Memiliki itu semua, ternyata cerita cinta ini barulah permulaan dari sebuah episode baru sejarah.
Kau kenanglah, dalam usianya yang masih muda, cerita cinta seperti ini haruslah menulis kisah pergolakan dengan pertikaian dalam rumah. Sebuah pertikaian yang tumbuh dari hati kecewa dan kehendak untuk menulis sejarah sendiri. Sebuah pertikaian yang juga tidak sepenuhnya lepas dari racun lama perselingkuhan kolonialisme.
Lalu datang lagi sebuah ujian baru untuk mendewasakan proses menjadi cintanya.
Kali ini adalah tragedi yang sampai hari ini terus menjadi trauma dan silang sengketa. Sebuah tragedi dari perseteruan politik global yang mengambil bentuk nasional dalam sebuah masa yang dikenal sebagai Peran Dingin. Bukan sedikit yang menjadi korban yang bisu. Bukan sedikit yang terdiam dalam kutukan trauma. Bukan pula sedikit yang menempuh hidup dipenjara tanpa pengadilan. Takdir cinta yang berjuang melahirkan Republik itu hampir saja collapse dalam tragedi ini.
Kemudian datang lagi huru-hara yang bertubi-tubi. Bahkan mengambil jalan tragedi lagi. Kali ini, ia bersumber pada kekuasaan yang telah menempuh jalan senjakalanya sendiri. Kekuasaan yang sudah lupa, tidak ada keabadian pada syahwat kekuasaan manusia yang merasa boleh abadi.
Tragedi itu adalah kerusuhan yang meledak, bukan saja pada pusat dimana kekuasaan itu serba mengendalikan dan mengawasi seperti Panopticon, tetapi juga meledak di pinggiran, di rumah-rumah budaya yang selama ini hanya menjadi alas kaki pembangunan. Rumah Republik hampir saja tumbang dan menjadi sejarah yang dilupakan. Namun, kekuatan cinta ini masih bisa bertahan, masih percaya bahwa masa depan Republik yang dihajar tragedi masih mungkin diperjuangkan bersama.
Kau harus sadari. Kini, cerita cinta itu sedang terseok-seok untuk menemukan energi kebangkitannya dalam sebuah era dimana kekuatan-kekuatan bipolar telah mengambil bentuk multipolar, batas-batas geografi telah runtuh, kekuatan-kekuatan teknologi telah dominan menggantikan fungsi tubuh manusia, daya ledak teknologi komunikasi telah mampu mengimitasi kesadaran dan kekuatan-kekuatan virtual telah sukses mengaburkan batas pembeda antara api dan abu.
Cerita cinta itu juga sedang terseok-seok untuk menemukan kembali sebuah cara menghidupkan ruang batin yang tidak suka menjadikan Fiksi sebagai jalan pelarian diri dari tanggung jawab hidup bersama. Cerita cinta yang sedang terseok-seok untuk menghidupkan kembali keberanian di dalam ruang batin agar tidak tunduk pada dikte nasib yang meneruskan pola kuasa kolonial. Cerita cinta itu juga sedang terseok-seok untuk menemukan kembali sebuah cara menanamkan rasa ikhlas dalam kerja keras yang tidak mudah terpenjara oleh kalkulasi material dan pemuasan tanpa henti dari kesenangan sempit.
Jadi, sesudah semua cerita ini, sekarang aku saatnya bertanya kepadamu, ikhlaskah kau menjadi bagian hidup dari cerita cinta yang berjuang bertahan untuk mengabdi pada kebahagian banyak orang dan bukan demi kebahagiaanmu sendiri ?
Beranikah kau menjadi cinta yang turut sibuk mempersiapkan masa tua bahagia banyak manusia tanpa kau memeriksa kastanya masing-masing?
Setiakah kau mengorbankan diri untuk menyiapkan masa depan gelimang bahagia dari anak-anak yang menghuni seluruh penjuru Republik dan bukan sekedar bahagia anak-anak keturunanmu sendiri ?