Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Doa di Atas Keramba

7 Januari 2016   18:12 Diperbarui: 8 Januari 2016   05:59 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sehat Bang?,” tanya saya.

“Bagus ja.” Jawabnya.

Dan kami bertiga kemudian tersedot pada satu obyek yang sama, ikan-ikan Nila yang memakan pakan apung itu. tak ada keramaian seperti pada keramba kelompok yang saya lihat kemarin sore. Kematian ribuan teman mereka telah membuat suasana dalam keramba menjadi sepi.

“Ji, lihat itu. Sepi, beda dengan dua keramba yang lain. Cemburu juga melihat kondisi begini. ” kata si Abah.

“Jadi gimana jalan keluarnya?,” tanya saya lagi.

“Kita beli bibit lagi Ji,anggota kelompok sudah patungan. Hanya masih butuh sumbangan dana dari lembaga.” Kata si Abang, yang juga ketua kelompok.

Lembaga yang dimaksud adalah organisasi payung yang membawahi kelompok budidaya ikan Nila ini. Mereka dipilih oleh warga desa dan memimpin kerja organisasi sesuai dengan rencana kerja dan pembiayaan yang sudah disusun dan disepakati dengan pihak ketiga.

“Oke Bang. Berarti secepatnya kita pertemuan ya?” tanya saya lagi.

“Iya, lebih cepat lebih baik. Kita harus mengejar pertumbuhan bibit yang pertama agar jarak panennya tidak terlalu jauh.” Jawabnya menjelaskan.

Saya mengangguk saja. “Oke Bang.”

“Sebenarnya kami sempat juga hilang semangat. Tapi kami tahu kalau tidak ada yang bisa disalahkan. Matinya bibit Nila yang ribuan itu salah kita semua. Tidak ada gunanya saling menyalahkan. Kita harus coba lagi, namanya juga baru memulai. Anggota yang lain juga mau menyumbang untuk pembelian bibit yang baru. Walau hanya seratus ribu rupiah, jumlah kecil, tapi kau tahu kan cari duit segitu susah sekali sekarang. Hehehe.” jawab Abah sambil terkekeh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun