Dalam konteks Kurikulum Merdeka, proyek seperti ini bisa menjadi tema lintas disiplin yang menghubungkan mata pelajaran seperti IPA, matematika, teknologi, dan seni.
Namun, penerapan Kurikulum Merdeka dan STEM di Indonesia bukan tanpa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah kesiapan guru.Â
Tidak semua guru memiliki pemahaman mendalam tentang bagaimana mengintegrasikan pendekatan STEM ke dalam kurikulum yang fleksibel. Pelatihan guru yang komprehensif dan berkelanjutan menjadi kebutuhan mendesak untuk memastikan implementasi ini berjalan efektif.Â
Selain itu, disparitas fasilitas di berbagai daerah juga menjadi kendala. Sekolah di daerah terpencil mungkin tidak memiliki akses ke laboratorium sains atau perangkat teknologi yang memadai, sehingga kesenjangan pendidikan bisa semakin melebar.
Selain itu, Kurikulum Merdeka memerlukan perubahan paradigma di kalangan orang tua dan masyarakat. Selama bertahun-tahun, pendidikan di Indonesia cenderung berorientasi pada hasil ujian dan nilai akademis.Â
Dengan adanya Kurikulum Merdeka dan pendekatan STEM, masyarakat perlu memahami bahwa keberhasilan pendidikan tidak hanya diukur dari angka, tetapi juga dari kemampuan siswa untuk berpikir kritis, bekerja secara kolaboratif, dan menciptakan inovasi.
Secara keseluruhan, Kurikulum Merdeka dan STEM memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.Â
Keduanya menawarkan solusi untuk menciptakan sistem pembelajaran yang lebih relevan dengan kebutuhan global. Namun, implementasi yang efektif memerlukan komitmen dari berbagai pihak—pemerintah, guru, orang tua, dan masyarakat luas.Â
Dengan dukungan yang tepat, sinergi antara Kurikulum Merdeka dan STEM dapat menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga siap menjadi inovator dan pemimpin masa depan.
Di era teknologi seperti sekarang, anak-anak juga perlu diperkenalkan pada teknologi sejak dini. Bukan berarti mereka harus langsung mahir menggunakan komputer atau coding, tetapi memberikan pemahaman dasar seperti cara kerja alat-alat sederhana dapat membantu mereka memahami dunia yang semakin digital. Keterampilan teknologi ini, jika ditanamkan sejak sekolah dasar, akan memberikan mereka bekal yang kuat untuk bersaing di masa depan.
Namun, keberhasilan penerapan STEM di SD misalnya juga membutuhkan peran aktif guru dan orang tua. Guru harus kreatif dalam mengemas materi pembelajaran agar relevan dengan STEM, sementara orang tua perlu mendukung dengan memberikan dorongan untuk eksplorasi di rumah. Ketika kedua pihak bekerja sama, pendidikan STEM akan menjadi landasan kuat bagi anak-anak untuk tumbuh menjadi generasi yang inovatif dan siap menghadapi perubahan zaman.