Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendialogkan "Pengakuan" Anton Chekhov

16 Juni 2016   11:46 Diperbarui: 16 Juni 2016   13:17 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada bulan April 2016, Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) menerbitkan cetakan kedua kumpulan cerpen berjudul Pengakuan yang berisi cerpen-cerpen oleh Anton Chekhov. Cerpen-cerpen yang langsung dari bahasa Rusia oleh Koesalah Soebagio Toer, adik kandung dari sastrawan besar Pramoedya Ananta Toer.

Dalam pengantar yang ditulis Koesalah ada dua hal yang menarik untuk dijadikan catatan, setidaknya menurut saya. Pertama, pria bernama lengkap Anton Pavlovich Chekhov (1860-1904) yang kemudian dikenang sebagai raja cerita pendek Rusia berlatar pendidikan formal kedokteran. Selama masa perkuliahan ia sering mengirim cerpen dan humor ke majalah untuk membantu keluarganya. Boleh jadi, jiwa kesustraan Chekhov mulai dibentuk dalam periode ini. Sekali lagi dari latar ini, tidak ada hubungan otomatis antara pendidikan formal dan keahlian tertentu. Kedua, yang paling penting, didorong oleh jiwa kesusastraannya, Chekhov berkunjung ke “tempat dimana penderitaan tak tertanggungkan”. Tempat itu adalah Pulau Sakhalin (Saghalien), tempat pembuangan dan kerjapaksa ciptaan Tsar Rusia pada 1890. Bagi Chekhov, demikian kata Koesalah, seorang sastrawan harus mengambil bagian dalam kehidupan masyarakat, terutama masyarakat yang menderita. (hal X, paragraf 2-3).

Terbitan KPG cetakan kedua ini, termuat dua puluh empat cerpen dan berasal dari periode 1880an dari kepengarangan Chekhov. Secara sengaja, Koesalah memilih menerjemahkan tema-tema seputar kemunafikan, kecenderungan memanipulasi orang lain, serta praktik korupsi dan penjilatan. Tema-tema ini merupakan sebagian masalah yang dihadapi masyarakat Rusia menjelang Abad XX. (hal XII).  

Satu cerpen yang saya tuliskan lagi hasil pembacaannya adalah Pengakuan. Walau begitu, saya juga menyukai Munafik (yang menjadi pembuka kumpulan cerpen), Kegembiraan juga Di Kedai Cukur. Ada juga Wanita dengan Anjing (hal 12-38)  yang terkenal itu namun belum saya baca dengan baik. Sebagian besar memang belum saya tamatkan. Pelan-pelan saja, cerpen tidak bisa dinikmati selekas membaca status facebook atau ciutan di twitter.    

Mari menyimak "hasil pembacaan" saya atas Pengakuan, tentu bila K'ers sudi.

Pengakuan: Sosok Grigorii Kuzmich, Jaring Korupsi dan “Masyarakat yang Sakit”

Grigorii Kuzmich, demikianlah nama tokoh Chekhov kali ini. 

Seorang pekerja yang sebelumnya jujur, baik-baik dan terhormat di mata orang banyak tiba-tiba seperti memandang sekitarnya dengan kacamata merah muda: semua orang berubah, menjadi lebih manis dan hormat kepadanya. Sebelum itu, Grigorii persis seperti seonggok kotoran atau daging busuk di tepi jalan yang becek sepanjang tahun. Kini tidak lagi. Grigorii telah naik pangkat menjadi kasir, posisi yang memungkinkan ia mengakses uang dalam jumlah besar. Karena itu ia juga bisa “membayar kesenangan”. Inilah pangkal yang membuat semua orang mendadak terlihat “merah muda”.

Saudara lelakinya yang sangat membenci Grigorii tetiba menjadi hangat, menyesali pertengkaran mereka, mengaku mencintainya lalu menutup suratnya dengan permintaan “kirimkan seratus rubel”. Perempuan yang menolak cintanya pun sama. Tetiba saja melihat Grigorii sebagai lelaki rupawan seminggu sesudah pengangkatan. Sebulan kemudian, ibu si perempuan telah menjadi mertuanya. Wahai, hidup lekas sekali berbalik arah Grigorii!! Bahkan di rumah, ibu dan ayahnya pun telah berubah perilaku serupa orang mendadak kaya.

Mereka tidak lagi memandang dirinya sebagai ikan kecil yang boleh dibanting kesana sini oleh arus besar atau dimakan sekalian oleh ikan besar. Grigorii kini adalah bagian dari ikan besar. Tapi sampai kapan kau berjaya dengan jalan pintas nan haram, Grigorii?

Petaka itu akhirnya datang. Sesudah semua pelayanan atas kesenangan terpenuhi, mereka yang menikmati hasil korupsi Grigorii kemudian menggosipkan dirinya. Puncaknya adalah sebuah pesta mewah yang menjadi ajang “pamer atribut tubuh dan pelampiasan kenikmatan”. Mereka yang menyanjung dan bermanis-manis kini menyebut dia sebagai koruptor, bajingan. Menjelang bubar pesta, mereka mengatakan jika akan dilakukan inspeksi mendadak pada esok hari. Barulah Grigorii meyakini kalau posisi sebagai kasir hanya dimanfaatkan untuk menikmati perburuan kesenangan. Dirinya hanyalah tumbal. Sungguh ikan kecil yang lalai.

Membaca Pengakuan, Mendialogkan Diri

Pada cerpen Pengakuan Anton Chekhov, saya merasa bisa berdialog diri pada hidup hari ini. Cerpen yang bisa menjadi cermin. Apa saja dialog diri yang bisa digali itu?

Misalnya, pada narasi praktik korupsi. Posisi Grigorii, dapat kita sebut sebagai cabal (proxy) korupsi. Cabal merujuk pada jejaring korupsi berlapis dimana unit-unit pelaku korupsi saling tersambung dalam perintah, modus operasi dan pembagian hasil.  Inilah struktur korupsi yang membuat penyelidikan penegak hukum tidak bisa berlangsung lekas-lekas. Grigorii yang menjadi tokoh utama dalam Pengakuan merupakan jejaring korupsi yang bertindak sebagai operator langsung dari aksi. Sebagai unit terdepan dan tampak dari penyalahgunaan jabatan dan kuasa (abuse of power). 

Selain berdialog dengan karakter Grigorii yang membawa kita pada pengertian tentang cabal, Pengakuan juga adalah cara Chekhov menggambarkan hidup masyarakat Rusia yang terjebak pada pendewaan jabatan dan materi serta pemujaan kesenangan. Masyarakat seperti ini sedang menuju kematian prinsip moral. Paling kurang, masyarakat yang sedang sakit. Dalam bahasa Chekhov, masyarakat yang busuk dan muram.

Perubahan sikap yang mendadak dari orang-orang terdekatnya juga mereka yang dulu memandangnya sebelah mata (: ikan kecil) karena melihat kenaikan jabatan menjadi kasir adalah peluang untuk memfasilitasi pemujaan materi dan kesenangan. Grigorii hanyalah fasilitas untuk mencapainya. Mereka memanipulasi kesadaran Grigorii, menguras sumberdaya keuangan secara haram, lalu membiarkannya menjadi hancur bersama ratusan ribu rubel yang sudah dinikmati. Betapa busuknya masyarakat yang seperti ini.

Hal lainnya adalah ketiadaan kekukuhan moral di masyarakat yang menjadi lingkaran terdekat hidupnya juga mendorong Grigorii terjerembab dalam realisasi diri yang celaka. Ia bukan tidak mengetahui perubahan sikap yang hanyalah kamuflase demi mendapat manfaat material. Ia paham tapi malah memilih melayaninya demi bisa dianggap dan diterima; perasaan naik kelas yang ganjil. Grigorii akhirnya juga menjadi bagian yang sakit seperti masyarakatnya. Grigori memilih menghancurkan penilaian dirinya sebelum menjabat kasir sebagai manusia baik dan terhormat, walau tidak berlimpah. Kehendak korupsi telah menghancurkannya dalam seketika. Hancur dalam kesendirian. Duh.

Demikianlah beberapa “dialog diri” yang boleh diperoleh dari Pengakuan karya Anton Chekhov. Barangkali dengan “ngaji cerpen Chekhov” di bulan Ramadan, kita boleh menyadari kecenderungan merusak (dhaif) dalam diri sendiri seperti sosok Grigorii Kumzich. Sekaligus juga berhati-hati dengan dunia sosial yang kita hidupi. Jangan-jangan mulai membusuk dan suram sementara kita masih terus tertidur lalai di dalamnya. Ikut musnah semusnah-musnahnya. Tragis!

Salam Setengah Hari.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun