Di Chelsea, tentu saja situasinya berbeda. Uang mungkin lebih tersedia tapi rasanya tekanan kompetisi Barclays Premier League juga lain. Lagi pula komposisi Chelsea saat ini juga sudah banyak bintang dengan talenta yang bervariasi oleh irisan kultur sepakbola: Inggris-Spanyol-Belgia. Chelsea bukan klub medioker seperti sebelum diambilalih si taipan Rusia.
Dalam tahap-tahap awal Conte tentu harus melewati proses adaptasi dengan cepat, khususnya secara komunikatif (bahasa) dan mendalami kultur sepakbola non Italia mengingat ini klub besar pertama non Serie A yang dilatihnya. Kick and Rush Britania jelas berbeda dengan sepakbola Italia yang menekankan pada segi taktik (kata Evra sih) dan cenderung membosankan serta terlalu banyak bermain opera di lapangan hijau, hihihi. Satu lagi, Conte rasanya juga harus mempelajari sejarah pendekatan (gagal dan berhasinya) sepakbola Italia  yang pernah dicobakan di Inggris sebelum dirinya datang.
Pokoknya saya berharap Conte dalam tantangan pertamanya melatih klub besar di luar tanah Italia ini bukanlah perjudian yang membuatnya gagal dan terpuruk. Kebiasaannya berteriak sepanjang pertandingan dari pinggir lapangan semoga membuat Fabregas, dkk terus berlari-berlari-berlari dan membuat gol, menang serta meraih gelar. Kalau hanya berlari-berlari-berlari, kalah dan tanpa gelar, maka Conte hanya akan serupa kentut di bawah hingar bingar Inggris.
Intinya selamat datang di tanah Britania, Om Conte. Mulai musim depan, saya ikut ngefans Chelsea. Suer!Â
Selamat malam, makan doloooo pemirsa.
Bravo Juventus!!
***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI