Mohon tunggu...
Suci Mulya B
Suci Mulya B Mohon Tunggu... Mahasiswa - Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Sangga Buana YPKP

Berisi beragam tulisan yang dimuat oleh seorang penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN dan Segudang Cerita di Dalamnya

1 September 2023   20:19 Diperbarui: 1 September 2023   20:22 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun baru dengan berjuta harapan dan impian telah digenggam dan dirancang oleh setiap individu di seluruh antero dunia. Hal serupa yang dimiliki oleh seorang gadis yang memiliki postur tinggi, pipi tembam layaknya bayi gempal, serta mata dan senyum indah yang selalu menghiasi wajahnya. Dia adalah Gina Nadia Humaira, mahasiswi pendidikan bimbingan konseling yang tengah menduduki bangku perkuliahan semester 6 di IKIP Siliwangi, Cimahi, Jawa Barat.

Gina, panggilan akrab di kalangan teman-temannya turut seta merancang berbagai harapan untuk kemudian dapat direalisasikannya di tahun 2023. Salah satu harapannya, yakni dapat melalui setiap semester perkuliahan dengan baik serta mendapatkan hasil akhir yang baik.

Awal tahun 2023, tepat di mana Gina mendapatkan informasi dari pihak kampus untuk melaksanakan salah satu kegiatan terjun langsung di lingkungan masyarakat, yang kerap disebut dengan kegiatan KKN (Kuliah, Kerja, Nyata). KKN bukanlah hal tabu yang terdengar di kalangan mahasiswa. Pasalnya, kegiatan tersebut menjadi salah satu hal wajib yang perlu dilaksanakan oleh para mahasiswa.

Gina menjelaskan bahwa kegiatan KKN dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) yang disebut dengan GISMA (Gerakan IKIP Siliwangi Mengajar). Kegiatan mengajar Gina dan teman-temannya berlangsung selama kurang lebih 3 bulan, dari Januari dan berakhir di bulan Maret sebelum ramadhan tiba.

Kegiatan KKN, dibentuk secara berkelompok yang isinya merupakan para individu dari berbagai program studi yang berada di suatu kampus. Seperti hal nya kelompok KKN Gina, di mana kelompoknya terdiri dari 20 anggota, dengan laki-laki berjumlah 8 orang dan perempuan berjumlah 12 orang. Beberapa anggotanya ada yang berasal dari program studi pendidikan matematika, bahasa Indonesia bahkan pendidikan guru sekolah dasar.

Setelah dibentuknya kelompok, komunikasi antara Gina dan anggota lainnya mulai terjalin, baik secara tatap muka langsung maupun secara daring melalui aplikasi chatting. Pembicaraan pun dimulai dengan perkenalan satu sama lain, hingga berlanjut membahas mengenai pembagian tugas dan tanggungjawab berdasarkan beberapa divisi yang telah disepakati serta kesepakatan untuk membawa berbagai peralatan rumah tangga oleh setiap anggota.

Masing-masing dari anggota kelompok Gina diberikan tugas pokok dan tanggungjawab yang harus diemban selama kegiatan KKN berlangsung. Gina ditunjuk sebagai bagian publikasi dan dokumentasi. Di sini, Gina bertanggungjawab untuk mendokumentasikan berbagai kegiatan yang sedang dilaksanakan oleh kelompoknya. Dan untuk alat rumah tangga yang harus dibawanya, yakni alat penanak nasi atau kerap disebut dengan magic com serta kompor.

Penempatan daerah untuk para mahasiswa melaksanakan KKN telah diatur oleh pihak kampus, sehingga para mahasiswa tak perlu mencari tempat lagi dan cukup menyiapkan diri untuk segera diterjunkan di lapangan. Daerah yang dipilih oleh pihak kampus untuk para mahasiswa melaksanakan KKN ialah Cianjur. Salah satu daerah yang berada di provinsi Jawa Barat.

Seperti yang diketahui, akhir tahun 2022 menjadi akhir tahun yang kurang baik bagi warga Cianjur. Pasalnya, daerah tersebut mengalami musibah bencana alam berupa gempa bumi. Akibat dari kejadian tersebut, beragam infrastruktur mengalami kerusakan parah, baik itu tempat tinggal para warga maupun sekolah. Banyaknya sekolah yang ikut terdampak dalam kejadian ini menjadi salah satu fokus pihak kampus untuk menerjunkan para mahasiswanya dalam membantu para tenaga pengajar untuk berbagi ilmu bagi para siswa-siswi serta ikut pula membantu masyarakat sekitar.

Seluruh mahasiswa IKIP Siliwangi ditempatkan di Cianjur untuk melaksanakan KKN, hanya saja perbedaan penempatan lokasi desa bagi setiap kelompok. Gina dan kelompoknya ditempatkan di wilayah Kecamatan Cugenang tepatnya di Desa Galudra. Kecamatan Cugenang merupakan salah satu daerah yang ikut terdampak cukup parah, di mana bangunan bagi para siswa-siswi menimba ilmu mengalami kerusakan parah. Akibatnya, mereka tidak dapat belajar di dalam ruang kelas seperti sebelumnya dan berakhir belajar di tenda pengungsian.

Hari Keberangkatan Menuju Cianjur

Siang itu, gadis yang menggunakan hijab abu yang dilengkapi dengan kemeja biru, rok panjang yang menjuntai di kakinya dan dilengkapi dengan sepasang sepatu indah yang menutupi kakinya, merasa jika matahari tepat berada di atas kepalanya, sehingga dapat terasa jika panas tak dapat dibendung hanya dengan meniupkan diri sendiri melalui bibirnya. Namun yang dibutuhkannya ialah angin segar yang berasal dari alam maupun angin buatan yang tak lain dan tak bukan berasal dari kipas angin.

Gina dan anggota kelompoknya sepakat untuk berkumpul terlebih dahulu di salah satu kos anggotanya yang bernama Luviani. Tempat tersebut sekaligus dijadikan sebagai basecamp bagi Gina dan anggota kelompoknya. Di kos itulah, berbagai peralatan rumah tangga dikumpulkan untuk kemudian dibawa oleh sebuah mobil angkutan barang menuju tempat mereka KKN.

"Mobilnya udah datang temen-temen," ujar Gina pada teman-temannya.

"Ya udah, kita mulai angkat barang-barangnya menuju mobil," ajak Cindra kepada teman-teman lainnya.

"Ayo, ayo!" jawab anggota lainnya secara serempak.

Di lokasi kos tersebut, tak semua anggota kelompok KKN Gina ikut berkumpul, hanya 15 orang yang hadir dalam kumpulan tersebut. Lima diantaranya telah terlebih dahulu pergi menuju Cianjur dengan tujuan untuk mencari sebuah tempat tinggal berupa kontrakan yang dapat ditinggali untuk 20 orang anggota.

Setelah dirasa semua perlengkapan telah lengkap, Gina dan anggota lainnya bersiap untuk segera pergi menuju tempat KKN. Gina dan anggota kelompoknya pergi menggunakan kendaraan pribadi, yakni motor. Masing-masing dari mereka melengkapi dirinya dengan perlengkapan keselamatan dalam berkendara, mulai dari helm, sarung tangan hingga kacamata.

Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, Gina dan teman-teman kelompoknya telah tiba di Cianjur. Untuk tempat tinggal atau kerap disebut dengan posko yang akan mereka tempati berada di daerah kota Cianjur, sehingga memberikan kemudahan bagi mereka untuk mengakses berbagai tempat. Salah satu akses terdekat yang dapat mereka kunjungi dari lokasi posko ialah alun-alun, tempat yang di mana pada akhir pekan kerap dipenuhi oleh para warga sekitar untuk menghabiskan akhir pekannya.

Salah satu alasan dipilihnya tempat tinggal yang berada di daerah kota, sebab pihak kampus IKIP menghimbau bagi para mahasiswanya untuk tinggal di daerah yang berada di daerah zona hijau atau zona yang jauh dari bencana. Dan daerah yang aman atau tidak dekat dengan bencana berada di daerah kota. Sebab itulah Gina dan teman-temannya memilih daerah kota sebagai posko tempat tinggalnya.

Tiba di kontrakan, Gina dan teman-temannya mulai menata barang bawaannya. Secara detail, kontrakan ini terdiri dari dua lantai, dua kamar tidur di lantai bawah serta satu kamar mandi yang berada di lantai bawah. Dua kamar tidur diisi oleh para kaum hawa, di mana jumlah para kaum hawa sebanyak 12, sehingga setiap kamar tidur ditempati oleh enam anggota perempuan. Sedangkan bagi kaum adam yang terdiri dari delapan orang, mereka memilih untuk menempati ruang tengah sebagai kamar mereka.

Seusai menata berbagai macam barang yang dibawa oleh Gina dan teman-temannya, mereka melanjutkan kegiatan dengan beristirahat, sebelum esok hari memulai untuk mengajar siswa-siswi. Gina yang memilih tidur untuk beristirahat, sementara Dina memilih untuk bergegas mandi karena dirasa lengket sekujur tubuh dan teman-teman lain dengan kegiatan masing-masingnya.

Hari KKN dan PPL di Cianjur

Udara dingin sedikit demi sedikit terasa mulai merasuk ke dalam pori-pori kulit Gina, bahkan ia mendapat sambutan pagi hari dari suara khas si jago merah tepat pukul 04.00 WIB.

"Sudah pagi ternyata," ujarnya pada diri sendiri sembari duduk di atas tempat tidurnya untuk mengumpulkan nyawanya.

"Jam berapa sekarang, Gin?" tanya salah satu temannya yang bernama Viona.

"Jam 04.00"

Viona mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaannya dengan posisi kedua mata yang masih tertutup akibat rasa kantuk yang tak dapat dihindarkan.

Setelah dirasa nyawa telah terkumpul, Gina beranjak dari tempat tidurnya dan bersiap untuk menuju ke kamar mandi. Karena kamar mandi yang tersedia hanya satu, maka penggunaan kamar mandi secara bergiliran. Gina yang sedang asik dengan pikirannya, tiba-tiba dikejutkan dengan suara salah satu temannya.

"Masuk Gin," ujar Aisyah sembari berlalu.

"Eh, iya. Udah beres?" sahut Gina dengan wajah terkejutnya.

"Udah, masuk aja."

Kurang lebih selama 35 menit, Gina menghabiskan waktu untuk membersihkan diri di bilik kamar mandi. Setelahnya, Gina dan anggota lainnya mulai bersiap untuk segera pergi menuju ke Desa Galudra, Kecamatan Cugenang untuk melaksanakan KKN di hari pertama. Sebagai pelengkap atribut, Gina dan kelompoknya menggunakan rompi khusus dari kampus berwarna navy yang bertuliskan GISMA di bagian punggung rompi. Tak hanya itu, mereka juga kembali melengkapi dengan kartu identitas atau name tag yang tersampir melingkari leher masing-masing anggota.

Perjalanan menuju lokasi cukup lama, yakni sekitar 30 menit yang ditempuh menggunakan sepeda motor jika keadaan jalanan terpantau normal, sedangkan jika jalanan keadaan macet, perjalanan akan menghabiskan waktu sekitar 40 menit. Dalam perjalanannya, mereka harus disuguhkan dengan kondisi jalanan yang kurang layak karena banyaknya lubang di setiap jalan. Tak hanya itu, Gina dan teman-temannya harus melewati jalanan yang jarang sekali mereka temui sebelumnya, seperti tanjakan serta turunan. Bahkan, Gina dan teman-temannya kerap bertemu dengan truk-truk pengangkut barang, sebab terdapat adanya tahap pembangunan atau renovasi bagi rumah warga yang berada di sekitar.

Dapat dikatakan, lokasi sekolah yang akan mereka kunjungi berada di bawah kaki gunung, itulah mengapa perjalanan yang mereka lewati tampak berliku. Sehingga, Gina dan teman-temannya perlu ekstra hati-hati saat akan mengakses jalan menuju lokasi tempat mengajarnya, sebab sekolah dasar yang dijadikan tempat mengajarnya berada di gang kecil yang bernama SD Nyalindung 2.

Pemandangan pertama yang Gina temui setibanya di lokasi ialah adanya tenda pengungsian yang cukup besar berjumlah sekitar dua tenda untuk menampung para siswa-siswi dalam proses belajar mengajar. Benar, para siswa-siswi terpaksa harus melaksanakan pembelajarannya di dalam tenda dikarenakan sekolah mereka menjadi salah satu korban dari ganasnya gempa bumi yang melanda daerah mereka.

Proses kegiatan belajar mengajar di dalam tenda. Sumber: Dokumentasi pribadi Gina Nadia Humaira
Proses kegiatan belajar mengajar di dalam tenda. Sumber: Dokumentasi pribadi Gina Nadia Humaira

Waktu pembelajaran yang dilaksanakan terbagi menjadi dua shift. Pukul 07.30-09.30 WIB, tenda digunakan bagi para siswa-siswi yang duduk di tingkat 1 hingga 3 SD. Sedangkan pukul 09.30-11.30 WIB, tenda digunakan bagi para siswa-siswi yang duduk di tingkat 4 hingga 6 SD. Gina sendiri terpilih untuk mengajar siswa-siswi tingkat 5, sehingga ia akan datang dan mengajar di waktu siang. Namun tak selamanya kegiatan pembelajaran berlangsung selama dua jam, sebab menyesuaikan kembali dengan situasi dan kondisi yang ada.

Kurikulum yang digunakan dalam proses pembelajaran pun menggunakan kurikulum khusus yang menyesuaikan dengan kondisi lapangan. Materi yang diajarkan tidak menitikberatkan layaknya pembelajaran seperti pada umumnya, namun lebih pada bagaimana supaya anak-anak dapat kembali semangat untuk pergi ke sekolah dan belajar. Bahkan, dalam hal berpakaian pun siswa-siswi dibebaskan, sebab menyesuaikan dengan kondisi. Tak ayal, beberapa siswi ada yang menggunakan gamis hingga alas kaki yang digunakan berupa sandal.

Proses pembelajaran berlangsung secara singkat, sebab menyesuaikan dengan situasi dan kondisi sekitar. Kondisi di dalam tenda yang cukup panas menyebabkan sulitnya membangun konsentrasi dengan para siswa. Lebih jelasnya, satu tenda besar yang didalamnya diisi oleh tiga tingkatan sekolah dasar. Tak ada sekat yang mampu memberikan batas di setiap tingkatnya, selain memanfaatkan barang-barang yang tersedia di sekitar, misalnya memberikan sekat dengan menggunakan lemari maupun papan tulis. Meskipun cara tersebut kurang efektif, setidaknya para siswa dapat sedikit memberikan perhatiannya kepada para setiap pengajar yang berada di depannya.

Saat proses pembelajaran berlangsung, kerap kali terasa adanya hembusan angin yang cukup besar sehingga membuat beberapa siswa kembali merasa takut, bahkan mereka harus siap siaga akan kemungkinan yang akan terjadi. Oleh sebab itu, proses pembelajaran tidak akan dilaksanakan jika cuaca tidak mendukung. Misalnya, jika terjadi hujan ataupun adanya hembusan angin yang cukup besar, maka siswa-siswi akan diliburkan.

Disamping itu, anak-anak tidak hanya mendapatkan informasi dari pelajaran umum, namun pada bidang bimbingan konseling, setidaknya para murid mendapatkan empat bidang informasi, yakni pribadi, sosial, belajar dan karir. Gina yang berstatus sebagai mahasiswi bimbingan konseling berperan untuk memberikan layanan informasi kepada para siswa-siswi. Layanan informasi yang dimaksud ialah memberikan penyuluhan yang disesuaikan dengan buku temanya. Dalam hal ini, layanan informasi termasuk ke dalam bidang pribadi, di mana para siswa-siswi diharapkan dapat meningkatkan tingkat inisiatifnya.

Pada hari itu, salah satu tema yang sedang dipelajari yakni mengenai kebersihan. Maka, Gina memberikan layanan informasi yang disesuaikan dengan tema tersebut, yakni mengenai pentingnya menjaga kebersihan.

"Assalaamualaikum anak-anak. Apakah hari ini sudah siap untuk belajar?" sapa Gina kepada para siswa.

"Waalaikumsalam. Siap Bu!" jawab anak-anak serentak.

"Baik. Sebelum kita memulai proses pembelajaran kita berdoa terlebih dahulu yang dipimpin oleh ketua muridnya," ajak Gina pada anak-anak.

"Coba angkat tangan siapa ketua murid di kelas ini?" lanjutnya.

Salah satu anak yang diketahui bernama Sulthon mengangkat tangan kanannya.

"Baik, silakan Sulthon pimpin berdoa," ujar Gina pada seorang anak laki-laki tersebut.

Setelah berdoa, Gina kemudian mulai mengecek satu demi satu kehadiran anak didiknya. Ia mengingatkan pula bagi anak didiknya yang akan menabung untuk memberikan buku tabungannya ke bagian depan dengan cara di estafet.

"Anak-anak, hari ini tema yang akan kita pelajari ialah mengenai kebersihan. Sekarang, ibu akan menjelaskan kepada kalian semua mengenai pentingnya menjaga kebersihan," jelas Gina kepada anak didiknya.

Perlahan, Gina mulai menjelaskan mengenai pentingnya menjaga kesehatan di depan anak didiknya dengan suara yang lugas dan jelas. Gina tak hanya menyampaikan informasi secara verbal semata, namun ia menggunakan media tambahan lainnya. Media yang digunakan oleh Gina dalam proses pembelajaran ialah berupa tampilan video, sehingga membuat para anak didiknya untuk bisa lebih memahami terkait materi yang disampaikan.

Kabar baiknya, sejak kedatangan Gina dan teman-teman ke dalam tenda tersebut, tak terlihat raut wajah sedih yang menghiasi para siswa akibat kejadian yang telah menimpa mereka. Tetapi, mereka menyambut Gina dan teman-temannya dengan tangan tebuka. Hal tersebut menunjukkan jika mereka dapat berdamai dengan musibah yang telah mereka rasakan sebelumnya. Bahkan mereka kerap menjadikannya sebagai ajang bahan guyonan.

Salah satu guyonan yang disampaikan siswa ialah ketika adanya hembusan angin yang menerpa, saat itu juga salah satu siswa mengatakan "Bu, ada lini bu," ujarnya seraya menggoyangkan tiang yang berada di dalam tenda. Dengan ditunjukkan sikap demikian, Gina mengartikan bahwa anak-anak dapat berdamai dengan keadaan yang telah menimpanya. Terlihat raut wajah bahagia yang ditunjukkan mereka di hadapan Gina dan teman-teman kelompoknya.

Tak dapat dipungkiri, waktu berjalan begitu cepat di mana waktu menunjukkan pukul 11.30 WIB. Artinya Gina dan teman-teman akan segera mengakhiri sesi mengajarnya bersama anak-anak SD Nyalindung 2. Gina segera merapikan berbagai peralatan yang telah digunakannya sebelumnya.

"Untuk hari ini, pertemuannya kita cukupkan sampai di sini ya. Kita bahas dan bertemu lagi di esok hari," jelas Gina.

"Baik Bu," jawab anak-anak.

"Sebelum pulang kita berdoa dahulu," ucap Gina sebagai tanda berakhirnya kelas.

Ketua murid yang bernama Sulthon kembali memimpin doa teman-teman kelasnya, sebelum akhirnya beranjak untuk meninggalkan tenda dan pamit untuk pulang ke rumah masing-masing.

Usai pamitnya para siswa-siswi, Gina dan beberapa temannya segera bersiap menuju posko tempat tinggalnya. Gina sudah tak sabar untuk segera menjatuhkan tubuhnya di atas kasur setelah melaksanakan beragam rangkaian kegiatan bersama para anak didiknya.

Panas yang cukup terik menemani perjalanan Gina dan teman-temannya menuju posko. Tak ayal, Gina kerap kali menyipitkan kedua matanya sembari menukik kedua alisnya sebab silaunya pancaran matahari yang mengenai tubuhnya. Wajah yang sebelumnya tampak segar seketika berubah dengan dipenuhi peluh keringat yang mengitari area wajahnya. Tergambar dengan jelas melalui pancaran ekspresinya, betapa lelahnya Gina di hari itu.

Sang fajar telah berpindah tempat untuk kembali pada tempat peristirahatannya di bagian barat, yang menandakan bahwa Gina dan teman-temannya akan segera disapa oleh penghuni cantik pada malam hari, yakni bulan dan bintang.

Tepat pukul 17.00 WIB, Gina dan para temannya menghabiskan waktu dengan berkumpul bersama. Gina bersama teman-temannya kerap kali bermain bersama, seperti halnya bermain karambol bersama maupun bermain bulu tangkis.

Setelah melaksanakan shalat isya bersama, dilanjutkan dengan makan malam. Gina bersama teman-temannya berkumpul di ruang tengah untuk saling bertukar cerita mengenai hari-hari yang telah mereka lalui selama seharian penuh. Bahkan, berlangsung pula diskusi mengenai tugas dan tanggungjawab yang diemban oleh setiap individu. Perkumpulan ini menjadi salah satu ajang untuk bisa lebih mendekatkan diri antara satu sama lain anggota. Setelahnya, mereka kembali melaksanakan kegiatan masing-masing. Ada yang bermain gitar, bermain gawai dan kegiatan lainnya.

Hari demi hari telah berlalu, tak terasa Gina dan teman-teman telah melaksanakan KKN kurang lebih 2 bulan lamanya. Memasuki bulan Rajab, Gina dan teman kelompoknya berencana untuk melaksanakan sebuah kegiatan di bulan Rajab atau kerap disebut dengan acara rajaban. Gina beserta kelompoknya tengah mempersiapkan acara dengan menghias tenda semenarik mungkin.

Beragam permainan diadakan oleh para panitia yang tak lain ialah Gina dan para temannya. Gelak tawa canda menyelimuti seluruh rangkaian acara tersebut. Meskipun peluh menetas sedikit demi sedikit pada wajah Gina dan teman-temannya, hal tersebut dapat tertutupi oleh rasa bahagia bagaimana para siswa-siswi sangat menikmati acara berlangsung.

Pelaksanaan kegiatan rajaban bersama anak-anak SD Nyalindung 2. Sumber: Dokumentasi pribadi Gina Nadia Humaira
Pelaksanaan kegiatan rajaban bersama anak-anak SD Nyalindung 2. Sumber: Dokumentasi pribadi Gina Nadia Humaira

Hari Terakhir KKN

Pertemuan dan perpisahan menjadi salah satu pasangan yang kerap terjadi di dunia. Setiap individu selalu mengharapkan untuk tidak berakhir dengan perpisahan. Hal tersebut terjadi pada Gina dan teman-teman kelompok KKN. Hari ini menjadi hari terakhir bagi Gina dan teman-teman kelompoknya untuk mengajar para siswa-siswi SD Nyalindung 2, sehingga mereka mengadakan acara perpisahan secara sederhana.

Beruntungnya, Gina dan para siswa-siswi sempat bertukar kontak untuk bisa berkomunikasi satu sama lain secara daring. Setidaknya, Gina masih bisa melepas rindu bersama para anak didiknya meskipun melalui layar datar pintar berbentuk persegi.

Pagi ini tak sama dengan pagi sebelumnya, sebab pada pagi ini seluruh murid dari kelas 1 hingga kelas 6 dikumpulkan di dalam tenda secara tertib untuk memulai acara perpisahan. Acara perpisahan dimulai dengan sambutan dari ketua kelompok KKN hingga kepala sekolah dari SD Nyalindung 2, kemudian dilanjutkan dengan penayangan video kebersamaan mereka selama proses pembelajaran yang berlangsung dalam kurun waktu hampir tiga bulan.

Kegiatan selanjutnya dilengkapi dengan adanya proses tukar kado dari para anak didik kepada para mahasiswa KKN dan begitupun sebaliknya. Sedangkan perpisahan bersama para guru SD Nyalindung 2, para mahasiswa mengajak para guru untuk melakukan foto studio di hari berikutnya.

Salah satu kado yang diberikan anak-anak kelas 5 SD Nyalindung 2. Sumber: Dokumentasi pribadi Gina Nadia Humaira
Salah satu kado yang diberikan anak-anak kelas 5 SD Nyalindung 2. Sumber: Dokumentasi pribadi Gina Nadia Humaira

Tentunya ucapan rasa terima kasih disampaikan dari para mahasiswa kepada para siswa, guru dan masyarakat sekitar yang telah mampu menjalin kerja sama yang baik dengan para mahasiswa, serta membantu dan membimbing para mahasiswa selama kegiatan KKN berlangsung. Untaian kata maaf ikut tersampaikan dari para mahasiswa kepada para siswa, guru dan masyarakat sekitar, bila ada sikap maupun perbuatan yang kurang baik pernah dilakukan oleh para mahasiswa secara tidak sadar.

Kegiatan perpisahan Gina bersama anak didiknya. Sumber: Dokumentasi Gina Nadia Humaira
Kegiatan perpisahan Gina bersama anak didiknya. Sumber: Dokumentasi Gina Nadia Humaira

Hari Kepulangan Menuju Cimahi

Selepas melaksanakan perpisahan, keesokan harinya Gina dan teman-teman kelompoknya segera membereskan berbagai perlengkapan yang akan kembali dibawanya ke Cimahi. Berbagai peralatan rumah tangga kembali dirapikan, bahkan Gina dan teman-temannya memastikan untuk tak ada satu barang pun yang tertinggal.

Berbagai perlengkapan rumah tangga telah rapi dan siap dibawa untuk pulang kembali ke rumah. Barang-barang akan kembali dijemput menggunakan mobil bak terbuka. Tak semua teman-teman kelompok Gina pulang bersama menggunakan kendaraan pribadi yakni motor. Namun, beberapa teman Gina ada pula yang dijemput oleh kedua orang tuanya di Cianjur.

Beberapa hal yang membekas pada Gina selama melaksanakan KKN, di mana ia merasa bangga pada anak-anak didiknya yang dapat berdamai dengan keadaan dalam kurun waktu yang cukup cepat setelah terjadinya musibah yang menimpa mereka. Selain itu, Gina sangat terpukau akan semangat yang dimiliki para anak didiknya untuk terus menimba ilmu dalam keadaan apapun. Terakhir, Gina berpesan untuk bisa meninggalkan jejak yang baik di suatu tempat yang sudah kita kunjungi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun