Final tersebut mempertemukan Lionel Messi, ikon sepak bola yang telah lama mencari gelar Piala Dunia, dengan Kylian Mbapp, pemain muda yang sudah menaklukkan dunia pada usia muda.Â
Pertandingan berjalan dengan tensi tinggi, drama gol yang terus terjadi, hingga momen puncak adu penalti. Argentina sempat unggul 2-0 di babak pertama, tetapi Prancis menunjukkan daya juang luar biasa dengan menyamakan kedudukan menjadi 2-2 berkat dua gol cepat Mbapp.Â
Drama semakin intens ketika kedua tim mencetak gol di babak perpanjangan waktu, menciptakan skor 3-3 sebelum akhirnya Argentina memenangkan adu penalti.
Dari sudut pandang analisis, pertandingan ini sangat menarik karena menyajikan perpaduan taktik, mentalitas, dan bakat individu. Argentina menunjukkan permainan kolektif yang solid, dipimpin oleh Messi sebagai motor serangan.Â
Di sisi lain, Prancis mengandalkan transisi cepat serta kecepatan dan ketajaman Mbapp, yang mampu memanfaatkan setiap celah dalam pertahanan lawan.Â
Pergulatan ini menciptakan dinamika permainan yang berubah-ubah, membuat penonton tidak bisa memprediksi hasil hingga peluit akhir berbunyi.
Lebih dari itu, final ini juga memiliki dimensi emosional yang kuat. Bagi Messi, gelar ini adalah puncak dari perjalanan karier yang penuh tekanan untuk membuktikan dirinya setara dengan legenda seperti Diego Maradona.Â
Sedangkan untuk Mbapp, hattrick yang ia cetak meskipun timnya kalah menunjukkan bahwa generasi baru bintang sepak bola telah tiba.
Final ini menjadi panggung di mana Lionel Messi, sang legenda, mengukuhkan statusnya sebagai salah satu pemain terbaik sepanjang masa dengan menyempurnakan kariernya lewat trofi yang selama ini sulit diraih. Â
Di sisi lain, pertandingan ini tidak hanya tentang satu pemain, tetapi juga tentang bagaimana sepak bola mampu menciptakan drama yang melampaui batas olahraga.Â
Lusail menjadi saksi dari emosi, kegembiraan, dan penderitaan jutaan orang, membuktikan bahwa sepak bola adalah bahasa universal yang menghubungkan dunia.Â