Mohon tunggu...
Tundung Memolo
Tundung Memolo Mohon Tunggu... Penulis - Tentor dan Penulis Buku, dll

Mendapat kesempatan mengikuti diklat dan lomba hingga ke luar kota dan luar negeri dari kementerian sehingga bisa merasakan puluhan hotel bintang 3 hingga 5. Pernah mendapat penghargaan Kepsek Inspiratif Tingkat Nasional Tahun 2023.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Mengintegrasikan STEM dalam Kurikulum Merdeka, Bisa!

28 Januari 2025   18:18 Diperbarui: 28 Januari 2025   18:39 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Integrasi pendekatan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) pada kurikulum merdeka adalah konsep pendidikan yang memiliki potensi besar dalam merevolusi sistem pembelajaran di Indonesia.

Keduanya saling melengkapi dalam menciptakan lingkungan belajar yang relevan dengan kebutuhan abad ke-21, di mana kreativitas, pemecahan masalah, dan literasi teknologi menjadi hal yang sangat penting.

Kurikulum Merdeka merupakan upaya untuk memberikan kebebasan kepada siswa, guru, dan sekolah dalam mengelola pembelajaran. 

Filosofinya adalah memposisikan siswa sebagai pusat pembelajaran, memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi minat dan bakat sesuai potensi masing-masing. 

Dalam konteks ini, Kurikulum Merdeka memberikan ruang untuk pembelajaran yang lebih fleksibel dan berbasis proyek. Hal ini memungkinkan siswa untuk tidak hanya menghafal informasi, tetapi juga memahami cara menerapkannya dalam situasi nyata. 

Pendekatan ini sangat relevan dengan STEM, yang juga menekankan pada pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dan berbasis proyek (project-based learning).

STEM, di sisi lain, adalah pendekatan pendidikan yang dirancang untuk mengintegrasikan empat bidang utama—sains, teknologi, teknik, dan matematika—ke dalam satu kerangka pembelajaran yang kohesif. 

Pendekatan ini tidak hanya membekali siswa dengan pengetahuan akademis, tetapi juga keterampilan praktis yang dapat diterapkan dalam dunia kerja dan kehidupan sehari-hari. 

Dalam era Revolusi Industri 4.0, di mana kecerdasan buatan, Internet of Things, dan otomatisasi menjadi bagian dari kehidupan, pendidikan berbasis STEM membantu mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan tersebut.

Jika diintegrasikan, Kurikulum Merdeka dan STEM dapat menciptakan pendidikan yang lebih holistik. Kurikulum Merdeka memberikan fleksibilitas kepada guru untuk merancang metode pengajaran yang kontekstual dan relevan, sementara STEM menyediakan kerangka pembelajaran yang fokus pada keterampilan abad ke-21. 

Sebagai contoh, proyek STEM dapat dirancang untuk menjawab tantangan lingkungan lokal, seperti pengelolaan sampah atau pengembangan energi terbarukan. 

Dalam konteks Kurikulum Merdeka, proyek seperti ini bisa menjadi tema lintas disiplin yang menghubungkan mata pelajaran seperti IPA, matematika, teknologi, dan seni.

Namun, penerapan Kurikulum Merdeka dan STEM di Indonesia bukan tanpa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah kesiapan guru. 

Tidak semua guru memiliki pemahaman mendalam tentang bagaimana mengintegrasikan pendekatan STEM ke dalam kurikulum yang fleksibel. Pelatihan guru yang komprehensif dan berkelanjutan menjadi kebutuhan mendesak untuk memastikan implementasi ini berjalan efektif. 

Selain itu, disparitas fasilitas di berbagai daerah juga menjadi kendala. Sekolah di daerah terpencil mungkin tidak memiliki akses ke laboratorium sains atau perangkat teknologi yang memadai, sehingga kesenjangan pendidikan bisa semakin melebar.

Selain itu, Kurikulum Merdeka memerlukan perubahan paradigma di kalangan orang tua dan masyarakat. Selama bertahun-tahun, pendidikan di Indonesia cenderung berorientasi pada hasil ujian dan nilai akademis. 

Dengan adanya Kurikulum Merdeka dan pendekatan STEM, masyarakat perlu memahami bahwa keberhasilan pendidikan tidak hanya diukur dari angka, tetapi juga dari kemampuan siswa untuk berpikir kritis, bekerja secara kolaboratif, dan menciptakan inovasi.

Secara keseluruhan, Kurikulum Merdeka dan STEM memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. 

Keduanya menawarkan solusi untuk menciptakan sistem pembelajaran yang lebih relevan dengan kebutuhan global. Namun, implementasi yang efektif memerlukan komitmen dari berbagai pihak—pemerintah, guru, orang tua, dan masyarakat luas. 

Dengan dukungan yang tepat, sinergi antara Kurikulum Merdeka dan STEM dapat menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga siap menjadi inovator dan pemimpin masa depan.

Di era teknologi seperti sekarang, anak-anak juga perlu diperkenalkan pada teknologi sejak dini. Bukan berarti mereka harus langsung mahir menggunakan komputer atau coding, tetapi memberikan pemahaman dasar seperti cara kerja alat-alat sederhana dapat membantu mereka memahami dunia yang semakin digital. Keterampilan teknologi ini, jika ditanamkan sejak sekolah dasar, akan memberikan mereka bekal yang kuat untuk bersaing di masa depan.

Namun, keberhasilan penerapan STEM di SD misalnya juga membutuhkan peran aktif guru dan orang tua. Guru harus kreatif dalam mengemas materi pembelajaran agar relevan dengan STEM, sementara orang tua perlu mendukung dengan memberikan dorongan untuk eksplorasi di rumah. Ketika kedua pihak bekerja sama, pendidikan STEM akan menjadi landasan kuat bagi anak-anak untuk tumbuh menjadi generasi yang inovatif dan siap menghadapi perubahan zaman.

Pendidikan STEM di SD misalnya bukan sekadar tren, tetapi kebutuhan yang mendesak. Dengan memperkenalkan pendekatan ini sejak dini, kita tidak hanya membekali anak-anak dengan ilmu, tetapi juga dengan keterampilan hidup yang relevan dengan perkembangan zaman. STEM adalah investasi yang tidak hanya mengubah cara anak-anak belajar, tetapi juga cara mereka menghadapi dunia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun