Mohon tunggu...
jonas pablea
jonas pablea Mohon Tunggu... -

Saya masih berstatus sebagai mahasisa STFT (Sekolah Tinggi Filsafat Teologi) Widya Sasana, Malang. Sekarang berada di tingkat akhir dan sedang proses penyelesaian skripsi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Laporan III TOP di Seminari Menengah ST Yohanes Don Bosco Samarinda

4 Juni 2014   07:51 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:27 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

BAGIAN I

PENGANTAR

Menjalani tahap pastoral di Seminari Menengah Santo Yohanes don Bosco memiliki pengalaman tersendiri bagi penulis, terutama bagaimana mengembangkan diri menjadi pribadi dewasa dan berwawasan sebagai calon imam Keuskupan Agung Samarinda. Dengan belajar dan terus belajar dari satu pengalaman ke pengalaman lainnya membuat penulis menyadari betapa indahnya suatu panggilan untuk melayani umat sebagai seorang frater.

Pada kesempatan kali ini penulis belajar mencoba merefleksikan secara biblis-teologis terhadap persoalan yang terjadi di seminari tempat penulis berpastoral. Refleksi ini mengenai persoalan apa yang terjadi terhadap para remaja seminaris selama dalam pembinaan. Seperti dalam Kitab Suci, Yesus mengutus ketujuh puluh murid mendahului Dia mewartakan Kerajaan Allah. Murid-murid ini diutus bagai domba ke tengah-tengah kawanan serigala. Dengan segala milik yang ada yang sekiranya bertentangan dengan aturan-aturan seminari seharusnya tidak dimiliki oleh para siswa seminaris agar tidak menjadi batu sandungan dalam pendidikan dan pembinaan selama berada di seminari.

BAGIAN II

REFLEKSI BIBLIS, RENCANA STRATEGIS PASTORAL

DAN REFLEKSI PRIBADI

2.1 Ulasan Tentang Realitas dan Permasalahannya

Penulis mengulas sedikit mengenai realitas dalam seminari menengah terutama mengenai para seminaris yang menimba ilmu rohani dan pendampingan sebagai calon imam. Seminaris muda yang masuk ke Seminari Menengah Santo Yohanes don Bosco berasal dari berbagai daerah, suku dan latar belakang keluarga. Seminaris kebanyakan berasal dari luar Kota Samarinda, sebagian besar dari Kampung Mahakam Hulu, Kutai Barat, Tenggarong, Balikpapan. Suku yang mendominasi adalah Dayak dan Flores, selain itu ada dari Toraja, Jawa. Seminaris juga berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda, ada dari keluarga sederhana maupun berada, keluarga yang mendukung panggilan atau pun hanya menitipkan anaknya ke dalam seminari tanpa berminat mengirim anaknya lebih jauh ke arah panggilan khusus sebagai calon imam.

Keanekaragaman latar belakang ini sebagai kekuatan bagi seminari sekaligus sebagai permasalahan yang membawa pengaruh kuat di antara seminaris. Perbedaan-perbedaan yang ada membawa pengaruh dan dampak di dalam seminari. Dengan kebijakan-kebijakan yang ada dari direktur seminari diharapkan membawa seminari ke arah yang lebih baik.

2.2Refleksi Biblis-Teologis

Dari permasalahan yang sudah diuraikan, penulis berusaha merefleksikannya dalam terang Kitab Suci. Refleksi ini dibuat dengan maksud untuk mengatakan bahwa setiap masalah yang muncul memiliki pesan iman. Artinya Tuhan ada dan hadir dari setiap peristiwa yang terjadi, secara khusus problem-problem yang terjadi di seminari bersama dengan para seminarisnya.

2.2.1Masalah yang Ditemukan di Seminari

Seminari Menengah Santo Yohanes don Bosco terletak di Keuskupan Agung Samarinda dan seminari milik keuskupan. Seminari ini menghimpun anak-anak remaja dari berbagai daerah dan wilayah di Keuskupan Agung Samarinda yang ingin melanjutkan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas di Samarinda.Anak-anak remaja berasal dari berbagai daerah yang masuk ke seminari mungkin diberitahukan oleh pastor paroki, keluarga, teman atau melalui brosur.

