5 tahun terakhir ia melanjtkan hidup tanpa sang suami. Anak-anaknya yang semua sudah sukses, sangat mengkhawatirkan dirinya. Panti jompo adalah pilihan terbaik menurut mereka. Dimana ia tidak perlu ngapa-ngapain lagi. Itu menurut mereka.
"Lha kok nangis mak? kita ada salah ucap?", Wagiyo tiba-tiba sudah ada didekatnya.
Mak Suniah tergagap sadar dari lamunan sedetiknya. Menusap mata yang basah sambil memasang senyum tanda "gak ada apa-apa kok" sambil berucap, "eh anu, keno lombok kayaknya. Wis minggat sana kalian berdua. Wagiyo, kamu itu opo gak takut apa sama isterimu. Nanti tak laporne yu ijah yo, sampai siang masih nongkrong disini. Juga kamu Sugiyo, pitik-pitikmu diopeni dulu sana. Aku mau tutup cepet nih", mak Suniah berkelit sambil bergaya sibuk berbenah.
Wagiyo dan Sugiyo saling berpandangan maklum. Isu mak Suniah bakal ke panti jompo sudah merebak ditelinga mereka sejak 1-2 bulan lalu. Mereka menghargai keputusan keluarga itu. Tak ingin merusak suasana, keduanya kini beranjak berdiri, membayar dan pamit pargi.
Mentari makin meninggi saat keduanya melangkah meninggalkan warung mak Suniah. Tanpa tahu bahwa esok hari, tak akan ada lagi mak Suniah disitu. Ataukah mereka akan mengunjungi mak Suniah di kediaman baru di panti jompo di kota sana? Biarlah mentari tertawakan mereka bertiga. Para sepuh yang sudah tidak terlalu diinginkan dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H