Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mimpi dari Masa Lalu, Sedikit Catatan

18 April 2016   05:35 Diperbarui: 18 April 2016   23:19 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dia sering menjadi asisten yang menyiapkan beberapa perlengkapan ketika kami mengadakan pertemuan dan menyusun rencana-rencana komunitas. Lambat laun dialah yang meneruskan proses belajar ini sementara saya sudah pindah urusan. Agar kelihatan keren, sering saya bilang pindah urusan ini pertanda naik kelas, ciaaah.

Dalam irama belajar pada teman-teman tuna netra, kami sering berbagi makan, bukan sekedar berbagi cerita. Saat-saat ini saya sudah mulai jenuh dengan ritus akademik yang kebanyakan mulai mereproduksi rutinitas ketimbang pembelajaran.

Apalagi ketika saya sudah bisa memperoleh uang dari keringat sendiri, proses makan-makan menjadi sering pindah-pindah warung di tanggal muda. Kalau tanggal menua, gantianlah. Ahai.

Pada teman yang satu ini, sekitar sewindu saya tidak tahu kabar beritanya. Baru-baru ini saja saya tahu ia sedang melanjutkan studi magister di salah satu kota besar di pulau Jawa. 

Ketiga, nah ini yang masalah. Bukan karena pengalaman buruk masa lalu yang terlipat dalam endapan ingatan sehingga saya tidak mau bercerita. Tapi karena saya lupa mimpinya persis seperti apa, wakakakak. Ini penggalan mimpi yang hilang di ruang sadar. Hadoh.

Gegara mimpi yang melempar saya ke beberapa tahun ingatan dari riwayat biografis, saya jadi bertanya, mengapa harus datang mimpi seperti ini?

Jika mimpi adalah kehendak yang gagal direalisasi dalam kenyataan karena itu ia mengendap dalam bawah sadar lantas memunculkan dirinya dalam mimpi, saya sedang tidak memiliki kehendak begitu.

Apalagi sekarang ini saya sedang belajar untuk menerapkan sejenis “strategi hidup sehari-hari” (serius sekali, weeeks). Inspirasinya pertama kali saya temukan dalam novel Rahasia Meede karya E.S Ito yang disebut-sebut sebagai “reinkarnasi Pramoedya” dalam generasi penulis masa kini.

Dalam Rahasia Meede ada satu tokoh yang menerapkan prinsip hidup adalah hari ini, kini dan di sini. Prinsip yang sangat khas kaum jelata. Karena prinsip seperti ini juga, tokoh ini digambarkan selalu segar seolah selalu terlahir kembali dan tak murung dalam beban-beban masa lalunya.

Inspirasi kedua, berakar pada cara pandang yang lebih rumit, saya menemukan padanan filosofisnya pada si lelaki berkumis tebal dari German. Lelaki yang dibenturkan oleh pengalaman sakit (fisikal) dan mencari pengobatan sendiri hingga menjadi tabib atas dirinya sendiri.

Lelaki ini berpesan kalau hidup manusia harus selalu menyiapkan diri terbuka pada benturan-benturan pengalaman baru sekaligus menggunakan itu sebagai energi baru untuk “terlahir kembali”. Jangan memenjara diri pada romantisme sekaligus pada idealisasi masa depan yang selalu tidak bisa dikendalikan. Saat bersamaan jangan pula kehilangan pegangan atas nilai-nilai yang diyakini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun