Melihat tingkahnya, yang  terlihat kepayahan karena menahan haus, tetapi berubah semangat dan girang karena diizinkan mandi membuatku terkenang pada masa kecil saat berpuasa.
Dulu, saat kecil dan berpuasa sementara siang hari terasa begitu terik, aku pun merengek dan minta mandi pada ibuku. Tak sekedar mandi bahkan berendam. Rasanya....tubuh menjadi lebih segar dan seolah lupa akan rasa lapar dan haus yang dirasa.
Kalau sudah berendam, serasa tak ingin keluar dari kamar mandi. Setelah 1-2 jam berendam, biasanya ibu akan berteriak menyuruhku berhenti berendam, Ayoo...sudah mandinya! nanti masuk angin, begitu katanya.
Kalau saja tak dimarahi ibu, karena terlalu lama berendam, mungkin bisa sampai magrib. Heee
Masa kecil yang kualami, teknologi masih sangat sederhana, era tahun 90-an. Jangankan Handphone  televisi pun masih hitam putih dengan chanel yang terbatas. Ditambah untuk menonton terkadang harus berebutan dengan adik-adikku.
Sejak kecil, aku senang membaca, tetapi buku bacaan sangat terbatas.  Akibatnya aku suka membaca koran "Pos Kota" yang selalu dibawa sepulang bapakku  bekerja. Semuanya kubaca habis termasuk kolom : Nah Ini Dia! Upps..
Tetapi....seringkali, keasyikanku membaca koran harus terhenti. Karena belum selesai dibaca pasti sudah ada tetangga yang datang untuk meminjam, untuk mencari lowongan kerja katanya.  Dan kalau sudah begitu, koran pun tidak akan kembali, karena terus akan berganti pembaca sampai  tetangga ujung rumahku.
Akhirnya, aku pun melangkahkan kakiku ke rumah temanku, menghabiskan waktu membaca beraneka komik yang tersedia di rumahnya, Ya... ayahnya menjadikan teras rumah kontrakannya sebagai tempat penyewaan buku.  Aku masih ingat, yang sering kubaca adalah kisah detektif  lima sekawan dan Wiro sableng 212, aku suka sekali dengan kemahirannya pencak silat dan tingkah-tingkah konyolnya.
Saat azan magrib, tentulah saat yang paling berbahagia versi anak kecil. Bisa berbuka dengan beraneka makanan yang disiapkan oleh ibu. Apapun ingin dilahap, hingga kadang kekenyangan dan perut rasanya sangat penuh dan jadi malas salat.
Kalau sudah begitu, biasanya  ibu akan berkata. Nah...kan, sudah dibilang, jangan terlalu banyak makannya, jadi tidak bisa salat nanti. Ayoo, bergegas....itu temanmu sudah menyamper.
Walau awalnya berat, karena perut kekenyangan, tetapi setelahnya adalah hal paling menggembirakan. Saat tarawih di bulan puasa, adalah saat menyenangkan. Â Jarak rumah dan masjid tempatku biasa salat isya dan tarawih cukup jauh, saat itu hanya itulah masjid satu-satunya di pemukiman rumahku.