"Kehadiran saya di Tepal ini seperti mengobati sebuah kerinduan yang telah lama terpendam," .katanya membuka sambutan dengan bahasa yang sangat politis,dan hadirin nampak begitu terharu setelah tau bahwa mereka adalah kerinduan terpendam sang aktor senayan. Semua takjub,malampun seperti mengangguk ,bulan mungkin mengiyakan. Warga yang biasanya selalu batuk -- batuk saat durasi pidato atau ceramah lebih dari 10 menit pun kini tak tau kemana rimbahnya. Semua seperti terbius.
Memang sudah selayaknya sebagai politisi kawakan,bahasa -- bahasa yang beliau pilih membuat semua terenyuh." Kawasan ini akan kita jadikan sebagai pusat pengkajian ilmu pengetahuan islam,".ujarnya, Para tetuah dan tokoh agama yang duduk di kursi depan mengangguk -- ngangguk penuh taksim sambil komat kamit mengucapkan syukur. Akupun terbawa suasana. Kritik -- kritik yang sudah ku bangun sejak kemarin untuk abangda ini berubah haru, aku menjadi melangkolis seperti habis mendengar lagu Risalah hati milik dewa 19.Benar -- benar terbawa.
Setelah lebih dari 10 menit melepaskan kerinduan lewat kata -- kata nan puitis,pendiri KAMMI sekaligus sahabat karib Setia novanto ini kembali ke tempat duduk, moderator pemandu diskusi membuka sesi dialog." Saya membuka sesi diskusi dengan 4 pertanyaan,". Ujarnya .
Aku adalah salah satu diantara beberapa orang yang beruntung karena di pilih untuk berbicara di hadapan orang terhebat kedua di DPR RI ini. Setelah penanya pertama memaparkan beberapa hal dengan begitu sistematis,kini giliranku untuk maju,dan terus terang darahku begitu berdesir,aku yang awalnya menggebu ingin memberikan kritikan satire, tiba -- tiba terenyak,tiba -- tiba melempem,oh betapa tatapan ratusan pasang mata di depanku membuatku gentar untuk mengkritisi, sorot mata penuh harap dan penuh kepercayaan itu membuatku enggan untuk protes.
Aku urungkan niatku menanyakan apapun,termasuk Keterlambatan FH dalam menyelami masalah orang -- orang pedalaman ini. Aku juga mengurungkan niatku menanyakan alasan abangda gagah ini terus menerus mengkritisi pemerintah,sementara kami yang merupakan tetangga kampungnya begitu kesulitan bahkan untuk sekolah ini,aku urung.
 "Apa kabar bang Fahri," bukaku gugup.
Dan yang terjadi Selanjutnya benar -- benar tak terduga,semua kritikan berubah jadi pujian,betapa semua keluh berubah ungkapan rindu .Ahh fahri,kau membuatku rindu,rindu hingga hari ini ,hanya saja 3 bulan ke sini aku bukan lagi rindu padamu,tapi realisasi janjimu,janji tentang pembangunan infrastruktur jalan dalam 2 minggu setelah kau di jakarta, tentang pembukaan kawasan juga pengembangan Desa Agro ekowisata itu, aku rindu -- kami rindu, rindu -se rindu nya.
(Husaini Ahmad)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H