Eh, tetiba di luar hening. Petir berhenti. Hujan mereda. Langit kembali tersenym cerah.
Selekas petir saya mengambil arit dan topi. Menyelipkan karung goni dan menaiki sepeda ontel peninggalan ayah yang sudah lama mati. Wahai padi, saya pergi untuk membawamu ke rumah, menemani hari-hari yang mensyukuri rezeki. Kita adalah kesetiaan yang bekerja keras menghadapi musim-musim yang meringis, padi. Kita adalah pensyukur rezeki yang tidak ongkang-ongkang kaki.
Tunggu saya di petak-petak mimpi kita, padi!
[Sementara menanti reda hujan]
***
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!