Mohon tunggu...
jonas pablea
jonas pablea Mohon Tunggu... -

Saya masih berstatus sebagai mahasisa STFT (Sekolah Tinggi Filsafat Teologi) Widya Sasana, Malang. Sekarang berada di tingkat akhir dan sedang proses penyelesaian skripsi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Laporan III TOP di Seminari Menengah ST Yohanes Don Bosco Samarinda

4 Juni 2014   07:51 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:27 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

No

Sasaran Jangka Pendek

Indikator

1

Pendampingan secara intensif kepada para seminaris dan acara-acara harian.

Seminaris dapat menyadari diri untuk berkembang dari hari ke hari sebagai calon imam pemimpin umat.

2

Mengadakan acara rekoleksi bulanan, pendalaman iman selama masa adven dan prapaskah.

Seluruh seminaris mengi-kuti kegiatan-kegiatan seminari.

2.3.7Nilai-Nilai

Nilai-nilai yang diperoleh dari persoalan dan pergumulan yang ada bersama para seminaris dan staf seminari adalah saling berbagi kasih di dalam komunitas, adanya kesabaran dari pihak staf, terlebih pastor direktur untuk mendampingi dan membimbing seminaris yang masih remaja ke arah pembinaan calon imam yang sesuai.

2.4Refleksi Pribadi

Dalam pembahasan kali ini, penulis akan memberikan refleksi pribadi atas pengalaman berpastoral dan hidup doa yang dialami selama menjalani masa TOP ini. Refleksi ini penting dalam mengolah panggilan ini dengan berlandaskan pada pengalaman berpastoral selama kurang lebih satu tahun di Seminari Santo Yohanes don Bosco.

2.4.1Kehidupan Rohani

Kehidupan rohani penulis amat terbantu selama berpastoral di seminari yang hidup rohaninya tertata dengan baik dan teratur. Seminari sebagai wadah pembinaan bagi para calon imam amat memperhatikan hidup rohani dengan sesering mungkin menghadiri misa harian dan mendoakan ibadat harian, baik ibadat pagi maupun ibadat sore dan completorium.

Berkaitan dengan Perayaan ekaristi, baik pada Hari Minggu maupun pada misa harian, penulis menyadari bahwa Kurban Kristus dalam Ekaristi amat berharga dan bernilai bagi kehidupan rohani penulis. Penulis tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menghadiri misa pada Hari Minggu maupun misa harian, baik misa di Kapel Santo Petrus dan Paulus Kampung Jawa maupun di Komunitas Seminari Santo Yohanes don Bosco. Penulis amat merasakan bahwa misteri paskah pada setiap perayaan ekaristi membuat penulis semakin kuat dan teguh untuk menjalani panggilan sebagai frater dan bersemangat untuk berpastoral pada saat ini.

Begitu pula dengan Ibadat Harian atau brevir, penulis senantiasa mendoakannya baik itu dengan para seminaris bersama pastor direktur seminari atau pun mendoakannya secara pribadi di kamar. Penulis juga memiliki devosi kepada Kerahiman Ilahi (koronka) dan berdoa Rosario bersama Bunda Maria. Menghidupi devosi-devosi ini dengan disertai refleksi pada perjalanan panggilan membuat penulis betah pada kehidupan yang dijalani saat ini.

Menjalani hidup rohani bukan berarti lepas dari tantangan dan godaan yang setiap hari datang silih berganti. Terkadang penulis merasa jenuh pada rutinitas yang sama dan berulang-ulang, terkadang gejolak anak muda juga mendominasi diri penulis. Namun itu semua penulis serahkan pada Dia yang memanggil semua orang yang akan bekerja di kebun anggur-Nya.

2.4.2Manfaat Pendidikan

Para calon imam yang ingin menanggapi panggilan Tuhan pada jalur imamat wajib untuk menyelesaikan pendidikan, baik itu di seminari menengah, Tahun Rohani, studi S1 dan S2 di seminari tinggi baik itu di Seminari Santo Yohanes XXIII maupun di Seminari Santo Antonino Ventimiglia. Pendidikan yang cukup lama ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan umat yang dari tahun ke tahun semakin meningkat. Umat yang dilayani banyak yang memiliki pengetahuan tinggi menuntut imam yang juga memiliki pengetahuan yang luas.

Frater yang menjalani pastoral sudah pasti telah menyelesaikan studi S1 Filsafat dan Teologi. Pengetahuan yang diperoleh di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang membantu penulis untuk berinteraksi dengan umat yang dilayani. Pendidikan di bidang teologi yang menyangkut iman kristiani ternyata membantu umat yang haus akan hidup rohani. Penulis bersyukur dengan pendidikan yang diperoleh dapat membantu dalam karya pastoral di seminari. Penulis cukup merasa terbantu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari umat yang kadang-kadang masih mempertanyakan hal-hal yang berkaitan dengan iman.

Terkadang pengetahuan yang didapat di bangku kuliah agak berbeda dengan kenyataan di lapangan pastoral. Hal ini menjadi tantangan bagi penulis untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan baik yang didapat waktu studi di kampus dengan pengetahuan di lapangan. Apa yang penulis dapatkan membantu penulis dalam mendewasakan iman dan pengetahuan untuk pembinaan selanjutnya. Kemampuan penulis untuk menyesuaikan diri menjadi nilai lebih untuk beradaptasi pada lingkungan sekitar.

2.4.3Pengalaman Pastoral

Berpastoral di seminari memiliki pengalaman tersendiri bagi penulis. Betapa tidak, penulis bersama dengan direktur seminari dan staf seminari harus mendampingi para seminaris dari latar belakang berbeda dan masih bergejolak remaja yang ingin hidup bebas dan tidak seketat aturan seminari.

Pengalaman mengesankan adalah penulis sebagai frater TOP di seminari harus mendampingi pastor baru yang baru ditahbiskan menjadi imam dan langsung ditunjuk oleh Bapak Uskup untuk memimpin seminari menengah. Dengan kemampuan yang masih ‘meraba-raba’ cara mendampingi dan mengarahkan para seminaris, penulis merasa buta dan tertatih-tatih menemani imam baru di seminari. Terkadang ada rasa tidak mampu atau cakap dalam mendampingi adek-adek seminaris. Penulis merasa tidak memiliki ketegasan dalam mengambil suatu keputusan dan bahkan terasa ‘melarikan diri’ dari tanggung jawab sebagai frater TOP di seminari. Pengalaman berharga buat penulis untuk berkembang dalam belajar berpastoral yang baik.

Pengalaman lain yang berkesan juga adalah saat penulis merayakan ulang tahun, para seminaris membuat tanda tangan yang dibubuhkan pada selembar kertas sebagai bentuk dukungan terhdap penulis yang mendampingi mereka. Dalam kertas yang ditandatangani tersebut mereka menuliskan kalimat “meskipun kami nakal dan sulit untuk diatur, kami ingin dibimbing dan didampingi oleh Frater untuk melewati masa-masa kami sebagai remaja”. Inilah pengalaman berkesan yang membuat penulis tetap bersemangat dalam mendampingi para seminaris meskipun itu dilakukan dengan jatuh bangun, perasaan senang dan sedih bercampur menjadi satu dalam masa pastoral ini.

2.4.4Minat Pastoral

Pengalaman dekat dengan orang-orang muda dan keluarga pada saat pastoral memungkinkan penulis untuk ingin terjun dalam dunia remaja dan orang muda serta keluarga. Minat ini terutama ingin menjaring panggilan khusus bagi anak-anak muda yang merasa terpanggil untuk menjadi imam, biarawan-biarawati, katekis, dan lain-lain. Penulis amat senang melihat ada kumpulan anak-anak muda yang berhimpun untuk kegiatan rohani. Penulis juga tertarik pada keluarga-keluarga yang memperhatikan secara khusus pada panggilan remaja dan orang muda.

Dewasa ini cukup sulit menjaring minat anak-anak muda ke arah hidup rohani menjadi kaum religius. Perkembangan jaman dengan tawaran hidup yang baik, enak, mudah, teknologi komunikasi yang canggih membuat anak-anak muda enggan melirik pada panggilan yang harus mengucapkan kaul-kaul (ketaatan, kemiskinan, kemurnian) yang membuat anak muda tidak bebas untuk bergerak. Itulah sebagian besar pikiran anak muda untuk tidak memilih hidup rohani dan memilih tawaran hidup duniawi yang “wah …!”. Tugas berat bagi semua kaum religius dan para imam serta orang tua untuk mendampingi anak-anak muda agar tidak terjerumus jauh dan meninggalkan iman mereka.

2.4.5Gambaran Imam yang Ideal

Pengalaman berpastoral yang bersentuhan langsung dengan kehidupan umat, terutama dalam hal ini juga pendampingan para siswa seminaris adalah imam yang bertindak sebagai gembala baik. Gambaran imam ini sesuai dalam Kitab Suci yang memperlihatkan Yesus sebagai Gembala Baik yang dapat menuntun domba-domba-Nya ke padang rumput yang subur.

Ketika bersentuhan langsung dengan umat, gambaran imam sebagai gembala yang mau menyapa umatnya dengan senyuman hangat dan penuh kasih. Umat begitu terhibur dengan adanya sapaan hangat dari para imam yang penuh kasih. Ketika penulis bandingkan antara imam yang menyapa umat dengan senyuman dan kehangatan dengan imam lain yang menanggapi sapaan umat dengan sikap dingin, tampak sekali tanggapan dari umat. Umat dapat merasakan kehadiran imam yang mau memberikan hatinya secara tulus dengan imam yang hanya memberikan setengah-setengah dalam pelayanannya. Di sini penulis melihat peranan penting gambaran imam sebagai gembala baik untuk membawa umat pada keselamatan kekal bagi jiwa-jiwa yang membutuhkan uluran hangat kasih seorang imam.

Selain itu sebagai gembala yang penuh kasih, imam juga perlu bersifat tegas dan memberi nasihat yang baik bagi umat yang terkadang ‘nakal’ dan tidak dapat diberi tahu. Hal ini diperlukan agar tetap terjaga iman dan ajaran Gereja yang tetap dipegang teguh dan sesuai dengan jalan yang benar. Bagi seminaris sendiri, tangan imam yang kuat dan teguh berguna sebagai pemimpin dan pendamping dalam membimbing seminaris yang masih dalam proses on going formation di seminari.



BAGIAN III

PENUTUP

Keberadaan seminaris merupakan tulang punggung bagi Gereja karena panggilan religius terutama menjadi imam berawal dari mereka yang berniat masuk ke seminari. Seminari Menengah Santo Yohanes don Bosco merupakan jenjang awal untuk masuk ke dalam pembinaan selanjutnya. Begitu pentingnya kehadiran seminaris di seminari menengah maka perlu diperhatikan dan dibina agar menjadi orang-orang yang tangguh di kemudian hari.

Sikap dan perilaku siswa seminaris yang terkadang keluar dari aturan dan tata tertib yang diberlakukan di seminari dapat dikatakan wajar karena merupakan sesuatu yang wajar mereka sebagai remaja. Karena itu dukungan dari pihak-pihak yang perhatian terhadap pendidikan para seminaris amat diperlukan. Para orang tua, pastor paroki, orang tua asu yang peduli seminari memiliki peranan yang besar dalam pendidikan seminaris di Seminari Menengah Santo Yohanes don Bosco.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun