Dulu dipergunjingkan, bahkan dikritik, dan kini dinikmati oleh semua. Minggu (8/9) jadi bersejarah, malam aktualisasi perubahan konsep tentang taman di Monas itu, terasa sekali efeknya.
Setelah sekian lama Monas diperlakukan sebagai "garden", sejak akhir 2017 Anies mengubah Monas diubah jadi "park". Dan konser musik klasik tadi malam seakan jadi penanda paling nyata perubahan itu!
Monas pecah semalam. Kali ini oleh segmen penggemar musik klasik. Lebih dari 20 ribu orang berkumpul menikmati keindahan musik karya Beethoven, Mozart, Stauss, Suppe, Rossini, dan sebagainya. Secara live! Di alam terbuka! dan Gratis!
Sebanyak 60 pemain terpilih dan 100 penyanyi dari Jakarta Simfonia Orchestra (JSO) dan Jakarta Oratorio Society (JOS) membawakan mahakarya dari musisi ternama dunia itu. Tak ketinggalan mereka juga menyanyikan lagu-lagu nasional, lagu-lagu kecintaan terhadap tanah air.
Sebenarnya, di mancanegara pementasan musik klasik sudah umum diadakan di luar ruangan. Seperti pementasan musik klasik di Central Park, New York. Ada pula pementasan di Hollywood, Los Angeles. Di Berlin, dipentaskan di Gendarmenmarkt dan Waldbhne. Juga di negara tetangga, tepatnya Singapore Botanic Garden. Tapi di Indonesia, ini baru pertama kali, dan dengan jumlah penonton yang spektakuler!
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan secara khusus membuka  dan memberikan speech di acara tersebut. Anies memberikan ilustrasi, musik klasik adalah gambaran Indonesia: beragam dalam keharmonisan. Setiap musisi bermain sesuai partiturnya masing-masing, tetapi mengikuti arahan konduktornya. Hasilnya, perpaduan keberagaman dalam sebuah keharmonisan. "Itulah Indonesia kita", katanya.
Sempat terjadi kegaduhan di beberapa grup Whatsapp sebelum acara. Di grup-grup wa 'goodbener' ramai melempar tuduhan: itu sebenarnya acara kebaktian suatu agama tertentu. Di grup wa 'gakbener' ramai mempertanyakan, kenapa yang membuka harus Anies? Lucunya, ada juga seorang politisi yang 'taking advantage' ikutan-ikutan secara partikelir ngumumin acara itu. Kenapa ya, semua harus lihat dalam perspektif politik?
Tapi Anies sudah benar. Ia datang sebagai pemimpin Gubernur yang memayungi semuanya. Anies mangatakan bahwa musik adalah bahasa universal, semua musti diberi kesempatan setara.
Panitia juga sudah benar. Monas berada di bawah otoritas Pemprov DKI, mengundang hadir pemegang otoritas adalah legitimasi, penghormatan, serta jaminan keamanan seluruh acara.
Kembali ke soal Monas, di awal-awal kepemimpinannya di DKI, Anies mengubah Pergub tentang Monas. Ia menandatangani Pergub no. 186 tahun 2007 yang menjadikan Monas menjadi tempat terbuka untuk publik. Sebelumnya, tertutup! Monas tak boleh untuk kegiatan seperti konser tadi malam.
Kebijakan baru itu adalah soal soal paradigma. Anies menjadikan Monas bukan sebaga "Garden" tapi "Park". Apa maksudnya? Apa bedanya?
Garden vs Park
"Garden" adalah terminologi dari suatu taman yang bersifat pasif. Â Elemen lansekapnya berupa tanaman hias/tanaman berbunga. Estetika taman lebih ditonjolkan untuk dinikmati sebagai pandangan mata dari pada fungsi.
Tanaman yang ditanam umumnya jenis tanaman yang memilki konsep lansekap untuk mendukung fungsi arsitektur bangunan, hardscape, artwork, kolam, street furniture dan lainnya. Dibutuhkan rancangan khusus untuk mengkombinasi jenis jenis tanaman agar terlihat harmoni dan serasi. Perawatan taman ini memerlukan penanganan khusus dan rutin.
"Park" adalah terminologi dari suatu taman yang bersifat aktif, elemen lansekapnya umumnya berupa hamparan rumput yang luas dan pohon-pohon. Secara umum taman dipakai untuk kegiatan publik seperti rekreasi, olah raga, sosial, budaya dan lainnya.
Taman ini lebih mengedepankan fungsi daripada elemen lansekap. Tanaman dan pohon yang ditanam umumnya dipilih untuk mendukung kegiatan tersebut antara lain tidak memerlukan perawatan khusus, mudah ditanam dan efisien.
Anies kini telah mengubah Monas dari garden menjadi park. Semua warga setara untuk datang dan menggunakannya. Selain musik, Monas juga sudah aktif digunakan masyarakat untuk olahraga, majlis dzikir, pawai kebudayaan, bakti sosial, peringatan hari besar, dan sebagainya.
Jika kebijakan itu dibuat untuk semua, maka semua warga bahagia menjalaninya. Sebaliknya, jika kebijakan hanya untuk kepentingan salah satu pihak, maka tinggal tunggu penderitaan warga.
Kegempitaan konser tadi malam adalah contoh hasil dari dari sebuah kebijakan. Kebijakan yang memikirkan semua, kebijakan yang membahagiakan warganya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H