[caption caption="www.suararakyatindonesia.org"][/caption]
Â
Terlepas dari napas pertama
Terlempar kau kepadang sepi
Anjing liar tersekat dibelukar angin malam
Sedapat tinjau seraya berpacu
Ku klaim kau fhegma, dasar mahluk mungil
Bergulung keajekan tertolerir
Layar lanuarius tenggelam di ufuk rapuh arus
Kilau rona kemuning semerbak wangi membawa sukma
Â
Dipercikan angin malam
Senandung irama lalu, lalu melulu
Ayal membendung modern
Katanya bagai bermain dengan jiplakan
Parade rupa-rupa semilir hujanÂ
Menggamitkan diri di damainya puisi malam
Â
Konotasi kata bersoda tata tahtakan pujangga
Disirami genangan lembut pemiliknya
Seperti membawakan selendang di atas puncak
Mendingin dan mengusik hari demi waktu
Seperti pancaran pantulannya, si fhegma
Â
Majalengka, 28 Maret 2016