mata kiri seolah habis dipukul. Suarez? Wahai, ia hanya bisa berlari diantara dua menara pengawas yang menguncinya dengan dingin. Hanya Neymar yang, yah, agak mendinganlah. Sayang, ia masih kalah ilmu melawan Dani Alves.

Singkat kata, opsi 4-2-3-1 Allegri adalah Anti-Barcelona yang tepat, paling kurang hingga tadi subuh. Dengan bahasa lain, Allegri sudah berhasil memberi filosofi dan identitasnya kepada Juventus paska Conte.

Kedua, kepercayaan diri dan disiplin pada filosofi Italia.

Bagi saya, Barcelona tetaplah tim terbaik di dunia sejak dilatih oleh Riijkard, diteruskan Pep Guardiola dan Luis Enrique.

Barcelona bukan saja bermain indah namun juga mengerikan. Fondasi total football yang diletakkan Cruyff menemukan bentuk sempurnanya dalam tiqui taca lewat tiga ahli taktik tersebut dan membawa sepakbola Spanyol menjadi penguasa Eropa. Bukan saja Barcelona, tetapi juga berefek pada prestasi tim nasional.

Karena itu, menghadapi tim yang pernah disebut seperti “alien”, tim manapun akan diidap perasaan cemas sebelum bertanding.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun