Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Tetap Slow" dalam Gaduh Politik

20 April 2016   09:04 Diperbarui: 20 April 2016   12:08 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Muak dengan kelahi politik yang begitu-begitu melulu, pindah baca puisi yang mendayu-dayu. Bosan dengan puisi mendayu lebay, pindah saja baca isu-isu kesehatan mutakhir biar tetap waras. Jenuh dengan kabar kesehatan yang makin mahal, pindah saja ke isu-isu teknologi, barangkali ada yang menulis kalau ramai-ramai politik yang dangkal sebenarnya adalah bentuk tersembunyi teknologisasi politik dari kepentingan besar yang tidak terpantau...eeeh..ke politik lagi...

Intinya kita yang memilih menjadi prosumen atau tidak, simple. Piye jal? Kira-kira setuju?

Siip. Eh, sebentar coi, sebelum menutup ini barang saya teringat satu hal. Diingatkan sama Om Ignas Kleden. Katanya begini.

Ada beda mendasar antara diskusi dan ngobrol. Diskusi adalah mengerjakan gagasan. Artinya gagasanmu dan gagasanku dipertarungkan untuk menyusun gagasan baru. Sementara ngobrol adalah bermain dengan gagasan, kau memainkan idemu, aku memainkan ideku, maka kita tidak tiba pada ide yang baru. 

Rasanya akan bagus sekali jika didepan kontroversi politik, yang dilakukan adalah mengerjakan gagasan bersama dari bermacam sudut pandang. Jadi yang dilahirkan adalah gagasan bersama yang berdiri di posisi warga bukan posisi terbelah sebagai pendukung atau penelikung. Kalau pun gagal bersenggama gagasan, yah paling tidak kita tahu sisi yang tidak membolehkan saat ini bersetubuh ide. Ide, bukan perasaan. Hmmm, tapi rasanya naif ya berharap kayak begini.

Atau kalau tidak memungkinkan, ngobrol aja deh, main-main sama gagasan. Bermain gagasan itu sah-sah saja kok, yang bina-sah tuh memainkan perasaan. Jadi mari kita ngalor ngidul kesana kemari, putar kanan, putar kiri hingga pusing beramai-ramai di depan politik. Sebagai kode etiknya, karena ini prinsipnya bermain-main, maka bila ada yang pusingnya sampai memuntahkan hatinya sendiri jangan lekas-lekas menuduh kena santet. Oke? Cateet!!

Pendek kata, tetap slow coi. Kecuali kita memang tim sukses. 

Mandi ah, selamat pagi. 

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun