Mohon tunggu...
husaini arekha
husaini arekha Mohon Tunggu... Tutor - Perintis,penggerak,peduli

Knowledge seeker

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Apa Kabar Bang Fahri?"

3 Desember 2017   21:21 Diperbarui: 3 Desember 2017   22:15 2231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

3 bulan sudah, semenjak hiruk pikuk di puncak gunung batulanteh itu berlalu,namun kenangan akan suasana di sana teramat susah di lupakan,aku ingat sekali suasana itu,aku ingat bagaimana sibuknya orang -- orang di sana mempersiapkan segala hal utuk menyambut tamu Negara ini. Aku berani bersaksi bahwa dialah yang paling di spesialkan secara penyambutan oleh masyrakat Tepal sepanjang sejarah berdirinyaa desa ini. Ratusan warga memenuhi jalan, hewan -- hewan di sembelih,makanan -- makanan khas di kumpulkan,nenek -- nenek bahkan ingin berdandan,asyik sekali. Sulit di lukiskan.

26 Agustus

Selama hampir 3 jam aku dan warga lain berdiri berjajar memenuhi pinggiran jalan ,menunggu dengan begitu lugu.Beberapa remaja sibuk sana -- sini mengambil gambar untuk mengabadikan momen yang sangat langkah ini,anak -- anak yang biasanya sibuk bermain debu atau sepedaan di tanjakan -- tanjakan desa,kini ikut berbaris penuh kegembiraan bersama yang lain,bapak -- bapak yang biasanya tak pernah absen ke kebun kopi kini mengambil libur terkhusus hari ini, sekelompok ibu -- ibu yang biasanya belum pulang dari kebun kini duduk berderet di atas tangga sebuah rumah di pinggir jalan sambil mencari seuatu di rambut satu sama lain.Begitu lengkap.

Pukul 5,13 WITA ,

Belasan motor trail mengaum dengan begitu sangar,memekik di antara orang -- orang tua yang dengan penuh sopan tersenyum atas debu -- debu jalanan yang menerpa wajah dan sorban mereka tanpa salam . Tetuah kami berada di barisan pertama bersama pemangkuh adat juga pemuka agama, di Tepal sendiri kami di ajarkan untuk sangatlah memuliakan tamu karena begitulah mereka pada hakikatnya,

Mereka teramat rendah hati,teramat sabar , bahkan jika mereka tau diskriminasi ulama dan Islam yang di lakuakan oleh pimpinan tinggi para pengguna trail ini,mereka akan tetap di agungkan sebagai tamu. Nilai -- nilai islam dalam diri mereka telah begitu mengkristal.

Sekitar setengah jam dari kedatangan rombongan pertama,tibahlah sebuah mobil ranger berwarna putih yang di kawal oleh beberapa motor win tahun 80an di belakangnya, ketika mobil itu tiba ,ratib di sertai untaian do'a beberapa pemuka agama berseliweran di udara bersama debu,ibu - ibu yang tadinya asyik sendiri kini buru -- buru berkerumun ke pinggir jalan.

30 meter di depanku,seorang yang selalu kami damba ,kami tonton di tv -- tv ,kini berada di sana ,di belakang mobil itu dengan senyum khasnya." Fahri hamzah sudah datang,". Teriak anak -- anak kecil melompat kegirangan.

Kini kampung sepi ini berubah riuh,kebahagian Nampak jelas terasa,suasana yang begitu jarang di saksikan ,orang -- orang menyambut penuh ikhlas,perwakilan desa mengenakan sapuk kekepalanya,serta sebuah selempang khas di berikan oleh kepala desa dengan begitu bahagia kepada sang FH,ketika beliau berjalan dari pintu masuk desa menuju penginapan,semua penduduk berharap agar beliau berkenan singgah walau hanya sekedar meminum segelas air putih saja dirumah sederhana mereka,tapi tahula kita betapa pesona jabatan dan karisma beliau tidak benar -- benar mengisikannya untuk terlalu intim dengan kalangan ini,FH hanya berjalan dengan senyum mengembang seraya mengangguk -- ngangguk kearah warga yang meneriakan namanya.

19.30

Setelah beristirahat beberapa waktu di rumah kepala desa,bapak terhormat ini menghadiri pertemuan warga di ujung lapangan desa .Dan inilah momen yang paling aku ingat. Momen yang sangat ingin ku putar di bioskop -- bioskop , di siaran -- siaran TV saat iklan , agar semua orang tau, biar semua orang dengar tentang betapa membiusnya pidato sang bapak faham Indonesia ini,sang diplomat yang menggoncang ketangguhan lembaga ad hock kita yang bernama KPK itu. Ingin sekali ku ulang.

"Kehadiran saya di Tepal ini seperti mengobati sebuah kerinduan yang telah lama terpendam," .katanya membuka sambutan dengan bahasa yang sangat politis,dan hadirin nampak begitu terharu setelah tau bahwa mereka adalah kerinduan terpendam sang aktor senayan. Semua takjub,malampun seperti mengangguk ,bulan mungkin mengiyakan. Warga yang biasanya selalu batuk -- batuk saat durasi pidato atau ceramah lebih dari 10 menit pun kini tak tau kemana rimbahnya. Semua seperti terbius.

Memang sudah selayaknya sebagai politisi kawakan,bahasa -- bahasa yang beliau pilih membuat semua terenyuh." Kawasan ini akan kita jadikan sebagai pusat pengkajian ilmu pengetahuan islam,".ujarnya, Para tetuah dan tokoh agama yang duduk di kursi depan mengangguk -- ngangguk penuh taksim sambil komat kamit mengucapkan syukur. Akupun terbawa suasana. Kritik -- kritik yang sudah ku bangun sejak kemarin untuk abangda ini berubah haru, aku menjadi melangkolis seperti habis mendengar lagu Risalah hati milik dewa 19.Benar -- benar terbawa.

Setelah lebih dari 10 menit melepaskan kerinduan lewat kata -- kata nan puitis,pendiri KAMMI sekaligus sahabat karib Setia novanto ini kembali ke tempat duduk, moderator pemandu diskusi membuka sesi dialog." Saya membuka sesi diskusi dengan 4 pertanyaan,". Ujarnya .

Aku adalah salah satu diantara beberapa orang yang beruntung karena di pilih untuk berbicara di hadapan orang terhebat kedua di DPR RI ini. Setelah penanya pertama memaparkan beberapa hal dengan begitu sistematis,kini giliranku untuk maju,dan terus terang darahku begitu berdesir,aku yang awalnya menggebu ingin memberikan kritikan satire, tiba -- tiba terenyak,tiba -- tiba melempem,oh betapa tatapan ratusan pasang mata di depanku membuatku gentar untuk mengkritisi, sorot mata penuh harap dan penuh kepercayaan itu membuatku enggan untuk protes.

Aku urungkan niatku menanyakan apapun,termasuk Keterlambatan FH dalam menyelami masalah orang -- orang pedalaman ini. Aku juga mengurungkan niatku menanyakan alasan abangda gagah ini terus menerus mengkritisi pemerintah,sementara kami yang merupakan tetangga kampungnya begitu kesulitan bahkan untuk sekolah ini,aku urung.

 "Apa kabar bang Fahri," bukaku gugup.

Dan yang terjadi Selanjutnya benar -- benar tak terduga,semua kritikan berubah jadi pujian,betapa semua keluh berubah ungkapan rindu .Ahh fahri,kau membuatku rindu,rindu hingga hari ini ,hanya saja 3 bulan ke sini aku bukan lagi rindu padamu,tapi realisasi janjimu,janji tentang pembangunan infrastruktur jalan dalam 2 minggu setelah kau di jakarta, tentang pembukaan kawasan juga pengembangan Desa Agro ekowisata itu, aku rindu -- kami rindu, rindu -se rindu nya.

(Husaini Ahmad)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun