“Nyonya, sudah beres. Bersih dan cepat.”
“Segera pergi dari kota ini. Jangan lupa bereskan Atmo.”
“Siap Nyonya.”
Selesai. Aku puas. Aku masihlah tegak sebagai kuasa yang tidak boleh ditentang keputusan-keputusannya. Aku tak pernah percaya cinta kepada kehidupan. Bahkan terhadap darah dagingmu, jiwa muda yang jangan pernah kau berikan kebebasan untuk mengambil resikonya sendiri!
Selamat jalan Iasha, Daniel. Kalian seharusnya memikirkan bahayanya lepas dari kemalangan. Sesungguhnya kemalangan lain sedang menanti.
Dooor!!
Kita akan segera bertemu. Kita akan bercakap-cakap lebih lepas, lepas dari dunia yang terus menguji kita dengan rasa sakit dan kecemasan.
Tak usah jeri Iasha dan Daniel, kalian akan datang tanpa kepala, aku dengan kepala yang pecah. Di matanya yang terbelalak, Atmo akan merekam semuanya.
***
*) Ditulis sesudah menikmati film lawas dalam negeri, Mekar Diguncang Prahara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H