Untuk urusan telepon seluler, selain membeli nomor lokal, kami juga tetap mengaktifkan nomor Simpati. Dengan cara itu, keluarga dan teman-teman di tanah air tetap bisa mengirim SMS ke kami dengan tarif normal. Pada situasi yang mendesak, SMS bisa langsung kami balas. Namun jika masih ada cara lain, kami tindaklanjuti dengan berkomunikasi lewat email, situs jejaring sosial, ataupun fasilitas chatting lainnya. Bagaimana jika pulsa habis? Mudah saja, karena kami tinggal mengisinya lewat fasilitas Internet Banking.
Kami berdua benar-benar diuntungkan dengan daya jelajah Telkomsel yang hampir tak berbatas itu. Dibantu provider rekanannya yang tersebar di seluruh dunia, hampir tak pernah kami dapati status blank spot atau no signal di layar handphone. Bahkan ketika akhir Maret lalu suami saya berkesempatan pergi ke India untuk mempresentasikan karya ilmiahnya, telepon seluler bernomor Simpati-lah yang menjadi salah satu andalan komunikasi kami.
Slogan Telkomsel sebagai provider “Yang Paling Indonesia” tidaklah berlebihan. Setidaknya itulah yang kami rasakan. Seperti batik yang dengan bangga kami kenakan di berbagai situasi formal maupun informal, kami pun tak malu mengakui bahwa kami adalah pelanggan setia Telkomsel. Telkomsel telah membantu kami tetap ingat pada Indonesia, dimanapun kami berada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H