“Sehat Bang?,” tanya saya.
“Bagus ja.” Jawabnya.
Dan kami bertiga kemudian tersedot pada satu obyek yang sama, ikan-ikan Nila yang memakan pakan apung itu. tak ada keramaian seperti pada keramba kelompok yang saya lihat kemarin sore. Kematian ribuan teman mereka telah membuat suasana dalam keramba menjadi sepi.
“Ji, lihat itu. Sepi, beda dengan dua keramba yang lain. Cemburu juga melihat kondisi begini. ” kata si Abah.
“Jadi gimana jalan keluarnya?,” tanya saya lagi.
“Kita beli bibit lagi Ji,anggota kelompok sudah patungan. Hanya masih butuh sumbangan dana dari lembaga.” Kata si Abang, yang juga ketua kelompok.
Lembaga yang dimaksud adalah organisasi payung yang membawahi kelompok budidaya ikan Nila ini. Mereka dipilih oleh warga desa dan memimpin kerja organisasi sesuai dengan rencana kerja dan pembiayaan yang sudah disusun dan disepakati dengan pihak ketiga.
“Oke Bang. Berarti secepatnya kita pertemuan ya?” tanya saya lagi.
“Iya, lebih cepat lebih baik. Kita harus mengejar pertumbuhan bibit yang pertama agar jarak panennya tidak terlalu jauh.” Jawabnya menjelaskan.
Saya mengangguk saja. “Oke Bang.”
“Sebenarnya kami sempat juga hilang semangat. Tapi kami tahu kalau tidak ada yang bisa disalahkan. Matinya bibit Nila yang ribuan itu salah kita semua. Tidak ada gunanya saling menyalahkan. Kita harus coba lagi, namanya juga baru memulai. Anggota yang lain juga mau menyumbang untuk pembelian bibit yang baru. Walau hanya seratus ribu rupiah, jumlah kecil, tapi kau tahu kan cari duit segitu susah sekali sekarang. Hehehe.” jawab Abah sambil terkekeh.