Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendialogkan "Pengakuan" Anton Chekhov

16 Juni 2016   11:46 Diperbarui: 16 Juni 2016   13:17 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Membaca Pengakuan, Mendialogkan Diri

Pada cerpen Pengakuan Anton Chekhov, saya merasa bisa berdialog diri pada hidup hari ini. Cerpen yang bisa menjadi cermin. Apa saja dialog diri yang bisa digali itu?

Misalnya, pada narasi praktik korupsi. Posisi Grigorii, dapat kita sebut sebagai cabal (proxy) korupsi. Cabal merujuk pada jejaring korupsi berlapis dimana unit-unit pelaku korupsi saling tersambung dalam perintah, modus operasi dan pembagian hasil.  Inilah struktur korupsi yang membuat penyelidikan penegak hukum tidak bisa berlangsung lekas-lekas. Grigorii yang menjadi tokoh utama dalam Pengakuan merupakan jejaring korupsi yang bertindak sebagai operator langsung dari aksi. Sebagai unit terdepan dan tampak dari penyalahgunaan jabatan dan kuasa (abuse of power). 

Selain berdialog dengan karakter Grigorii yang membawa kita pada pengertian tentang cabal, Pengakuan juga adalah cara Chekhov menggambarkan hidup masyarakat Rusia yang terjebak pada pendewaan jabatan dan materi serta pemujaan kesenangan. Masyarakat seperti ini sedang menuju kematian prinsip moral. Paling kurang, masyarakat yang sedang sakit. Dalam bahasa Chekhov, masyarakat yang busuk dan muram.

Perubahan sikap yang mendadak dari orang-orang terdekatnya juga mereka yang dulu memandangnya sebelah mata (: ikan kecil) karena melihat kenaikan jabatan menjadi kasir adalah peluang untuk memfasilitasi pemujaan materi dan kesenangan. Grigorii hanyalah fasilitas untuk mencapainya. Mereka memanipulasi kesadaran Grigorii, menguras sumberdaya keuangan secara haram, lalu membiarkannya menjadi hancur bersama ratusan ribu rubel yang sudah dinikmati. Betapa busuknya masyarakat yang seperti ini.

Hal lainnya adalah ketiadaan kekukuhan moral di masyarakat yang menjadi lingkaran terdekat hidupnya juga mendorong Grigorii terjerembab dalam realisasi diri yang celaka. Ia bukan tidak mengetahui perubahan sikap yang hanyalah kamuflase demi mendapat manfaat material. Ia paham tapi malah memilih melayaninya demi bisa dianggap dan diterima; perasaan naik kelas yang ganjil. Grigorii akhirnya juga menjadi bagian yang sakit seperti masyarakatnya. Grigori memilih menghancurkan penilaian dirinya sebelum menjabat kasir sebagai manusia baik dan terhormat, walau tidak berlimpah. Kehendak korupsi telah menghancurkannya dalam seketika. Hancur dalam kesendirian. Duh.

Demikianlah beberapa “dialog diri” yang boleh diperoleh dari Pengakuan karya Anton Chekhov. Barangkali dengan “ngaji cerpen Chekhov” di bulan Ramadan, kita boleh menyadari kecenderungan merusak (dhaif) dalam diri sendiri seperti sosok Grigorii Kumzich. Sekaligus juga berhati-hati dengan dunia sosial yang kita hidupi. Jangan-jangan mulai membusuk dan suram sementara kita masih terus tertidur lalai di dalamnya. Ikut musnah semusnah-musnahnya. Tragis!

Salam Setengah Hari.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun