Sang Sri Kresno, setelah mendengar apa yang disampaikan oleh Sang Prabu Yudistira malah gelap kemana murca-nya ke tiga pusaka tersebut. Untuk itu Sang Kresna menyarankan serta mengajak Sang Prabu Yudistira dan Hardjuna untuk pergi menemuai Kyai Semar ke Karang Kadempel untuk meminta tolong bantuannya memecahkan teka-teki ini.
Berangkatlah ke tiga pemimpin ini ke Karang Kadempel dikawal oleh Gatutkaca, Antarejo dan Antasena. Sementara Werkudoro, Nakulo dan Sadewo tetap di Ngamarta untuk menunggu kerajaan serta menunggu hasil dari yang berangkat ke Karang Tumaritis.
Adegan Ketiga
Di perbatasan Karang Kadempel Raden Anoman yang memang lebih dulu sowan Ki Lurah Semar bersama-sama dengan Gatutkaca, Antarejo dan Ontoseno diperintah oleh Kyai semar untuk menjaga perbatasan pintu gerbang di Karang Kadempel, karena Ki Lurah Semar sedang menerima tamu Petinggi Ngamarta dan sedang membicarakan sesuatu hal yang sangat penting. Untuk itu siapapun yang akan menemui Ki Lurah Semar tidak di ijinkan masuk mengganggunya dan harus ditolak.
Tidak lama mereka berjaga datanglah Durna, Sengkuni dan Karna yang dibelakangnya telah bersiap pasukan Kurawa segelar-sepapan lengkap dengan persenjataan untuk perang. Terjadilah dialog diantara keduanya (Durna dan Anoman). Masing-masing bersikukuh pada tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Akhirnya terjadilah peperangan antara rombongan Kurawa yang dipimpin Durna dengan penjaga keamanan Karang Kadempel yang dipimpin Anoman. Singkat cerita, pasukan Kurawa bisa dipukul mundur oleh Anoman dkk, akhirnya Durna memerintahkan semua pasukannya kembali ke Hastina.
Adegan Keempat
Suasana di luar pendopo Karang Kadempel, anak-anak Semar yaitu Gareng Petruk dan Bagong sedang geguyonan sambil membicarakan situasi Pandemi Covid-19 (Situasi ini adalah momentum untuk menyampaikan misi sosialisasi protokol kesehatan sebagaimana poin-poin yang sering disampaikan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan). Setelah puas jagongan, gegojekan dan gegendingan dan  jogetan, Semar memanggil mereka untuk menghadap ke pendopo Karang Kadempel.
Adegan Kelima
Suasana Pendopo Karang Kadempel dimana Ki Lurah Semar sedang menerima tamu Agung Prabu Sri Bathoro Kresno,Prabu Darmo Kusumo dan Satrio Madukoro Raden Hardjuno. Setelah bage-binagen, Prabu Puntodewo dan Prabu Kresno menyampaikan maksud dan tujuannya ke Karang Kadempel untuk minta tolong kepada Kakang Bodronoyo menyingkap tabir hilangnya ketiga pusaka kerajaan dan ngupadi ketiga pusaka tersebut untuk bisa kembali sebagai usodo kegelapan yang terjadi di Ngamarto (dalam adegan ini bisa di elaborasi/sanggit sindiran-sindiran Semar terhadap para pemimpin, yang hanya inget sama orang kecil kalau butuh saja).
Ki Lurah Noyontoko menyanggupi untuk tugas (sroyo) dari pemimpin dan juga momongannya tadi, serta mempersilahkan tamunya untuk kembali ke Ngamarta menunggu hasil pencariaannya.
Adegan Keenam