Ketika telah berada di seminari, para remaja seminaris telah menjadi anggota keluarga Seminari Menengah Santo Yohanes don Bosco. Mereka menjadi saudara dan sahabat bagi satu sama lain terutama dalam memperjuangkan panggilan sebagai calon imam. Yang menjadi masalah adalah bagaimana mereka dalam tahap sebagai remaja yang berasal dari daerah yang berbeda, keluarga dan latar berbeda, yang dulunya cukup bebas tanpa aturan ketat harus mematuhi aturan di seminari dan juga di sekolah katolik di mana mereka menimba ilmu. Terkadang dalam perjalanan waktu mereka mulai menyeleweng dari aturan-aturan yang berlaku di seminari. Bahkan sebagian dari seminaris masih belum memiliki panggilan untuk mengarah ke arah panggilan imamat.

2.2.2Sebab Utama Masalah

Sebab utama yang mendasar adalah mereka yang masuk ke seminari kebanyakan untuk masuk ke Sekolah Menengah Atas di Samarinda dengan tujuan yang berbeda. Mereka yang masuk di seminari menengah belum tentu ingin melanjutkan ke pembinaan selanmjutnya di seminari tinggi. Dalam hal ini artinya mereka belum memiliki niat untuk menjadi imam. Hanya karena tinggal di seminari dengan biaya yang cukup murah membuat mereka masuk dalam komunitas seminari. Oleh karena tujuan yang berbeda dengan ketentuan seminari maka banyak dari para seminaris kurang dapat mematuhi aturan di seminari, terutama dalam hal tata tertib dan studi. Harus dengan cukup ‘pemaksaan’ barulah mereka dapat mematuhi tata tertib yang ada.

2.2.3Perikop Kitab Suci yang Cocok dengan Masalah

Teks Kitab Suci yang penulis rasa cocok mengenai panggilan para remaja yang masuk ke seminari berasal dari Injil Lukas 10:1-9. Dalam teks tersebut Yesus menujuk dan mengutus ketujuh puluh murid ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Yesus berkata kepada mereka, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” Perutusan ini cocok bagi para seminaris saat ini yang terpanggil untuk menjadi calon imam yang melayani di ladang Tuhan.

Selain itu pula Yesus berpesan kepada para murid, “Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.”

2.2.4Uraian Alasan Kecocokan

Seminaris masuk ke seminari berarti mereka juga siap untuk menjadi murid yang diutus ke mana saja. Perutusan ini mirip dengan perutusan ketujuh puluh murid Yesus ke kota mendahului-Nya. Yesus melarang para murid membawa bekal atau pundi-pundi selama perjalanan dan memberikan salam kepada orang-orang di tempat yangmereka tuju. Ketika masuk seminari, sesuai dengan aturan para seminaris dilarang untuk membawa bekal atau alat-alat yang tidak menunjang pembinaan. Namun dalam kenyataan banyak para seminaris melanggar aturan ini. Selain itu seminaris berjuang untuk mematuhi aturan dan tata tertib yang telah disepakati bersama.Inilah yang menjadi pemikiran bersama untuk program selanjutnya.

2.2.5Pesan Iman dari Kenyataan yang telah Didapatkan dengan Kitab Suci

Pesan iman yang dapat ditangkap dari perikop Kitab Suci di atas adalah bahwa perutusan sebagai murid-murid Yesus haruslah dengan dengan segala kerendahan hati, mau meninggalkan kesenangan-kesenangan pribadi dan menjalani apa yang menjadi aturan berlaku di seminari. Yesus mengutus kepada tuaian yang sangat banyak dan beragam. Dengan perutusan tersebut diharapkan para murid dapat menjalankan perutusan dengan baik tanpa terikat dengan kesenangan pribadi atau terbebani dengan hal-hal lainnya. Segala aturan dan tata tertib di seminari diperuntukkan bagi mereka yang mau melanjutkan pendidikan dan pembinaan dalam on going formation menjadi calon imam. Semua seminaris diutus untuk mewartakan Kerajaan Allah di tempat masing-masing.

2.3Latihan Membuat Rencana Strategis Pastoral

Perencanaan adalah aktivitas pengaturan manajemen yang meliputi upaya menganalisis situasi, menetapkan arah dan tujuan jangka panjang, sasaran jangka pendek dan menentukan tindakan-tindakan yang khusus untuk mencapai tujuan. Sedangkan perencanaan pastoral bertujuan untuk mengembangkan Gereja yang lebih baik dan lewat Gereja yang tanggap terhadap tanda-tanda zaman suatu dunia dan masyarakat manusia yang lebih baik.

2.3.1Isu Strategis

Isu strategis yang ada di seminari adalah bagaimana menata kembali aturan-aturan seminaris agar dapat dijalankan dengan lebih baik sebagai ciri pendidikan calon imam?

2.3.2Masalah Pokok

Masalah pokok di seminari adalah para seminaris mengalami kesulitan untuk mematuhi aturan dan tata tertib yang sudah disepakati bersama dan disetujui oleh direktur seminari.

2.3.3Sebab Utama atau Akar Masalah

Akar masalah dari tidak ditaatinya aturan seminari yang telah berlaku oleh sebagian besar seminaris adalah latar belakang para seminaris yang sebagian besar dari keluarga sederhana, tidak menerapkan secara disiplin terhadap diri seminaris, penerapan kehidupan yang bebas tanpa aturan dan tata tertib. Siswa seminaris sebagian besar berasal dari luar kota atau asalnya dari kampung dan desa, sedikit sekali yang berasal dari kota. Karenanya penerapan aturan harus diperkenalkan secara tahap demi tahap.

2.3.4Program

Berdasarkan permasalahan pokok yang ada dalam diri para seminaris di Seminari Menengah Santo Yohanes don Bosco, maka beberapa program kerja yang penulis coba berikan, antara lain:

a.Bersama dengan pastor direktur membuat jadwal harian seminari serta tata tertib agar dapat ditaati bersama.

b.Bersama dengan pengurus seminaris agar dapat membuat jadwal-jadwal bagi para seminaris sehingga seminaris memiliki tugas-tugas yang jelas dan terarah.

c.Adanya pembenahan dalam sarana-sarana di seminari yang menunjang kegiatan pembinaan calon imam.

2.3.5Tujuan Jangka Panjang

No

Tujuan Jangka Panjang

Indikator

1

Dalam 3 tahun ke depan seminaris memiliki rasa kesadaran sebagai calon imam dapat tergugah, bukan lagi sebagai seminaris yang terpaksa mengikuti aturan melainkan ada kerinduan menjalani kehidupan di seminari sebagai bagian dari hidup panggilan untuk menjadi imam.

Seminaris tahun pertama yang dipimpin oleh pastor direktur yang baru mengalami perubahan dengan aturan dan tata tertib yang baru pula.

2

Renovasi bagian-bagian seminari yang dilakukan secara bertahap agar dapat menunjang sarana pembinaan bagi seminaris

Perbaikan sarana penun-jang di seminari seperti renovasi kamar seminaris, bangunan gazebo dapat selesai secara bertahap.

2.3.6Sasaran Jangka Pendek

No

Sasaran Jangka Pendek

Indikator

1

Pendampingan secara intensif kepada para seminaris dan acara-acara harian.

Seminaris dapat menyadari diri untuk berkembang dari hari ke hari sebagai calon imam pemimpin umat.

2

Mengadakan acara rekoleksi bulanan, pendalaman iman selama masa adven dan prapaskah.

Seluruh seminaris mengi-kuti kegiatan-kegiatan seminari.

2.3.7Nilai-Nilai

Nilai-nilai yang diperoleh dari persoalan dan pergumulan yang ada bersama para seminaris dan staf seminari adalah saling berbagi kasih di dalam komunitas, adanya kesabaran dari pihak staf, terlebih pastor direktur untuk mendampingi dan membimbing seminaris yang masih remaja ke arah pembinaan calon imam yang sesuai.

2.4Refleksi Pribadi

Dalam pembahasan kali ini, penulis akan memberikan refleksi pribadi atas pengalaman berpastoral dan hidup doa yang dialami selama menjalani masa TOP ini. Refleksi ini penting dalam mengolah panggilan ini dengan berlandaskan pada pengalaman berpastoral selama kurang lebih satu tahun di Seminari Santo Yohanes don Bosco.

2.4.1Kehidupan Rohani

Kehidupan rohani penulis amat terbantu selama berpastoral di seminari yang hidup rohaninya tertata dengan baik dan teratur. Seminari sebagai wadah pembinaan bagi para calon imam amat memperhatikan hidup rohani dengan sesering mungkin menghadiri misa harian dan mendoakan ibadat harian, baik ibadat pagi maupun ibadat sore dan completorium.

Berkaitan dengan Perayaan ekaristi, baik pada Hari Minggu maupun pada misa harian, penulis menyadari bahwa Kurban Kristus dalam Ekaristi amat berharga dan bernilai bagi kehidupan rohani penulis. Penulis tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menghadiri misa pada Hari Minggu maupun misa harian, baik misa di Kapel Santo Petrus dan Paulus Kampung Jawa maupun di Komunitas Seminari Santo Yohanes don Bosco. Penulis amat merasakan bahwa misteri paskah pada setiap perayaan ekaristi membuat penulis semakin kuat dan teguh untuk menjalani panggilan sebagai frater dan bersemangat untuk berpastoral pada saat ini.

Begitu pula dengan Ibadat Harian atau brevir, penulis senantiasa mendoakannya baik itu dengan para seminaris bersama pastor direktur seminari atau pun mendoakannya secara pribadi di kamar. Penulis juga memiliki devosi kepada Kerahiman Ilahi (koronka) dan berdoa Rosario bersama Bunda Maria. Menghidupi devosi-devosi ini dengan disertai refleksi pada perjalanan panggilan membuat penulis betah pada kehidupan yang dijalani saat ini.

Menjalani hidup rohani bukan berarti lepas dari tantangan dan godaan yang setiap hari datang silih berganti. Terkadang penulis merasa jenuh pada rutinitas yang sama dan berulang-ulang, terkadang gejolak anak muda juga mendominasi diri penulis. Namun itu semua penulis serahkan pada Dia yang memanggil semua orang yang akan bekerja di kebun anggur-Nya.

2.4.2Manfaat Pendidikan

Para calon imam yang ingin menanggapi panggilan Tuhan pada jalur imamat wajib untuk menyelesaikan pendidikan, baik itu di seminari menengah, Tahun Rohani, studi S1 dan S2 di seminari tinggi baik itu di Seminari Santo Yohanes XXIII maupun di Seminari Santo Antonino Ventimiglia. Pendidikan yang cukup lama ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan umat yang dari tahun ke tahun semakin meningkat. Umat yang dilayani banyak yang memiliki pengetahuan tinggi menuntut imam yang juga memiliki pengetahuan yang luas.

Frater yang menjalani pastoral sudah pasti telah menyelesaikan studi S1 Filsafat dan Teologi. Pengetahuan yang diperoleh di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang membantu penulis untuk berinteraksi dengan umat yang dilayani. Pendidikan di bidang teologi yang menyangkut iman kristiani ternyata membantu umat yang haus akan hidup rohani. Penulis bersyukur dengan pendidikan yang diperoleh dapat membantu dalam karya pastoral di seminari. Penulis cukup merasa terbantu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari umat yang kadang-kadang masih mempertanyakan hal-hal yang berkaitan dengan iman.

Terkadang pengetahuan yang didapat di bangku kuliah agak berbeda dengan kenyataan di lapangan pastoral. Hal ini menjadi tantangan bagi penulis untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan baik yang didapat waktu studi di kampus dengan pengetahuan di lapangan. Apa yang penulis dapatkan membantu penulis dalam mendewasakan iman dan pengetahuan untuk pembinaan selanjutnya. Kemampuan penulis untuk menyesuaikan diri menjadi nilai lebih untuk beradaptasi pada lingkungan sekitar.

2.4.3Pengalaman Pastoral

Berpastoral di seminari memiliki pengalaman tersendiri bagi penulis. Betapa tidak, penulis bersama dengan direktur seminari dan staf seminari harus mendampingi para seminaris dari latar belakang berbeda dan masih bergejolak remaja yang ingin hidup bebas dan tidak seketat aturan seminari.

Pengalaman mengesankan adalah penulis sebagai frater TOP di seminari harus mendampingi pastor baru yang baru ditahbiskan menjadi imam dan langsung ditunjuk oleh Bapak Uskup untuk memimpin seminari menengah. Dengan kemampuan yang masih ‘meraba-raba’ cara mendampingi dan mengarahkan para seminaris, penulis merasa buta dan tertatih-tatih menemani imam baru di seminari. Terkadang ada rasa tidak mampu atau cakap dalam mendampingi adek-adek seminaris. Penulis merasa tidak memiliki ketegasan dalam mengambil suatu keputusan dan bahkan terasa ‘melarikan diri’ dari tanggung jawab sebagai frater TOP di seminari. Pengalaman berharga buat penulis untuk berkembang dalam belajar berpastoral yang baik.

Pengalaman lain yang berkesan juga adalah saat penulis merayakan ulang tahun, para seminaris membuat tanda tangan yang dibubuhkan pada selembar kertas sebagai bentuk dukungan terhdap penulis yang mendampingi mereka. Dalam kertas yang ditandatangani tersebut mereka menuliskan kalimat “meskipun kami nakal dan sulit untuk diatur, kami ingin dibimbing dan didampingi oleh Frater untuk melewati masa-masa kami sebagai remaja”. Inilah pengalaman berkesan yang membuat penulis tetap bersemangat dalam mendampingi para seminaris meskipun itu dilakukan dengan jatuh bangun, perasaan senang dan sedih bercampur menjadi satu dalam masa pastoral ini.

2.4.4Minat Pastoral

Pengalaman dekat dengan orang-orang muda dan keluarga pada saat pastoral memungkinkan penulis untuk ingin terjun dalam dunia remaja dan orang muda serta keluarga. Minat ini terutama ingin menjaring panggilan khusus bagi anak-anak muda yang merasa terpanggil untuk menjadi imam, biarawan-biarawati, katekis, dan lain-lain. Penulis amat senang melihat ada kumpulan anak-anak muda yang berhimpun untuk kegiatan rohani. Penulis juga tertarik pada keluarga-keluarga yang memperhatikan secara khusus pada panggilan remaja dan orang muda.

Dewasa ini cukup sulit menjaring minat anak-anak muda ke arah hidup rohani menjadi kaum religius. Perkembangan jaman dengan tawaran hidup yang baik, enak, mudah, teknologi komunikasi yang canggih membuat anak-anak muda enggan melirik pada panggilan yang harus mengucapkan kaul-kaul (ketaatan, kemiskinan, kemurnian) yang membuat anak muda tidak bebas untuk bergerak. Itulah sebagian besar pikiran anak muda untuk tidak memilih hidup rohani dan memilih tawaran hidup duniawi yang “wah …!”. Tugas berat bagi semua kaum religius dan para imam serta orang tua untuk mendampingi anak-anak muda agar tidak terjerumus jauh dan meninggalkan iman mereka.

2.4.5Gambaran Imam yang Ideal

Pengalaman berpastoral yang bersentuhan langsung dengan kehidupan umat, terutama dalam hal ini juga pendampingan para siswa seminaris adalah imam yang bertindak sebagai gembala baik. Gambaran imam ini sesuai dalam Kitab Suci yang memperlihatkan Yesus sebagai Gembala Baik yang dapat menuntun domba-domba-Nya ke padang rumput yang subur.

Ketika bersentuhan langsung dengan umat, gambaran imam sebagai gembala yang mau menyapa umatnya dengan senyuman hangat dan penuh kasih. Umat begitu terhibur dengan adanya sapaan hangat dari para imam yang penuh kasih. Ketika penulis bandingkan antara imam yang menyapa umat dengan senyuman dan kehangatan dengan imam lain yang menanggapi sapaan umat dengan sikap dingin, tampak sekali tanggapan dari umat. Umat dapat merasakan kehadiran imam yang mau memberikan hatinya secara tulus dengan imam yang hanya memberikan setengah-setengah dalam pelayanannya. Di sini penulis melihat peranan penting gambaran imam sebagai gembala baik untuk membawa umat pada keselamatan kekal bagi jiwa-jiwa yang membutuhkan uluran hangat kasih seorang imam.

Selain itu sebagai gembala yang penuh kasih, imam juga perlu bersifat tegas dan memberi nasihat yang baik bagi umat yang terkadang ‘nakal’ dan tidak dapat diberi tahu. Hal ini diperlukan agar tetap terjaga iman dan ajaran Gereja yang tetap dipegang teguh dan sesuai dengan jalan yang benar. Bagi seminaris sendiri, tangan imam yang kuat dan teguh berguna sebagai pemimpin dan pendamping dalam membimbing seminaris yang masih dalam proses on going formation di seminari.



BAGIAN III

PENUTUP

Keberadaan seminaris merupakan tulang punggung bagi Gereja karena panggilan religius terutama menjadi imam berawal dari mereka yang berniat masuk ke seminari. Seminari Menengah Santo Yohanes don Bosco merupakan jenjang awal untuk masuk ke dalam pembinaan selanjutnya. Begitu pentingnya kehadiran seminaris di seminari menengah maka perlu diperhatikan dan dibina agar menjadi orang-orang yang tangguh di kemudian hari.

Sikap dan perilaku siswa seminaris yang terkadang keluar dari aturan dan tata tertib yang diberlakukan di seminari dapat dikatakan wajar karena merupakan sesuatu yang wajar mereka sebagai remaja. Karena itu dukungan dari pihak-pihak yang perhatian terhadap pendidikan para seminaris amat diperlukan. Para orang tua, pastor paroki, orang tua asu yang peduli seminari memiliki peranan yang besar dalam pendidikan seminaris di Seminari Menengah Santo Yohanes don Bosco.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun