Mohon tunggu...
Alamul Huda
Alamul Huda Mohon Tunggu... Pelajar -

Bukan siapa-siapa. Hanya seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di Ibukota. Menikmati hiruk-pikuk kehidupan di pinggiran Jakarta. Mencoba berbagi apa saja yang dialami dan dipikirkannya lewat nulis di Kompasiana. Semoga mencerahkan!. Twitter: @hudadotcom // Facebook: https://www.facebook.com/hudabwi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mahasiswa Tak Kenal Dosen, Salah Siapa?

26 Desember 2015   10:37 Diperbarui: 26 Desember 2015   10:37 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari yang lalu aku mengikuti sebuah seminar internasional di kampus tempatku belajar.

Acara itu diadakan oleh program pasca sarjana di kampusku. Namun yanng tidak pasca sarjana juga boleh ikut. Banyak teman-temanku yang ikut. Acara itu diadakan dalam rangka memperingati maulid nabi Muhammad Saw.

Meskipun tak terlambat, tapi pas aku tiba, sudah banyak perserta yang memenuhi ruangan. Aku mencari tempat duduk ditengah. Namun, setelah berfikir, aku memutuskan untuk duduk di depan.

Belum genap 5 menit aku duduk di depan, aku berubah fikiran lagi. Aku putuskan untuk duduk di belakang lagi.

Sambil menunggu acaranya dimulai, seluruh peserta mendengarkan pembacaan shalawat yang ditampilkan oleh grup rebana kampusku.

Sembari mendengarkan, aku main hape. Memperhatikan peserta lain yang hadir. Hingga akhirnya, acara pun dimulai.

Meski acara telah dimulai, masih ada peserta yang lalu lalang masuk ruangan acara. Acara berjalan seperti seminar pada umumnya.

Hingga pada menit yang keberapa (aku lupa), duduklah disampingku, seorang lekaki yang usianya sekitar umur 40 tahun.

Aku diam saja. Begitu pula dia. Kami asyik dengan kegiatan kami masing-masing. Tak ada percakapan di antara kita.

Ketika acara hampir selesai, pemandu seminar menanyakan apakah ada peserta yang ingin bertanya. Panitia hanya membatasi 3 peserta.

Yang bertanya pertama kali adalah teman sekelasku. Terus ada lagi peserta dari LIPIA. Sudah dua.

Tanpa aku sangka-sangka, lelaki paruh baya yang duduk di sampuingku ikut bertanya. Dia maju ke depan, dan bertanya menggunakan mic.

Aku tak berani bertanya. Mengapa? Karena acaranya memakai bahasa Inggris dan Arab. Hanya sesekali yang menggunakan bahasa Indonesia. Oiya, lupa aku katakan di awal. Yang mengisi seminar ada 3 orang. Yang dua dari luar negeri, Iran dan satunya entah negara mana, aku pula. Satunnya lagi pak Rektor kampusku.

Kembali lagi ke cerita awal.

Setelah bertanya, lelaki itu duduk lagi di kursi sampingku. Dia memulai percakapan denganku.

“Semester berapa dek?,”

Aku jawab, “Semester satu, Pak.”

Setelah ngobrol ngalor ngidul, aku memberanikan diri bertanya kepada beliau, “Bapak siapa namanya?,”

“Saya?,” tanyanya kepadaku seakan tak percaya masak ada mahasiswa yang tak kenal beliau.

“Iya,” jawabku ringan.

“Saya di di sini (sambil menyebutkan sebuah nama fakultas di kampusku) dek,” jawabnya ringan.

“Kan dulu pernah kenalan pas Ospek,” dia melanjutkan kata-kataya.

Aku tambah bingung. Aku mulai berfikir keras. Malu mulai memenuhi isi kepalaku sambil bergumam dalam hati, “Ini pasti orang besar di kampus ini.” Awalnya aku hanya mengira mungkin bapak ini mahasiswa pasca sarjana.

Setelah berfikir agak lama, aku menjawab, “ow, bapak ini bapak ... (aku sebutkkan namanya),”

“Iya, dek,”

Sambil malu-malu, aku sampaikan kepada beliau, “Ow, ya pak, saya memang kurang mengenal orang-orang di kampus ini.”

Panas dingin. Malu. Memenuhi sekujur tubuhku.

***

Ya inilah contoh mahasiswa yang tak kenal dengan dosennya sendiri. Wkwkw.

Tapi jujur saja, aku memang hanya sekali bertemu denngan bapak itu. Itupun pas Ospek dulu.

Kalau ada mahasiwa tak kenal dosennya, entah salaha siapa. Yang jelas, orang bersalah adalah mereka yang ada di penjara, biasanya sih. Hehe.

Jakarta Selatan, 26 Desember 2015. 09.55 WIB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun