Di perempat final, lawan yang menunggu adalah Paris Saint-Germain. Barcelona sudah terbiasa menghadapi PSG di Liga Champions, dan kali ini mereka tidak memberi ampun.
Setelah menang 3-1 di Paris, mereka menggulung PSG 2-0 di Camp Nou, dengan Neymar tampil gemilang.
Namun, tantangan sesungguhnya datang di semifinal, di mana mereka harus menghadapi Bayern Munich yang saat itu dilatih Pep Guardiola.
Ini adalah duel emosional bagi Guardiola, yang menghadapi klub yang pernah ia bawa ke puncak dunia. Tapi Barcelona tidak memberi kesempatan bagi nostalgia untuk mengganggu misi mereka.
Di leg pertama di Camp Nou, Messi menunjukkan mengapa ia adalah pemain terbaik dunia. Gol solo briliannya, di mana ia mempermalukan Jerome Boateng sebelum menaklukkan Manuel Neuer, menjadi salah satu momen paling ikonik dalam sejarah Liga Champions.
Barcelona menang 3-0 dan meskipun kalah 2-3 di leg kedua, mereka tetap melaju ke final dengan nyaman.
Final di Berlin mempertemukan Barcelona dengan Juventus. Sejak awal, pertandingan sudah diprediksi akan sengit, tetapi Barcelona langsung menunjukkan dominasinya.
Ivan Rakitić mencetak gol cepat di menit ke-4 setelah kerja sama apik antara Neymar dan Iniesta. Juventus sempat menyamakan kedudukan lewat Álvaro Morata, tetapi Luis Suárez mengembalikan keunggulan Barcelona sebelum Neymar memastikan kemenangan 3-1 di menit terakhir.
Dengan peluit akhir berbunyi, Barcelona resmi meraih treble winner mereka yang kedua dalam sejarah setelah sebelumnya mencapainya pada 2008/09 di era Guardiola.
Jika harus menunjuk satu figur yang paling berperan dalam keberhasilan ini, sulit untuk melewatkan Lionel Messi.
Meskipun Suárez dan Neymar juga tampil luar biasa, Messi tetap menjadi pusat gravitasi tim. Ia tidak hanya mencetak gol-gol penting, tetapi juga menjadi kreator utama serangan Barcelona.