Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Menjumpai Api

16 September 2015   20:35 Diperbarui: 16 September 2015   20:44 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku diam saja. Takutku berhenti. Penasaranku mulai tumbuh. Unsur dasar yang membentuk diri manusia ? Mengapa sekarang ia, Api, terus menjadi musuh ? Seharusnyakan kita bersahabat, sebagaimana tangan terhadap mulut ketika lapar bukan ?

“Kau sudah tidak takut ?”, bertanya ia seolah menyengat rasa penasaranku.

Aku masih diam saja. Entah mau bicara apa.

“Kau mau tahu, mengapa kalian selalu kalah terhadap aku, juga air, angin dan tanah ?”, tanya Api lagi. Ia seperti hendak mempermaikan kesadaranku.

“Kalian terlalu berlebihan, lupa proporsi, abai pada esensi. Silau dengan hal-hal segera, memuja ihwal yang material. Kalian hanya mulai takut, bukan sadar, jika kami, empat elemen dasar ini, datang dengan kemarahan yang tanpa ampun. Apakah sebagai kebakaran, sebagai banjir, sebagai angin puting beliung, atau sebagai gempa bumi. Celakanya, dalam kitab-kitab rahasia hidup, sudah sejak zaman awal, hidup kalian hanya akan selamat jika tahu berlaku seimbang, pantas, sesuai proporsi, dan tidak memaksakan diri terhadap alam. Sadarlah, peradaban itu tumbuh dari kehalusan psiko-sosial kalian terhadap alam, bukan sebatas untuk kalian!”, katanya lagi, kali ini terdengar lebih sejuk.

Aku merasakan hawa yang hangat, Api seperti mengajak bersahabat. Rasa takutku berangsur surut.

“Boleh aku bertanya ?”, pintaku berharap.

“Apa yang ingin kau tahu?”, balasnya kemudian.

“Bagaimana menghentikan kemarahanmu, sebagaimana kemarahan air, angin dan tanah terhadap kami, bangsa manusia ?”, tanyaku segera.

“Kenalilah dirimu. Siapa yang kenali dirinya, akan kenali Penciptanya, Dia yang Maha mengendalikan kami”, jawabnya sembari menatap tajam.

Aku terus diam. Merasa tenang.
“Boleh aku pulang ?”, pintaku lagi.
“Silahkan”, jawab Api dengan tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun