Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Menulis itu Menolak Menyerah!

7 Agustus 2016   22:05 Diperbarui: 8 Agustus 2016   05:34 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya membayangkan sebuah kesatuan lingkungan hidup dimana manusia memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Saya membayangkan sedang berada dalam satu kesatuan lansekap yang akan mengalami masalah yang lebih serius di masa depan dimana generasi yang hari ini masih boleh menjala ikan di tepian dan menggali emas di bagian hulu sudah tiada semua. Sementara anak cucu generasi mereka tentu harus hidup dengan warisan yang bisa jadi terlanjur rusak. Gambaran Margio,  Komar bin Syueb, Anwar Sadat, Nuraeni yang menjadi “sumbu cerita” dalam novel Eka terbenam seketika.

Hingga akhirnya perahu ces itu membawa kami tiba di dermaga tujuan.

Saya mengambil tas panggul, meniti pelan batang kayu hingga tiba di darat dan berjumpa dengan jalan desa yang belum diaspal sehingga ketika masuk kemarau debunya terbang kemana angin berhembus. Saya terus berjalan pelan menuju rumah singgah yang telah kami inapi tiga tahun terakhir.

Tiba di rumah singgah, setelah melepas tas, barulah rasa penat itu menunjukkan kehadirannya. Satu solusi otomatis menyembul seketika: tindakan untuk mengurai kehadirannya adalah segera mandi tentu dengan berkeramas. Tapi sebelum mandi berwujud, saya mengecek perkembangan di social media. Lagi pula, saya mendadak berkeringat.

Sesudah mandi yang lumayan menyegarkan tubuh terhadap penat pelayaran selama tujuh jam, saya baru mencari kembali cahaya-cahaya ide yang begitu benderang ketika menutup lembar terakhir Lelaki Harimau. Ternyata tiada mudah. Mereka telah pergi seolah kunang-kunang yang tak lagi kembali pada hutan-hutan yang tutupannya menganga.

Tapi saya tidak mau menyerah begitu saja. Laptop tetap saya nyalakan dan menulis beberapa anak kalimat dengan harapan dapat menjadi perangsang di lembar putih Microsoft Word. Berharap cahaya-cahaya ide itu bisa kembali dan menyala di benak.  Masih juga tidak mudah.

Saya memilih berhenti sebentar, ada rasa jengkel yang kini tumbuh menambah kesulitan memulai menulis. Sementara di saat bersamaan, tekad untuk menghasilkan tulisan terus saja mendesak-desak.

Hal berikut yang datang kemudian, sebagai pelengkap kesulitan menarik kembali cahaya-cahaya ide dan kalimat-kalimat perangsang yang terbiar di lembar putih halaman Microsoft Word, adalah keinginan untuk tidur. Kombinasi mereka bertiga ini segera saja membawa saya berhadapan dengan kemungkinan jalan buntu menulis. Tapi saya beryukur karena tekad itu kini ganti mengejek: masa menulis harus kalah sama ide yang lepas dan penat yang merayu-rayu untuk tidur?

Saya terus ingat pada sungai, menulislah seperti air. Mengalir saja. Hanya perlu temukan "mata airnya". Tidak perlu dibebani macam-macam. Bebaskan saja kata-kata menyusun ceritanya tanpa kategori-kategori yang membuatnya terseok-seok melangkah.

Jadi saya menyusun saja kalimat pembuka yang menjadi “mata air” kemudian menumpahkan segala rasa dan endapan ingatan atas peristiwa yang dialami sepanjang hari ini dengan kalimat-kalimat yang bernada curhat. Saya menulisnya pelan-pelan seperti sedang berbicara di depan cermin, sedang monolog di kamar mandi. Seperti sedang bicara pada wajah sendiri yang sedang cemas, khawatir saya menyerah dalam menyusun sebuah cerita.

Sebab cerita bisa dimulai dari mana saja, walhasil, jadilah “catatan harian ini”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun