Gara-gara terlalu sering menonton serial kartun Tin Tin waktu duduk di bangku sekolah dasar, saya jadi punya mimpi untuk kelilingi Indonesia kalau sudah besar. Alhamdulillah, mimpi masa kecil itu menjadi kenyataan setelah saya tumbuh besar dan punya penghasilan sendiri. Saya mendapat kesempatan spesial berkeliling Indonesia dari Sabang sampai Merauke di usia 25 tahun pada tahun 2016 yang lalu.
Jauh hari sebelum memulai perjalanan super penting itu, orang tua dan teman dekat sempat meragukan kemampuan saya. Bukan ragu karena alasan keuangan atau keberanian saya pergi keliling Indonesia sendirian, tapi karena mereka tau bahwa saya sering mabuk saat melakukan perjalanan jauh. Soalnya, sejak kecil saya dijuluki "si jago mabok" saat melakukan perjalanan mudik lebaran ke kampung halaman.
Tolak Angin di Perjalanan Darat, Laut, dan Udara
Saya selalu minum obat anti mabuk sebelum melakukan perjalanan, tapi entah kenapa kebiasaan mabuk itu terus terjadi selama bertahun-tahun setiap saya pulang kampung. Sampai akhirnya, saya menemukan titik terang pada tahun 2008. Sebelum terbang jauh ke Jayapura, Papua saya menemukan sebungkus Tolak Angin di dalam koper orang tua saya. Tanpa pikir panjang, saya langsung ambil dan meminumnya.
Setelah minum sebungkus Tolak Angin, perut dan badan saya terasa hangat, tenggorokan terasa lega, dan tidak ada rasa pusing atau mual yang selalu saya rasakan saat pesawat take off maupun landing. Saya takjub karena waktu itu saya sama sekali tidak mabuk! Padahal saya menempuh perjalanan panjang dan melelahkan sekitar 8 jam dari Jakarta ke Jayapura, ditambah lagi dengan dua kali transit pesawat di Makassar dan Biak.
Sejak perjalanan ke Jayapura itu, saya tidak pernah lupa memasukan Tolak Angin dalam daftar barang bawaan saya sebelum melakukan perjalanan. Sebab, saya merasakan efek yang sangat besar dari sebungkus Tolak Angin, khususnya untuk membantu mencegah mabuk. Sebab kalau sampai mabuk, bukan cuma perjalanannya saja yang terganggu, agenda yang akan dikerjakan di kota tujuan juga bisa berantakan!
Saya ingat betul, rencana saya liburan ke Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah berakhir sia-sia karena saya mabuk di perjalanan. Padahal, waktu itu saya berangkat dari Yogyakarta yang waktu tempuhnya cuma 2,5 jam.
Alhamdulillah, kebiasaan buruk itu tidak pernah terulang lagi setelah saya mengenal Tolak Angin. Bahkan, saya sama sekali tidak merasa pusing atau mual saat melakukan perjalanan darat dengan bus selama 20 jam dari kota Bima di Pulau Sumbawa ke kota Mataram di Pulau Lombok.Â
Bukan cuma mencegah mabuk di darat dan udara, Tolak Angin juga sangat membantu saya ketika melakukan perjalanan dengan kapal laut. Saya pernah sengaja tidak minum Tolak Angin untuk membuktikan bahwa kebiasaan mabuk perjalanan saya sudah berakhir, saat melakukan perjalanan laut dari Banda Aceh ke Sabang. Nyatanya, saya tetap mabuk laut saat kapal bergoyang diterpa ombak di laut.
Berbeda dengan pengalaman saya berlayar ke Sabang, perjalanan laut selama enam jam dari Labuan Bajo ke Bima saya lalui dengan mulus tanpa ada rasa pusing, mual, atau apalagi sampai muntah meski sempat diterjang badai. Kapal bersandar dengan baik dan agenda yang disusun berjaan dengan lancar. Rahasianya sama, minum Tolak Angin sebelum memulai perjalanan dan pastikan fisik dalam kondisi prima.
Tolak Angin juga Ampuh di Segala Cuaca
Selain mengonsumsi Tolak Angin untuk mencegah mabuk saat perjalanan darat, laut, dan udara, saya juga minum Tolak Angin ketika cuaca sedang tidak bersahabat. Salah satu contohnya saya alami saat berada di Wamena, Papua. Ketika itu saya merasa kaget karena udara di Wamena ternyata sangat dingin, suhunya mencapai 8 derajat celsius! Dengan balutan sweater dan coba-coba meminum dua bungkus Tolak Angin, tubuh saya terasa lebih hangat dan saya bisa beraktivitas seperti biasa.
Tolak Angin juga terbukti ampuh untuk membantu mengatasi keluhan kesehatan saat udara panas. Pengalaman ini saya rasakan saat berkunjung ke Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur.
Udara yang kering dan sinar matahari yang terik membuat hidung saya tersumbat, tenggorokan sakit, dan liburan menjadi tidak maksimal. Sesampainya di homestay, Pak Rafli pemilik homestay menghampiri saya dan memberikan sebungkus Tolak Angin beserta teh hangat. "Biasanya saya minum ini mas, besok pagi langsung sembuh," kata Pak Rafli sambil menyodorkan Tolak Angin.
Persis seperti yang disampaikan Pak Rafli, keesokan harinya sakit di tenggorokan saya hilang, hidung terasa lega, dan saya bisa kembali beraktivitas normal. Saya sempat ngobrol lagi dengan Pak Rafli sebelum check out. Beliau bilang, penduduk lokal sering menggunakan bahan-bahan alami untuk mengobati masuk angin, sakit tenggorokan, atau saat kelelahan. "Biasanya orang sini membuat obat dari jahe, cengkeh, atau madu. Tapi sekarang lebih praktis karena ada Tolak Angin ini mas. Kandungannya sama," kata Pak Rafli.
Obrolan santai dengan Pak Rafli membuat saya semakin sadar bahwa semua masalah kesehatan bisa diobati dengan bahan-bahan alami yang bisa didapat di sekitar kita. Dari perjalanan itu, saya juga semakin yakin bahwa manfaat Tolak Angin lebih dari sekadar mengatasi masuk angin, tapi juga mencegah mabuk, meredakan gejala flu, dan mengembalikan stamina saat tubuh terasa lelah. Jadi, tidak salah ya kalau selama ini saya selalu sedia Tolak Angin di dalam tas saat bepergian jauh. Terima kasih Tolak Angin, sudah menjadi teman setia perjalanan kelilingi Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H