Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[Humor] Pesan Nenek di Hari Senin

22 Februari 2016   18:42 Diperbarui: 22 Februari 2016   20:36 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadi hitam dan merah pada kalender dalam sistem kerja industrial yang membuat bekerja sebagai beban itulah sumber kutukannya. Dan selama para penguasa dan calon penguasa negeri masih mengamini Francis Fukuyama dengan the End of History and the Last Man-nya, maka percayalah kutukan hari Senin tidak pernah berakhir!

Lah, terus? Apa guna menulis soal hari senin, tanggal merah dan hitam pada kalender, waktu industrial hingga menyebut kutukan dan penyembuhan, bukan pembebasan, kalau pada dasarnya para penguasa telah memiliki otak yang dikloning dari satu sumber yang sama?

Tidak ada sih. Cuma sekedar sebar cerita kalau barusan tadi siang, ketemu nenek dengan jorang pancing dan umpan cacing duduk di pinggir rumah panggung. Bibirnya merah sebab keseringan menginang dan kulitnya hitam karena sering berjemur di ladang padinya yang kini menunggu diketam. Pada nenek ini, kalender di dinding kamarmu adalah sejarah hidup sehari-harinya.

Dengan sarung lusuh, ia duduk menunggu jorannnya disambar ikan sungai. Seorang diri menikmati detik-detik yang melambat pelan menuju sore tiba. Di hari Senin.

Jadi saya mendekat, lalu melakukan wawancara. Berikut cuplikannya.

T : “Nek, dapat ikan apa saja?”
N: “Tuh, dapat Bawung, ada Lais, ada juga ikan Buntal.” (sambil menunjuk ember kecil di sampingnya)

[diam sebentar...mencari kata-kata...]

T: “ Neek, hari ini, hari apa?”
N: “Entahlah...kenapa?”
T:” Kalau tanggal, tanggal berapa Nek?”
N :” Tidak tahu juga.”

[diam...]

N: “Kamu kenapa nanya-nanya tanggal, nanya hari. Kan yang sekolah kamu, masa tak tahu tanggal, hari tak ingat?”

T:”Uuuupppssssss......( *&%^$#, tetiba ekspresi wajah kaku, hati kelu, duuh)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun