Aku pernah membaca koran yang sengaja ku temukan saat merapikan ranjang nomor dua. Disitu tertera bahwa ada penipuan oleh Kepala Desa yang bekerja sama dengan tentara Jepang yang bermodus remaja lulusan sekolah dan berpendidikan akan di jamin masa depannya dengan cara ikut bekerja di luar kota dengan jalan perekrutan. Itu adalah penipuan. Mereka di ajak ke tengah hutan belantara tempat para tentara itu beristirahat. Dan mereka di pekerjakan sebagai Jugun Ijanfu. Jugun Ijanfu adalah wanita seks yang berasal dari kampung dan berpendidikan untuk di jadikan pemuas nafsu seks para tentara Jepang.
Dan aku adalah salah satunya.
Di malam hari angin mengusikku untuk ikut pergi. Aku berlari ke tengah hutan dengan rasa takut yang mendalam. Menangis, merengek betapa bodohnya aku jika tubuhku di jadikan alat untuk pemuas nafsu lelaki itu. Aku tidak mau menjadi wanita yang menjijikan. Pemerkosaan itu bagiku adalah hal yang paling tidak di sukai. Jika memilih aku lebih baik mati ketimbang harus merelakan kesucian diri di hadapan Allah SWT. Sayup sekali malam ini, takut sekali aku dengan semua ini. Aku ingin pulang saja ke desa. Aku telah di hianati janji Pak Kades untuk mendapatkan kebahagiaan hidup. Aku tidak tahu jika Juminten tidak ikut disebabkan ia mengetahui akal –akalan Bapaknya. Sungguh biadab.
Semak –semak itu menjadi rumah bagiku untuk tinggal sejenak kala obor itu dibawakan oleh para tentara yang sudah berperang. Aku sangat takut! Hingga pagi menjemput, aku sudah tertidur di ranjang seseorang, di sebuah rumah tua yang berada di tengah hutan. Beratapkan kayu dan beremperkan kayu pula. Rumah itu terbuat dari kayu semua.
Tiba –tiba derap langkah seseorang menghadapku. Aku mengerutkan tubuhku berusaha sembunyi.
“Tenang saja…” jawabannya mengagetkanku.
“Aku kakek tua yang mempunyai rumah ini. Aku tidak akan menyentuhmu. Aku baik –baik saja tidak seperti para tentara itu”
“Siapa kamu?”
“Dari mana kamu tahu para jugun ijanfu itu?”
“Aku adalah kakek tua yang sudah lama tinggal disini. Menyelamatkan diri dari kampungku ke daerah hutan belantara. Lalu aku membuat rumah disini”
“Benarkah?” aku tidak menyangka, aku berada di tempat yang aman. Sedari semalam aku kedinginan dan pingsan. Ternyata Bapak ini yang menyelamatkanku. Rasanya aku ragu dengan niat baik kakek tua ini.