Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Saya, Yanto Basna dan Papua

25 Januari 2016   09:07 Diperbarui: 9 November 2019   09:57 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya ingat sekali kala itu Elly bisa membuat gol seperti George Weah, legenda AC Milan, ketika mendrible bola dari garis pertahanan sendiri hingga membuat gol. SMP saya di Abepura juga terlibat di kompetisi rutin antar SMP ini dan di zaman Elly muncul, kami tidak bersinar. 

Saya sendiri tidak pernah bisa menembus tim utama SMP karena memang pemain berbakat jauh lebih banyak. Tapi saya cukup senang karena bisa menjadi pemain utama di kelas, lumayanlah. Heuheuheu.

Sejak zaman Taboria Cup, saya sudah kagum pada Elly, yang belakangan saya baru tahu ketika ia makin bersinar, ternyata pernah diajari ayah. Zaman ketika Elly baru muncul, Aples Tecuari sedang bersinar dan menjadi idola baru. 

Saya jadi ingin seperti Elly, bisa main bola sampai ke negeri asing. Karena itu juga, saya memilih bergabung dalam klub sangat pra-amatir dan dilatih seorang guru asal Paniai. Di lapangan Trikora Abepura, tiga kali seminggu kami berkumpul untuk latihan.

Gara-gara itu juga, saya pernah memohon ijin pada Ayah untuk menjadi pemain sepakbola saja. Saya ingin ke Ragunan dan memulai hidup sebagai pemain sepakbola. 

Ayah saya tentu saja menentang keras, bukan karena nasib pesepakbola paska karir itu mudah mengenaskan, tapi karena alasan yang bikin saya sadar diri.

“Kamu itu tulangnya kecil, tubuh juga tidak tinggi. Kamu tidak sama dengan anak-anak Papua. Mereka kekar, tulangnya bagus.” Katanya saat itu, padahal beliau guru matematika.

Hati saya hancuuuur-remuk seketika. Ngambek seminggu bro! Tapi ayah saya jelas benar, "matematika sepakbolanya" tepat, hidup saya bukan sepakbola namun hati saya selalu untuk Persipura...aaakh... I Love U Full, Papua!!

Yang saya mau bilang adalah harap pada sepakbola begitu tinggi di Papua. Bahkan dalam rekomendasi penelitian LIPI pada buku Roadmap Papua, sepakbola dapat menjadi wahana untuk membangkitkan harga diri dan kebanggaan manusia Papua yang terposisikan marginal di tengah tanahnya yang kaya. 

Sepakbola bisa men-subyektivasi-manusia Papua, subyek yang dibutuhkan untuk membangun semangat kebangsaan baru Indonesia. Tentulah dengan kebijakan keadilan dan pemerataan yang teguh serta mengutamakan dialog ketimbang pendekatan militer.

Dalam semangat itu, Yanto Basna bagi saya adalah contoh anak muda Papua yang kini muncul dan menegaskan pesan bahwa sepakbola boleh menghidupkan terus kebanggaan diri sebagai manusia Papua juga manusia Indonesia, ia bukan sekedar olahraga atau prestasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun