Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengenali "Dua Bahasa" dalam Cerpen

8 Januari 2016   16:18 Diperbarui: 26 November 2019   12:04 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kira-kira inilah model penggunaan bahasa deskripsi, bahasa yang mengajak kita bukan saja menikmati narasinya yang bertutur dan membuat kita seolah sedang berada di dalam situasi tersebut. Tetapi juga mengajak untuk melihat ada sesuatu yang salah dalam suatu tradisi yang terlanjur diterima. Termasuk juga menggugah kita untuk berempati pada mereka yang kurang beruntung.

Yang jelas, dua model modus bertutur yang disebut Ignas Kleden ini menunjukkan jika kerja bercerpen itu sungguh-sungguh menarik untuk digeluti. Dua modus bertutur yang mengajak kita untuk mencandra keseharian hidup, imajinasi, dan membuatnya menjadi untaian cerita yang membuat kita tidak lekas-lekas lupa atau menerima secara latah dinamika hidup manusia yang sementara saja. 

Lantas, apakah cerpen yang tidak menggunakan dua model bahasa ini tidak bisa dikategorikan sebagai cerpen yang bagus?

Tentu saja tidak. 

Tidak ada cerpen yang dibuat dengan mudah dan sebentar kecuali hasil plagiasi. Posisi saya juga tidak sedang mengevaluasi kekuatan dan kelemahan sebuah cerpen. 

Sebagai pemula, niatannya hanya hendak sedikit saja mengenalkan dua jenis bahasa dalam ulasan Ignas Kleden yang saya simak dalam cerpen Sarwo Prasojo berjudul 1 Januari dan Satu Cerita Tersisa. Sangat bisa jadi saya malah salah memaknai tafsir atas karya Putu Wijaya tersebut.

Semoga ada berguna, Salam!

 

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun