Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta, Ia yang Membunuhmu

30 September 2016   11:18 Diperbarui: 30 September 2016   16:05 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak kukira kau sebegitu tabah.

“Mencintai terkutuk politik sepertiku lebih berbahaya dari menjadi pengikut ajaran sesat, kau tahu?”

Tanya ini yang mula-mula kau ajukan. Tapi kutelah merelakannya.

“Jatuh cinta itu takdir, kita tak pernah bisa lari darinya,” pesanku tegar.

Kau adalah cahaya dalam gelap resah petani.

Pribadi penuh kasih yang menjadi sandaran harap mereka. Petani, entah mengapa, selalu saja tergambar sebagai barisan orang-orang kusam yang menikmati hidupnya dengan keluguan dan sikap mudah percaya. Namun ketika terluka dan marah, bahkan seribu pasukan khusus dari perang Napoleon tak bisa menunda ledaknya.

Tapi kau, sebentar saja bisa menenangkan. 

***

“Olga, kau dipanggil. Segera ke ruang Direktur. Ada operasi.”

Langkahku bergegas ke ruang kedap suara, menelusuri koridor-koridor hening yang bahkan lalat terbang bisa segera terdeteksi, sebelum tiba padanya. Ruang yang menurut cerita orang-orang di luar sana, mereka yang berpikir bisa menikmati hidup senang-senang dengan menjadi sumber informasi A1, tersimpan uang yang tak memiliki nomornya. Uang yang tiada habis-habisnya untuk membeli apa saja.

“Siap Pak,” kataku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun