Mohon tunggu...
Suci Mulya B
Suci Mulya B Mohon Tunggu... Mahasiswa - Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Sangga Buana YPKP

Berisi beragam tulisan yang dimuat oleh seorang penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN dan Segudang Cerita di Dalamnya

1 September 2023   20:19 Diperbarui: 1 September 2023   20:22 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurang lebih selama 35 menit, Gina menghabiskan waktu untuk membersihkan diri di bilik kamar mandi. Setelahnya, Gina dan anggota lainnya mulai bersiap untuk segera pergi menuju ke Desa Galudra, Kecamatan Cugenang untuk melaksanakan KKN di hari pertama. Sebagai pelengkap atribut, Gina dan kelompoknya menggunakan rompi khusus dari kampus berwarna navy yang bertuliskan GISMA di bagian punggung rompi. Tak hanya itu, mereka juga kembali melengkapi dengan kartu identitas atau name tag yang tersampir melingkari leher masing-masing anggota.

Perjalanan menuju lokasi cukup lama, yakni sekitar 30 menit yang ditempuh menggunakan sepeda motor jika keadaan jalanan terpantau normal, sedangkan jika jalanan keadaan macet, perjalanan akan menghabiskan waktu sekitar 40 menit. Dalam perjalanannya, mereka harus disuguhkan dengan kondisi jalanan yang kurang layak karena banyaknya lubang di setiap jalan. Tak hanya itu, Gina dan teman-temannya harus melewati jalanan yang jarang sekali mereka temui sebelumnya, seperti tanjakan serta turunan. Bahkan, Gina dan teman-temannya kerap bertemu dengan truk-truk pengangkut barang, sebab terdapat adanya tahap pembangunan atau renovasi bagi rumah warga yang berada di sekitar.

Dapat dikatakan, lokasi sekolah yang akan mereka kunjungi berada di bawah kaki gunung, itulah mengapa perjalanan yang mereka lewati tampak berliku. Sehingga, Gina dan teman-temannya perlu ekstra hati-hati saat akan mengakses jalan menuju lokasi tempat mengajarnya, sebab sekolah dasar yang dijadikan tempat mengajarnya berada di gang kecil yang bernama SD Nyalindung 2.

Pemandangan pertama yang Gina temui setibanya di lokasi ialah adanya tenda pengungsian yang cukup besar berjumlah sekitar dua tenda untuk menampung para siswa-siswi dalam proses belajar mengajar. Benar, para siswa-siswi terpaksa harus melaksanakan pembelajarannya di dalam tenda dikarenakan sekolah mereka menjadi salah satu korban dari ganasnya gempa bumi yang melanda daerah mereka.

Proses kegiatan belajar mengajar di dalam tenda. Sumber: Dokumentasi pribadi Gina Nadia Humaira
Proses kegiatan belajar mengajar di dalam tenda. Sumber: Dokumentasi pribadi Gina Nadia Humaira

Waktu pembelajaran yang dilaksanakan terbagi menjadi dua shift. Pukul 07.30-09.30 WIB, tenda digunakan bagi para siswa-siswi yang duduk di tingkat 1 hingga 3 SD. Sedangkan pukul 09.30-11.30 WIB, tenda digunakan bagi para siswa-siswi yang duduk di tingkat 4 hingga 6 SD. Gina sendiri terpilih untuk mengajar siswa-siswi tingkat 5, sehingga ia akan datang dan mengajar di waktu siang. Namun tak selamanya kegiatan pembelajaran berlangsung selama dua jam, sebab menyesuaikan kembali dengan situasi dan kondisi yang ada.

Kurikulum yang digunakan dalam proses pembelajaran pun menggunakan kurikulum khusus yang menyesuaikan dengan kondisi lapangan. Materi yang diajarkan tidak menitikberatkan layaknya pembelajaran seperti pada umumnya, namun lebih pada bagaimana supaya anak-anak dapat kembali semangat untuk pergi ke sekolah dan belajar. Bahkan, dalam hal berpakaian pun siswa-siswi dibebaskan, sebab menyesuaikan dengan kondisi. Tak ayal, beberapa siswi ada yang menggunakan gamis hingga alas kaki yang digunakan berupa sandal.

Proses pembelajaran berlangsung secara singkat, sebab menyesuaikan dengan situasi dan kondisi sekitar. Kondisi di dalam tenda yang cukup panas menyebabkan sulitnya membangun konsentrasi dengan para siswa. Lebih jelasnya, satu tenda besar yang didalamnya diisi oleh tiga tingkatan sekolah dasar. Tak ada sekat yang mampu memberikan batas di setiap tingkatnya, selain memanfaatkan barang-barang yang tersedia di sekitar, misalnya memberikan sekat dengan menggunakan lemari maupun papan tulis. Meskipun cara tersebut kurang efektif, setidaknya para siswa dapat sedikit memberikan perhatiannya kepada para setiap pengajar yang berada di depannya.

Saat proses pembelajaran berlangsung, kerap kali terasa adanya hembusan angin yang cukup besar sehingga membuat beberapa siswa kembali merasa takut, bahkan mereka harus siap siaga akan kemungkinan yang akan terjadi. Oleh sebab itu, proses pembelajaran tidak akan dilaksanakan jika cuaca tidak mendukung. Misalnya, jika terjadi hujan ataupun adanya hembusan angin yang cukup besar, maka siswa-siswi akan diliburkan.

Disamping itu, anak-anak tidak hanya mendapatkan informasi dari pelajaran umum, namun pada bidang bimbingan konseling, setidaknya para murid mendapatkan empat bidang informasi, yakni pribadi, sosial, belajar dan karir. Gina yang berstatus sebagai mahasiswi bimbingan konseling berperan untuk memberikan layanan informasi kepada para siswa-siswi. Layanan informasi yang dimaksud ialah memberikan penyuluhan yang disesuaikan dengan buku temanya. Dalam hal ini, layanan informasi termasuk ke dalam bidang pribadi, di mana para siswa-siswi diharapkan dapat meningkatkan tingkat inisiatifnya.

Pada hari itu, salah satu tema yang sedang dipelajari yakni mengenai kebersihan. Maka, Gina memberikan layanan informasi yang disesuaikan dengan tema tersebut, yakni mengenai pentingnya menjaga kebersihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun