Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Belajar dari Dua Peristiwa Mempertahankan Hidup

4 September 2016   11:28 Diperbarui: 4 September 2016   15:55 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kakek ini masih kuat ya. Berapa kira-kira umurnya? 80 tahun adalah?" tanya si ibu lagi. Kagumnya bertambah.

"Bisa lebih dari 80 tahun. Kakek ini juga berladang jauh dari kampungnya," terang si supir.

Saya menoleh ke belakang. Kakek itu tenggelam di balik jok tengah. Agak mendongak sedikit, saya lihat dia tersenyum. Pakaian dan tubuhnya saja yang terlihat lusuh, semangatnya tidak. Saya lihat itu di matanya. 

Tiba di Kereng, kami semua bergegas keluar untuk makan. Si kakek masih duduk di belakang. Ia terlihat bingung. 

"Mau singgah makan sebentar ya Kek," kata supir dalam Bahasa Dayak. Si kakek terus ikut turun tapi tidak masuk ke warung makan. Ia hanya duduk di dekat parkiran mobil. Si Bapak yang duduk di kursi depan membelikannya sebotol aqua dingin. Saya melihatnya dari jauh, haru. Sebagai sesama penumpang, kita masih sudi berbagi ruang dan kebaikan.

Peristiwa Kedua.

Sesudah mobil diparkir benar di halaman warung, saya keluar dan menyeberang jalan, mencari kios kecil. Saya masih kenyang jadi sebaiknya membeli camilan dan air minum dingin.  Tiba di warung, saya membayar nescafe dingin, dua bungkus kacang garing dan korek gas. Lantas kembali ke halaman warung makan.

Di depan warung, ada lima orang gadis dengan setelan biru yang lengannya buntung dan roknya di atas lutut. Wajahnya dirias meriah. Mereka kelihatan berbeda sendiri dibanding penampilan para penumpang dan supir yang singgah makan. Mereka Sales Promotion Girl (SPG). Salah satunya menunda langkah saya yang baru selesai menyeberang jalan.

Sumber: dahlandani.com
Sumber: dahlandani.com
"Bang, beli rokoknya ya," pintanya. Jarak kami hanya dipisah satu lengan. 

"Saya sudah punya rokok," sambil menunjukan sebungkus Sampoerna Mild merah.

"Beli juga yang ini ya, Bang," katanya membujuk. Kali ini dengan menyerahkan sebungkus rokok. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun