Mohon tunggu...
Suci Mulya B
Suci Mulya B Mohon Tunggu... Mahasiswa - Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Sangga Buana YPKP

Berisi beragam tulisan yang dimuat oleh seorang penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental bagi Mahasiswa Tingkat Akhir

3 Agustus 2023   12:40 Diperbarui: 3 Agustus 2023   12:45 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi para mahasiswa terutama mahasiswa tingkat akhir, tentu tidak mudah untuk lulus dari sebuah perguruan tinggi sebelum menyelesaikan  tugas akhir yang bernama skripsi. Skripsi merupakan salah satu bentuk karya tulis ilmiah yang wajib dikerjakan oleh seorang mahasiswa.

Penyusunan skripsi dikerjakan oleh seorang mahasiswa yang berada di tingkat strata atau S1. Tujuannya ialah supaya mahasiswa bisa menulis sebuah karya ilmiah dari suatu fenomena atau permasalahan tertentu yang sesuai dengan bidang keilmuannya masing-masing.

Pengerjaan skripsi yang dilakukan oleh mahasiswa tentu tidaklah mudah, mahasiswa akan melalui berbagai tahapan secara berurutan. Mulai dari mengajukan judul kepada dosen pembimbing, penulisan dan penelitian hingga berakhir penelitian diterima dan hasilnya siap dipresentasikan di hadapan para dosen penguji.

Terdapat beberapa permasalahan umum yang kerap dialami oleh mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyusun skripsi, yakni adanya kendala dalam pengajuan judul maupun kendala dalam hal bimbingan dengan dosen. Dua permasalahan di atas, tak ayal menjadikan sebagian mahasiswa mulai merasa lelah, capek hingga mengalami gangguan tidur karena tak kunjung adanya kemajuan pada tugas akhirnya, sehingga menyebabkan adanya kondisi fisik maupun mental yang perlahan terganggu hingga membuat tidak stabil.

Pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak hanya kesehatan fisik yang harus menjadi perhatian bagi mahasiswa terutama yang berada di tingkat akhir, namun kesehatan mental harus ikut serta diperhatikan. Pada dasarnya kesehatan fisik dan mental merupakan dua hal penting yang saling berhubungan satu sama lain. Ketika kondisi fisik dan mental dalam keadaan yang stabil, maka mudah bagi kita untuk menjalankan aktivitas sehari-hari, salah satunya mengerjakan tugas akhir.

Dilansir dari website Kementerian Kesehatan, definisi dari kesehatan mental yakni sebuah kondisi di mana individu memiliki kesejahteraan yang tampak dari dalam dirinya, mampu menyadari akan potensi dirinya, mampu mengatasi tekanan hidup dalam kehidupan, mampu bekerja secara produktif serta mampu menghasilkan dan berkontribusi bagi komunitas maupun lingkungan sekitarnya.

Pada kenyataannya, tak semua individu bisa menjaga kestabilan akan kondisi kesehatan mentalnya masing-masing, terlebih bagi mahasiswa tingkat akhir. Tak jarang banyak mahasiswa yang berakhir meregang nyawa diakibatkan kondisi kesehatan mental yang kurang stabil seperti halnya mengalami depresi maupun stress. Tak ayal, beberapa mengatakan jika  adanya kewajiban menyusun skripsi menjadi salah satu hal yang dapat memberikan dampak negatif bagi mahasiswa tingkat akhir.

Sebagai contoh nyata, beberapa bulan lalu tepatnya bulan Januari 2023 terdapat seorang mahasiswa asal Subang yang berkuliah di Jakarta, di mana ia nekat mengakhiri hidupnya dengan cara loncat dari lantai 4 kamar kosnya. Diduga mahasiswa tersebut mengalami gangguan kesehatan mental yakni depresi, lantaran akan mengikuti sidang skripsi di kampusnya.

Jika kita telaah peristiwa di atas, sebenarnya mahasiswa tersebut telah berada pada tangga final. Artinya mahasiswa telah berada satu langkah lebih dekat untuk segera lulus dari sebuah peruguruan tinggi. Namun, faktanya ia mengalami depresi ketika akan mengikuti sidang skripsi dan berakhir bunuh diri.

Beberapa kemungkinan yang dapat menjadi pemicu sang mahasiswa untuk mengakhiri hidupnya ialah di mana mahasiswa tersebut merasa takut tidak bisa melakukan sidang skripsinya. Tapi, pemicu lainnya bisa pula didapatkan dari faktor-faktor lainnya entah itu faktor lingkungan maupun faktor ekonomi.

Maka dari itu, penting bagi kita terutama para mahasiswa tingkat akhir untuk bisa menjaga mental agar tetap waras ditengah gempuran penyusunan skripsi. Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya gangguan serta menjaga kestabilan akan kesehatan mental ialah dengan menerapkan rasa sabar pada diri sendiri, jika skripsi yang sedang dikerjakan belum mendapat kemajuan secara besar dibandingkan teman-teman lainnya. Namun, tetap harus ada usaha agar ada kemajuan di setiap harinya dan skripsi segera rampung untuk diselesaikan.

Penerapan ini dimaksudkan sebagai salah satu langkah untuk melatih diri menjadi individu yang dapat mengendalikan diri supaya tidak mudah emosional. Lebih lanjut, penerapan ini juga menjadikan diri sendiri untuk lebih tenang sehingga kesehatan mental akan menjadi positif.

Penjabaran di atas didukung oleh sebuah penelitian yang dilakukan oleh S. Husni Siregar (2021) dengan judul penelitian "Hubungan Sabar Dengan Kesehatan Mental Pada Mahasiswa Yang Sedang Menyusun Skripsi". Dijelaskannya bahwa semakin tinggi tingkat sabar maka akan semakin tinggi pula kesehatan mental mahasiswa yang menyusun skripsi. Sebaliknya, semakin rendah tingkat sabar maka semakin rendah kesehatan mahasiswa dalam menyusun skripsi.

Cara lain untuk bisa menjaga kestabilan dan mencegah timbulnya gangguan mental bagi mahasiswa ialah dengan adanya pemberian dukungan baik dari pihak internal maupun eksternal. Banyaknya dukungan yang diberikan, tentu akan berdampak positif bagi kesehatan mental mahasiswa saat menyusun skripsi.

Dukungan dari pihak internal bisa didapatkan mahasiswa dari yang paling dekat yakni keluarga. Menurut Levit (1993) dukungan sosial utama bisa didapatkan yang bersumber dari keluarga. Sehingga, keluarga menjadi salah satu pendukung utama yang dibutuhkan mahasiswa tingkat akhir dalam menyelesaikan skripsi. Dengan adanya peran keluarga menjadikan mahasiswa merasa diperhatikan, dihargai bahkan dicintai. Secara tidak langsung keluarga ikut berperan dalam membangun kesehatan mental mahasiswa tingkat akhir.

Sedangkan dukungan eksternal bisa berasal dari teman sebayanya maupun dosen itu sendiri. Pada salah satu jurnal penelitian karya Imam dan Ivan (2018) yang berjudul "Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Self Efficacy Dalam Menyelesaikan Skripsi Pada Mahasiswa", disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial yang diberikan teman sebaya maka akan semakin tinggi pula self efficacy mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi begitupun sebaliknya. Self efficacy menurut Alwisol (2009) dijelaskan sebagai penilaian individu tentang kemampuannya mengenai bisa atau tidaknya dalam melakukan tindakan untuk mengerjakan sesuatu sesuai dengan yang dipersyaratkan.

Selaras dengan dukungan dari teman sebaya, dukungan dari dosen juga sangat diperlukan bagi mahasiswa. Dengan adanya dukungan positif seperti halnya memberikan motivasi pada mahasiswa, maka akan menjadikan mahasiswa semangat dalam mengerjakan tugas akhir dan membuat kesehatan secara fisik maupun mental tetap terjaga.

Saat ini kesadaran akan pentingnya kesehatan mental mulai diperhatikan dan banyak digaungkan oleh banyak pihak. Dan tentunya di lingkungan kampus juga perlu memperhatikan akan pentingnya kesehatan mental bagi para mahasiswa terutama mahasiswa tingkat akhir. Bila perlu hadirkan layanan konseling yang dapat diperuntukkan bagi mahasiswa yang memiliki berbagai kendala dalam perkuliahannya.

Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan kesehatan secara fisik maupun mental bagi para mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyusun skripsi. Jika mahasiswa mulai merasakan adanya kendala dalam penyusunan tugas akhir sehingga berakibat pada gangguan tidur, bahkan hingga merasakan adanya kecemasan maupun ketakutan, maka mahasiswa diharapkan untuk mencari bantuan profesional baik itu ke psikolog maupun psikiater untuk segera ditangani.

Sumber :

Savitrie, E. (2022). Mengenal Pentingnya Kesehatan Mental pada Remaja. Diakses melalui https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/362/mengenal-pentingnya-kesehatan-mental-pada-remaja

Shubhy, Z. (2023). Diduga Depresi, Mahasiswa Tewas Usai Loncat dari Lantai 4 Kamar Kos. Diakses melalui https://www.beritasatu.com/news/1021337/diduga-depresi-mahasiswa-tewas-usai-loncat-dari-lantai-4-kamar-kos

Siregar, S. H. (2021). Hubungan Sabar Dengan Kesehatan Mental Pada Mahasiswa Yang Sedang Menyusun Skripsi. Diakses melalui https://repository.uir.ac.id/17014/1/148110017.pdf. Fakultas Ilmu Psikologi. Universitas Riau. Riau

Widiantoro, D., Nugroho, S., & Arief, Y. (2019). Hubungan Antara Dukungan Sosial dari Dosen dengan Motivasi Menyelesaikan Skripsi pada Mahasiswa. Jurnal An-Nafs, 4(1), 1-14. https://www.researchgate.net/publication/333554184

Hanapi, I., & Agung, I. M. (2018). Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Self Efficacy Dalam Menyelesaikan Skripsi Pada Mahasiswa. Jurnal RAP UNP, 9(1), 37-45. https://ejournal.unp.ac.id/index.php/psikologi/article/view/10378/7610

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun