Malam ini  adalah rentetan senja yang patut kita raih dengan 'Bismillah'. Berharap, malam ini menjadi malam yang paling teduh yang kita dapatkan. Ditemani sepi dengan secangkir kopi, dan  lirih suara  gerimis yang masih saja enggan pergi sejak senja hari tadi. Jumat (17/02) malam, pertemuan ke-18 KBMN, terasa semakin syahdu dengan bahasan tema Diksi dan Seni Bahasa.
Malam pun terasa istimewa, berkenalan dengan Maydearly sesosok jiwa, yang menyadur makna diantara serpihan kata yang melahirkan karya. Merajut prestasi lewat berbagai antologi dan buku solo. "Trik Jitu Menjadi Penulis milenial" dan "Dalam Kenangan"serta "Catatan Inspiratif", Â adalah beberapa karya yang berhasil ditorehkannya.
Diksi dan Puisi dua kata yang tidak bisa terpisahkan. Dengan diksi puisi semakin bernyawa. Dengan diksi pula membuat hati yang dingin menjadi menyala dalam suka cita.
Namun, diksi tak melulu untuk puisi, diksi dijabarkan sebagai kekayaan bahasa, memaknai kata sebagai bentuk keindahan. Layaknya secangkir Teh, ada hangat yang perlu diresapi karena bahasa adalah jembatan dimana kita bisa mengerti dan saling memahami. Diksi juga tak melulu sebuah kiasan, karena ia adalah sebuah padanan kata
Mari kita berkenalan lebih jauh tentang diksi dan jurus jitu dalam mengembangkan diksi yang menarik.
Diksi -- akar katanya dari bahasa Latin: dictionem. Kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi diction Kata kerja ini berarti: pilihan kata. Maksudnya, pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif. Sehingga tulisan tersebut memiliki ruh dan karakter kuat, mampu menggetarkan atau mempermainkan pembacanya. Dengan kata lain, Diksi adalah pilihan kata di dalam tulisan yang digunakan untuk memberi makna sesuai dengan keinginan penulis.
Dalam sejarah bahasa, Aristoteles -- filsuf dan ilmuwan Yunani inilah yang memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan berbobot. Gagasannya itu ia sebut diksi puitis yang ia tulis dalam Poetics-- salah satu karyanya. Seseorang akan mampu menulis indah, khususnya puisi, harus memiliki kekayaan yang melimpah: diksi puitis. Gagasan Aristoteles dikembangkan fungsinya, bahwa diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair menulis puisi, tapi juga bagi para sastrawan yang menulis prosa dengan berbagai genre-nya.
William Shakespeare dikenal sebagai sastrawan yang sangat piawai dalam menyajikan diksi melalui naskah drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan romantisme dipadu tragedi. Diksi Shakespeare relevan untuk menulis karya yang bersifat realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak lekang digilas zaman.
Mengapa Diksi begitu penting dalam kajian sebuah bahasa?
Sebab banyak keindahan  atas sebuah kata yang tak tereja oleh bibir. Diksi bak pijar bintang di angkasa yang menunjukan dirinya dengan kilauan, mempesona dan tak membosankan. Diksi adalah bagian dari Seni Bahasa, karena seni Bahasa itu meliputi menulis, dan berbicara.