Mohon tunggu...
Tundung Memolo
Tundung Memolo Mohon Tunggu... Penulis - Tentor dan Penulis Buku, dll

Mendapat kesempatan mengikuti diklat dan lomba hingga ke luar kota dan luar negeri dari kementerian sehingga bisa merasakan puluhan hotel bintang 3 hingga 5. Pernah mendapat penghargaan Kepsek Inspiratif Tingkat Nasional Tahun 2023.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ada Apa dengan Cuci Tangan?

27 Januari 2025   01:01 Diperbarui: 26 Januari 2025   22:50 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu strategi penting dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Konsep ini tidak hanya berfokus pada individu, tetapi juga menyasar keluarga dan komunitas agar terbiasa menerapkan kebiasaan sehat dalam kehidupan sehari-hari. 

Sayangnya, meskipun kampanye PHBS telah gencar dilakukan di Indonesia, masih banyak tantangan dalam pelaksanaannya. Tantangan ini tercermin dari data dan kasus-kasus nyata di lapangan yang menunjukkan kurangnya kesadaran atau fasilitas yang memadai untuk mendukung perilaku hidup sehat.

Salah satu indikator PHBS yang penting adalah kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Indikator ini sangat relevan terutama saat pandemi COVID-19 melanda Indonesia, di mana mencuci tangan menjadi salah satu cara paling efektif untuk mencegah penyebaran virus. 

Namun, menurut data dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum memiliki akses atau kebiasaan mencuci tangan yang benar. Sebagai contoh, banyak sekolah di daerah terpencil tidak memiliki fasilitas cuci tangan yang memadai. 

Kasus wabah diare di Nusa Tenggara Timur (NTT) beberapa tahun lalu menjadi bukti nyata bagaimana minimnya fasilitas sanitasi dapat memperburuk kondisi kesehatan masyarakat. 

Dalam kasus ini, banyak anak-anak terkena diare karena kurangnya akses air bersih dan kebiasaan mencuci tangan yang belum diterapkan.

Selain itu, indikator penggunaan jamban sehat juga menjadi tantangan besar di Indonesia. Meskipun pemerintah telah berupaya menggalakkan program Open Defecation Free (ODF) atau bebas dari perilaku buang air besar sembarangan, faktanya masih ada jutaan orang yang belum memiliki akses ke jamban sehat. 

Menurut data UNICEF, hingga tahun 2020, lebih dari 20 juta orang di Indonesia masih buang air besar sembarangan, terutama di daerah pedesaan dan kawasan kumuh perkotaan. 

Salah satu contoh yang cukup memprihatinkan terjadi di beberapa desa di Provinsi Jawa Tengah, di mana masyarakat menggunakan sungai sebagai tempat buang air besar karena ketiadaan fasilitas sanitasi. 

Hal ini tidak hanya berdampak pada kesehatan individu, tetapi juga mencemari sumber air bersih yang digunakan oleh masyarakat sekitar.

Kebiasaan merokok di dalam rumah juga menjadi salah satu masalah besar dalam penerapan PHBS di Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah perokok tertinggi di dunia, dan budaya merokok sering kali tidak memperhatikan kesehatan orang lain, termasuk anggota keluarga yang tidak merokok. 

Banyak anak-anak dan perempuan menjadi perokok pasif akibat kebiasaan merokok di dalam rumah. Menurut data dari Global Adult Tobacco Survey (GATS) tahun 2021, sekitar 50% rumah tangga di Indonesia masih terpapar asap rokok di dalam rumah. 

Salah satu kasus yang mencuat adalah kejadian di Yogyakarta, di mana seorang anak menderita penyakit pernapasan kronis akibat terpapar asap rokok dari anggota keluarganya. 

Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat tentang bahaya merokok di dalam rumah masih sangat rendah, meskipun telah banyak kampanye antirokok yang dilakukan.

Kasus lain yang menunjukkan rendahnya penerapan PHBS adalah terkait pola makan sehat. Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yaitu gizi kurang dan gizi lebih. 

Pada satu sisi, banyak anak-anak mengalami stunting karena kekurangan asupan gizi yang cukup, terutama di daerah seperti Papua dan NTT. Sebaliknya, di daerah perkotaan, konsumsi makanan cepat saji dan minuman manis yang berlebihan menyebabkan meningkatnya kasus obesitas pada anak dan remaja. 

Hal ini mencerminkan bahwa pola makan sehat belum menjadi prioritas bagi banyak keluarga di Indonesia. Padahal, pola makan yang buruk dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan jangka panjang, seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung.

Dalam menghadapi berbagai masalah ini, pemerintah Indonesia telah berupaya meningkatkan penerapan PHBS melalui berbagai program, seperti kampanye cuci tangan di sekolah, pembangunan jamban sehat di desa-desa, dan program edukasi tentang pola makan sehat. 

Namun, keberhasilan program ini sangat bergantung pada partisipasi aktif masyarakat. Tanpa kesadaran dan komitmen dari individu maupun komunitas, upaya pemerintah tidak akan berjalan efektif.

Kasus-kasus di atas menunjukkan bahwa penerapan PHBS di Indonesia masih menghadapi banyak kendala, baik dari segi kesadaran masyarakat maupun ketersediaan fasilitas. 

Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang lebih holistik dan inovatif untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Edukasi yang berkelanjutan, pembangunan infrastruktur sanitasi, serta penegakan regulasi seperti larangan merokok di area tertentu perlu terus digalakkan. 

Dengan langkah-langkah ini, penerapan PHBS diharapkan dapat menjadi budaya yang melekat di masyarakat, sehingga berbagai masalah kesehatan yang masih menjadi tantangan dapat diminimalkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun