Dan nasehat tambahannya adalah jangan membaca kisah Po sebagai hero serupa Superman atau Spiderman. Dalam tubuh Po, narasi yang hendak dipesankan adalah kisah yang mirip dengan "keheroan Asterix". Ada ulasan yang asik sekali tentang sosok Asterix pernah ditulis Goenawan Mohamad (GM).Â
Kata GM begini, Asterix berbeda dari para superhero produk Amerika. Superman, Batman, apalagi Captain America, adalah pendekar yang terlampau serius dengan kepahlawanan mereka sendiri. Para penciptanya mengkhayalkan manusia yang serba dahsyat—seperti para penggambar itu belum pernah kecewa dalam mempercayai sesuatu dan memuja sesuatu.
Artinya pada Asterix yang melawan imperium Romawi dalam narasi René Goscinny dan Albert Uderzo, tidak ada tampang ganteng atau karakter pribadi yang kharismatik adimanusiawi. Sama juga, yang banyak kita temui dalam Po adalah penyimpangan dari karakter dominan superhero produk Amerika sebagaimana keterangan GM.Â
Singkat kata, siapa saja bisa menjadi "hero" sejauh ia memahami dirinya sebagai subyek atau diberikan kesempatan menjadi subyek bersama subyek-subyek lain dalam hidup bersama. Tidakkah begitu, cooi?
Kung fu Panda 3 bukan sekadar kisah dunia binatang, bagi saya.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H