So, yang menjadi point utama pengikat seluruh kesaksian ini adalah : Siapa saja, tidak penting latar belakangnya apa, tapi jika mereka yang membantu saya memahami dunia yang tidak saya pahami itu akan selalu spesial. Mereka yang seperti ini telah membantu saya mengenali sisi yang lemah dari banyak kelemahan diri karena masih sering malas dan menunda belajar lebih dalam lagi. Inilah makna hakiki Guru buat saya.
Jika begini ukurannya, berarti ada banyak K’ers yang seharusnya menjadi guru saya?
Tentu saja buanyaak sekali, kebanyakan masih aktif dan beberapa lagi sudah hengkang entah kemana. Tapi saya tidak bisa menuliskan mereka semua dalam satu kesempatan, mungkin nanti, semoga saja.
Sebelum menutup, mengutip K’ers Cinta, perlu dicatat, saya menulis kesaksian ini dari hati yang Insya Allah jujur dan tulus. Saya tidak sedang menyusun kesaksian dengan semangat glorifikasi diri yang kekanak-kanakan kepada Jati Kumoro. Tidak ada niat seperti itu.
Saya sudah menyapa dirinya dengan Guru, walau belum membaca seluruh tulisannya, namun merasa harus menjelaskan alasan mendasar di balik “pengangkatan yang tanpa SK” tersebut [dimana-mana juga murid yang diangkat guru, bukan sebaliknya keleees..tapi kali ini, relakanlah saya mengangkat Guru...please!].
Begitulah adanya Jati Kumoro di mata saya. Semoga Allah SWT memberi kesempatan kita bertemu langsung suatu saat nanti. Aamiin.
Selamat pagi, salam!
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H