Mohon tunggu...
TUN SAMUDRA
TUN SAMUDRA Mohon Tunggu... Politisi - Laki-Laki

SAYA MENULIS UNTUK 2 MANFAAT

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pilgub DKI dalam Perspektif Islam

20 Maret 2016   22:46 Diperbarui: 12 April 2016   15:50 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita tidak bisa berpura-pura buta atas apa yang dibangun oleh Ahok belakangan ini. Ditambah sikap tegas dan kebenciannya yang sangat mendalam dengan pejabat yang doyan nyolong duit Negara. Dan saya kira 2 poin inilah yang menjadi alasan kuat sehingga asumsi sebagian besar masyarakat Jakarta Akan memilih Ahok dalam Pilkada DKI tahun depan.

Saya katakan Asumsi karena faktanya Ahok belum pernah sama sekali mencicipi langsung dipilih oleh rakyat DKI Jakarta dan terkait dengan jabatannya sekarang menjadi Gubernur, itu ada sejarahnya. Yang pastinya Ahok belum pernah di pilih secara langsung oleh rakyat sehingga kiranya saya mengatakan sebagian besar dukungan masyarakat terhadap Ahok hanyalah Asumsi semata. Yang mungkin saja menjadi fakta jika mampu terpilih dalam Pilkada DKI 2017.

Ahok maju sebagai Wagub dalam Pikada di DKI Jakarta 2012 dengan usungan partai Gerindra, Sedangkan Jokowi usungan Mega Partai PDIP, diyakini bahwa saat itu Ahok tidak diperhitungkan, namun adalah suatu keberuntungan baginya berpasangan dengan Jokowidodo, karena rakyat dalam mencoblos saat itu melihat figur Jokowidodo namun dalam perjalanan mengemban amanah, Jokowidodo harus melepas jabatannya sebagai Gubernur DKI karena terpilih menjadi Presiden RI, sehingga secara automaticelly Ahok lah yang maju sebagai pelaksana tugas Jokowidodo.sehingga kurang lebih seperti itulah sejarah singkat hinggah akhirnya Ahok dapat menjadi Gubernur tanpa dipilih oleh rakyat.

Dan Ahok pun tidak menyia-nyiakan kesempatan yang menghampirinya, dengan waktu yang singkat Ahok telah melakukan perubahan yang cukup signifikan, dan tentunya perubahan tersebut lebih dirasakan oleh masyarakat kalangan menengah kebawah karena merekalah yang selama ini menderita atas amburadulnya Jakarta. Sehingga tak heran jika Ahok banyak diharapkan oleh kalangan menengah kebawah untuk kembali menahkodai Jakarta 5 tahun mendatang.

Berkaitan judul di atas, saya pribadi Pro dan respek atas kinerja Ahok, dan kita tidak bisa bohongi diri sendiri bahwa figur Ahok itu bagaikan Gerhana Matahari yang baru muncul ratusan tahun sekali. Maka sudah tepat kiranya banyak pihak yang membela-belakan mendukung Ahok untuk memimpin Ibukota, contohya seperti Teman Ahok, mereka menyadari bahwa ditengah degdarasi moral yang sedang melanda Ibukota, sosok Ahok bagaikan penyejuk bagi masyarakat, dan yang paling luar biasa, bukan hanya Teman Ahok saja, banyak pihak yang menawarkan kepada Ahok atas rencana pendirian komunitas-komunitas yang agak serupa dengan Ahok, semacam relawan Ahok dalam pemenangan Pilkada DKI 2017.

Selama ini saya sudah cukup banyak menulis mengenai Ahok, tentunya di kacamata saya Ahok adalah figur yang luar biasa, namun kali ini saya ingin menerawang dengan perspektif Agama Islam, dan mohon koreksinya apabila ada suatu hal yang tidak pantas saya ucapkan dalam tulisan ini, sebagaimana manusia biasa tak luput dari salah.

Sebagai umat Muslim sudah menjadi sebuah kewajiban kita untuk mengamalkan Alqur’an sebagai kitab suci kita, kita meyakini bahwa apapun yang telah tertulis di dalam Alqur’an itu memang adalah sebuah kebenaran, yang telah terbukti secara ilmiah akan sesuatu hal yang telah terjadi dan belum terjadi itu telah tertuliskan di dalam Alqur’an.

Seperti yang dijelaskan di

QS. Ali imran (3): 28
Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali(mu).

QS. An Nisa (4): 89
Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong.

QS. An Nisa (4): 139
(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.

QS. An Nisa (4): 144
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?

QS Al Maidah (5): 51
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

Dan masih banyak kiranya perintah Alquran yang menjelaskan hal yang berkaitan dengan ayat-ayat di atas, perlu kita ingat dan pertimbangkan lagi bahwa betapa banyaknya seruan mengenai larangan kita untuk memilih pemimpin yang bukan beragama Islam dan hal itu tentu kita mesti amalkan sebagai umat Islam.

Saya kembali teringat dengan pernyataan Dr. Zakir Naik yang mengatakan bahwa suatu keyakinan islam adalah orang kafir, meskipun suka berbuat baik ia akan masuk neraka dan kekal di dalamnya. Seperti yang dijelaskan dalam surat Al Bayyinah:6. Bahwa sesunggunya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang yang musyrik ( akan masuk ) ke neraka jahannam: mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruknya makhluk.

Hal tersebut pernah ditanyakan oleh orang yang non muslim, sehingga jawaban Dr. Zakir Naik sangatlah rasional dan beranalogi.
“ Saudara jika kita mengikuti ujian, misalnya aku ujian ke perguruan tinggi, ada enam ujian yang harus ku ikuti, aku harus lulus semuanya, namun jika satu pelajaran aku mendapatkan nilai 20, apakah aku akan lulus ? Aku akan gagal.
Jadi sama seperti itu, persyaratan untuk pergi ke surga yang pertama kau harus memiliki iman, kemudian amal saleh, mengajak orang lain kepada kebenaran dan menasehati orang lain agar bersabar.

Tentu tulisan ini tidak ada maksud untuk intervensi Sara, Umat islam tidak ada masalah dengan Ahok, hanya saja Islam mengamanatkan agar memilih pemimpin yang Muslim, dan juga sebagai umat beragama dan bentuk manusiawi dari sifat manusia untuk selalu mengingatkan. Namun semua itu tergantung lagi dari pribadi masing-masing, semua orang punya pandangan terhadap apa di anggapnya benar. 

Ada pemikiran sebagian orang Islam bahwa Ahok bukan memimpin masyarakat, namun sedang merubah Jakarta ke arah lebih baik, dan hal itu adalah alasan yang cukup rasional, namun bagi sebagaian orang lainnya adalah mungkin berbeda, tergantung saja dari hati masing-masing karena pada dasarnya Islam tidak pernah memaksa orang untuk menjadi lebih baik. Kita sebagai Umat Islam cukuplah saling mengingatkan Biarlah hati masing-masing manusia yang memutusnya. 

Wassalam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun