Kekhawatiran Sihol bahwa dengan menyampaikan siapa tim penyusun-pembuat pidato tersebut lalu sisi intelektualitas presiden jadi berkurang kadarnya sepertinya tidak signifikan dimunculkan kepada publik. Oleh karena itu, membicarakan pidato dan pembuatnya tidak lagi relevan.Â
Melampaui polemik pidato Joko Widodo, saya lebih menangkap pernyataan Sihol dalam posisi sebagai relawan adalah pernyataan yang mencerminkan kondisi ruang dalam yang mungkin lebih kompleks.Â
Kondisi "ruang dalam" itu bisa saja kita maknai sebagai suasana ruang batin mau pun dinamika wacana di dalam jaring relawan itu sendiri.Â
Sebagaimana sudah banyak diulas-sampaikan, politik relawan dinilai baru muncul pada pilpres 2014 kemarin. Atmosfir pertarungan yang bipolaristik dan ditafsir sebagai bentuk representasi pertempuran kekuatan lama/status quo versus representasi kekuatan baru/pembaharuan menjadi salah satu katalisator terbentuknya politik relawan.Â
Ditambah lagi, gerak digitalisasi ke dalam demokrasi paska Cold War melalui jaringan internet membuat politik relawan seolah "omni present dan deformatif serta memiliki kapasitas yang cukup efektif dalam mempengaruhi opini dan pilihan politik masyarakat luas".Â
Persoalan yang muncul kemudian paska-memenangkan pertarungan politik sepertinya klasik.Â
Bagaimana mengawal pemerintahan yang dimenangkan tadi? Apakah ikut terlibat di dalam kekuasaan atau menjadi pengawal kebijakan?
Politik Relawan Dan Tantangan KekuasaanÂ
Secara generik, menyebut relawan atau kerelawanan adalah menyebut sesuatu yang selain sukarela juga spontan. Kerelawanan juga lahir dari kehendak untuk terlibat tanpa pamrih. Kehendak untuk terlibat tanpa imbalan materi, tanpa puja-puji, dan lain sejenisnya.Â
Kerelawanan adalah spontanitas yang lahir dari pilihan-pilihan yang sudah dipikirkan. Dalam aksi-aksi sosial kemasyarakatan, sikap-sikap kerelawanan jauh lebih tua dibentuk. Ia telah menjadi sub kultur dalam komunitas-komunitas tertentu. Komunitas-komunitas seperti ini, yang memelihara sikap-cara hidup kerelawanan bisa juga dipandang sebagai bagian dari entitas di ranah Civil Society.
Mereka eksis di luar negara dan keluarga, namun bertindak kolektif untuk kepentingan publik. Mereka bisa sangat cair atau tumbuh dalam kelompok-kelompok kecil berjejaring dan bisa tidak terduga. Yang juga penting diperhatikan, aksi kerelawanan dalam dunia sosial cenderung menghindari politik kalau bukan malah "anti-politik".Â
Beda urusannya jika kita memperluas aksi kerelawanan ke dalam politik.Â