Sumber: www.dreamstime.com dan www.transitionculture.org
Sekarang perhatikan data neraca penerimaan dan pengeluaran pemerintah selama kurun waktu 2007 - 2010 yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS).
Sumber: Biro Pusat Statistik (www.bps.go.id)
Jika kita cermati data neraca pemasukan dan pengeluaran tersebut, maka akan terdapat surplus (selisih pemasukan dan pengeluaran) yang cukup besar antara periode 2007 - 2010 sesuai dengan data yang ditunjukkan pada tabel berikut:
Sekarang muncul pertanyaan, kalau memang surplus, kenapa tidak membayar utang tetapi malah berutang?? Jika menggunakan skema 50% dari jumlah surplus negara untuk cadangan devisa negara dan 50% untuk membayar utang pemerintah, maka utang pokok pemerintah dapat dilunasi kurang dari 10 tahun!! Tetapi kenapa jumlah utang yang seharusnya berkurang malah bertambah?? Kemana larinya uang surplus tersebut?? Apakah habis dikorupsi?? Mungkinkah habis untuk membayar bunga utang?? Ataukah ada sebab lainnya?? Jika memang dikorupsi, tidak heran menurut Transparency International nilai Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perception Index/ CPI) hanya berada di kisaran 2,0 - 3,0 pada periode 2004 - 2011. Interval CPI berada pada nilai 0 - 10, dimana semakin kecil nilai CPI menunjukkan potensi korupsi negara tersebut semakin besar demikian juga sebaliknya. Jika uang surplus tersebut habis digunakan untuk membayar bunga utang, maka sangat mencengangkan sekali kalau rasio antara bunga utang terhadap utang pokok bisa demikian besar!? Jika ada sebab lainnya, saya kira hanya Tuhan dan pemerintah yang tahu pasti jawabannya.
Non Scholae Sed Vitae Discimus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H