Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ketika Tulisan Dihapus Admins

28 Desember 2015   20:40 Diperbarui: 28 Desember 2015   20:50 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sore barusan, sebelum Magrib tiba, saya mempublish sebuah humor pada kanal hiburan. Humor itu berjudul Repotnya jadi Suami, yang bercerita tentang susahnya seorang suami kala berhadapan dengan istrinya yang “bawel”. Apa-apa salah, menjawab salah, memilih diam apalagi. Cerita humor itu sendiri dikirim seorang kawan di grup Whats App tadi pagi.

Rasanya tidak sampai 30 menit, humor itu terus hilang. Di daftar tulisan saya hilang, ketika mericek ke daftar tulisan terbaru juga hilang, apalagi di daftar yang dikilau admins, hihihi. Menunggu beberapa menit, tak ada pemberitahuan atas hilangnya humor tersebut. Waduuuh..humorku hilang tanpa pesan, padahal baru dua kali posting humor di Kompasiana, nasiiib.

Saya jadi kaget,wajar kan? Apa ya yang salah dari humor yang sudah sempat dibacakomentari Mas D’Kills, Mba Mike, Mba Fidia, Mba Yusticia dan Pakde MJK itu? Saya juga jadi ingat, tulisan Om Gasa yang pernah dihapus tapi tanpa ada pemberitahuan, kenapa ya?

Secara content, saya periksa lagi, rasanya tidak ada unsur provokasi SARA, termasuk juga tidak mengolok-olok posisi perempuan secara vulgar lagi merendahkan. Humor itu juga tidak menyerang kelompok politik atau suku tertentu. Humor tersebut juga tidak mengeksploitasi atribut seksual tertentu. Lalu , masalahnya dimana? Mungkin karena memiliki kental plagiasi, lantas itu hanya sampah, dan karena itu wajib dihapus.

Mungkin...

Seingat saya, ketika mempublishnya, saya juga memberi catatan sumber jika humor tersebut berasal dari kiriman seorang kawan. Saya hanya menambahkan sedikit paragraf pembuka, yang agak terlambat diedit, dan catatan sumber tersebut. Atau barangkali di kalimat penutup, saya menyertakan keterangan yang—aslinya bercanda—tapi barangkali tidak etis : jika ada kemiripan perisitiwa, maka itu sudah di luar jangkauan humor ini. Nah, untuk para isteri seperti apa? Saya kurang tahu, saya harus cari humornya lagi, hehehe...

Barangkali di situ letak alasan mengapa harus dihapus nir pemberitahuan.

Eh tapi, kalau sudah menduga alasannya, terus ngapain juga saya menulis curhat untuk postingan humor yang dihapus? Mau nyinyiri admins lagi kamu? Lebaay!

Aslinya sih gak enak sibuk dengan tanda tanya karena menanggung sanksi atas kesalahan yang entah karena apa. Pacaran ABG saja kalau bubar pakai pemberitahuan ya..Tapi jika menyadari posisi sekedar anak kost di sebuah rumah tulis menulis virtual, memang mau apa, ngamuk? Kirim Laskar hacker?

No, no, no! Abaikan.

Ya, ini jadi pelajaran saja buat diri sendiri. Ini mungkin cara admins untuk menegur dan mengingatkan jikalau S Aji tidak cocok mempublish humor, garing, tidak menarik, datar, dingin, kaku, penuh-penuhin daftar indeks terbaru saja. Tulis saja hal lain, kembali saja bikin catatan film atau cerpen, bersibuk sama hal-hal fiktif gitu. Humor bukan wilayahmu wahai S Aji, itu area Guru Jati juga Om Felix Tani, sebagai misal saja. 

Ya sudah, maka terima saja ini cara admins menyelamatkan dirimu dari kesalahan mengambil tema dan wilayah mereka yang lebih ahli lagi berakar dalam di situ. Atau juga, maknai saja sebagai jenis penyelamatan dari pelanggaraan atas ToC di Rumah Sehat Kompasiana. Atau juga, maknai saja bahwa susunan tulisanmu itu gak jelas, idenya kabur, bahasanya bikin bingung, dan sejenisnya, dan sekawan-kawannya. Bukankah tidak setiap pertolongan harus menyampaikan pemberitahuan? Sebab menolong dengan ngasih tahu dulu, itu namanya cari muka, hahaha.

Eh, Alhamdulillah, ternyata harap terkabul dan dugaan saya betul. Ketika terlanjur mempublikasi curhat ini, di inbox sudah ada pemberitahuan Admins yang bilang humor tersebut dihapus karena tidak orisinil, terlalu banyak salin tempel, punya orang lain. Kasar kata, itu humor sampah, plagiasi, maka jangan lakukan lagi! Oke sip.

Saya mungkin menerima pemberitahuan via inbox secara terlambat karena lagi di area kaki gunung yang sinyalnya kayak jailangkung ketika listrik padam. Jadi tulisan yang sempat publish itu saya hapus dengan riang gembira. Format awalnya diedit lagi dan saya memilih dipublish kembali. Materi tulisan hasil permak ini mungkin sebagian besar sudah tidak relevam dengan masuknya inbox tersebut. Tapi saya memilih tetap publish saja, sebagai prasasti peringatan dan juga, secara sadar dan bertanggungjawab, dipublish demi nambah-nambahin jumlah publikasi agar bisa ngejar pencapaian Pakde Bambang yang tidak menulis beberapa hari ini (semoga Pakde sehat-sehat saja.)

Paling penting, kasus humor dihapus ini mengingatkan saya agar sebaiknya memang jangan berburuk sangka dulu karena itu tidak selalu sama dengan bersikap kritis. Periksa dulu kamar sendiri sebelum sibuk komentari kamar tetangga...#halaaah. Sama juga, kalau kamar kita sudah berusaha untuk bersih sementara ibu kost masih saja gak jelas perlakuannya, masa iya diam saja?

Akhir curhat, Om dan Tante Admins, terimakasih untuk tegurannya. Semoga Anda sekalian sehat, bugar dan bersemangat selalu. Aamiin.

Mari kita hajar duren!

#GagalJadiPenulisHumor 

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun