Mohon tunggu...
Tulus Barker Naibaho
Tulus Barker Naibaho Mohon Tunggu... Keliling Indonesia -

Traveller. Bercita-cita menjadi penulis dan menetap di London. IG @tulus182 youtube.com/tuluss182

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Sebuah Perasaan

12 Desember 2016   12:08 Diperbarui: 12 Desember 2016   12:28 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita sering tertawa bersama, terkadanh kau kesal karena aku menertawaimu dan tak pernah berhenti menertawai kekonyolan kita. Kita tidak sering mengumbar kemesraan seperti kebanyakan orang. Aku selalu mengingatkanmu untuk tidak seperti kebanyakan orang yang mengumbar kemesraan. Kadang kau bertanya kenapa aku seakan tidak bangga memilikimu. Kadang kau tidak percaya ketika kukatakan aku bangga memilikimu.
Sudah lebih dari tiga tahun aku mengenal hatimu sangat dalam, segala sifatmu, tutur katamu, sabarmu, kelembutan dan perhatianmu, hingga kusadari bahwa aku ketergantungan pada semua yang ada pada dirimu.

Pernah aku berkhianat, dan kau tetap disampingku. Lagi-lagi aku menyakitimu, membuat masalah dalam hidupmu, dan membebani perasaanmu, tanpa kusadari hal itu lambat laun membuatmu hancur. Tanpa kusadari hal itu menjadikan rasa sayangmu kepadaku tergantikan oleh kebencian dan dendam yang mendalam. Berkali-kali kau menangis untukku, kau buang air matamu untuk lelaki yang tak seberapa ini. Kau tetap mempertahankanku, kau lakukan segalanya untuk tetap bisa bersamaku, namun saat kau menuntut hal yang sama, aku hanya bisa jadi laki-laki pengecut dan pecundang.
Hai kau wanita yang kusayang, baru aku menyadari belakangan perubahan sikap yang ada pada dirimu. 

Wanita yang dulu mempertahankan hatinya untukku akhirnya menyuruhku pergi dari hidupnya. Wanita yang dulu setia menemaniku dalam suka dan duka akhirnya membuka hatinya untuk orang lain. Wanita yang dulu berucap untuk menyayangiku selalu akhirnya menyayangi orang lain. Aku tak percaya, aku kalap, aku bingung, dan aku tak bisa apa-apa. Aku tak sanggup membayangkan wanita hebat sepertimu yang dulu selalu ada untukku akhirnya memilih orang lain. Aku tak bisa apa-apa karena dari sekian banyak rasa sakit yang kubuat, tak sedikitpun hatimu bergeming untuk mempertahankanku. 

Kau memaksaku untuk merelakan dirimu untuk pergi bersama orang lain. Aku tak tahu siapa dia, dan akupun tak peduli.
Hanya saja aku sudah tergantung pada dirimu. Aku tak pernah menyangka bahwa wanita yang dulu selalu bertahan untukku akhirnya memilih untuk menyerah. Kau keraskan hatimu, kau keluarkan segenap rasa sakit yang selama ini kau simpan, kau buang segala kenangan kita, dan kau senyapkan panggilan hati kecilmu.

Aku tak mengira wanita yang dulu selalu disampingku, berdebat denganmu, memarahiku, menasehatiku, membelaku, menyayangiku, dan mencintaiku, akhirnya pergi.

Kau yang dulu berujar akan ada selalu untukku dan menungguku akhirnya pergi, berucap bahwa selama ini bagimu kisah kita tak berarti apa-apa.
Hei kau wanita yang kini sudah membenciku, bolehkah aku mengulang kembali waktu? Aku ingin kembali ke masa dimana saat aku jatuh, kau mengulurkan tanganmu untukku. 

Inilah foto pertama kita, foto yang membuktikan bahwa tanpa wanita sepertimu, lelaki di foto itu takkan pernah bisa untuk memakai toga.
Mungkin kau memang benar-benar sudah membuangku dari hidupmu, kau sudah melupakan setiap rasa sayang yang kau sematkan di setiap senyum simpulmu untukku.

Foto ini, kenangan ini...Dalena Sibuea

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun