Beberapa waktu yang lalu, saya sempat berkunjung ke tanjungpinang, kepulauan Riau memenuhi jemputan sebuah PH yang mengadakan pemutaran perdana sebuah Film karya anak Kepri yang berjudul Dua Warna. Filmnya memang berskala lokal Kepri, jadi jika anda penasaran dan mencari film tersebut di daftar putar bioskop-bioskop ternama negeri ini, sama saja halnya dengan mencari perawan dikalangan janda, atau mencari perjaka dikalangan duda. Baik kita lanjutkan.
Kota tanjungpinang itu cantik sekali, bersih dan itu terbukti dengan raihan piala Adipura yang didapatnya tahun ini. Orangnya ramah-ramah. Dan sangat cocok untuk liburan keluarga, karena di sana menawarkan tempat rekreasi terutama pantainya yang sekelas Bali. Sebut saja kawasan wisata lagoi di Bintan. Penasaran searching aja di mesin pencari anda.
Kita kembali ketopik, hari pertama penayangan di lakukan di sebuah aula SMK berjalan dengan cukup bagus dan dihadiri tamu undangan, para pemain serta beberapa pejabat kota tanjungpinang dan Pejabat Pemprov Kepri. Pada saat itu panitia sempat bercerita kepada saya bahwa yang paling dikhawatirkan disini adalah masalah listriknya. Karena menurut mereka yang warga tanjungpinang asli, listriknya sering byar,, prett. Sekali dua kali biasa, tapi menurut mereka satu hari bisa beberapa kali dan berlangsung lama. Dan wajarlah hal itu mengkhawatirkan, seandainya ditengah pemutaran film lampunya mati. Kan gak seru jadinya.
Hari kedua pemutaran dilakukan di gedung kesenian aisyah tanjungpinang. Di hari kedua ini diwarnai acara mati lampu. Jadi pas jadwal pemutaran malam, sekitar pukul 19.00 wib, penonton yang berdatangan harus kecewa karena tiba-tiba lampu mati. Pihak panitia pun kalang kabut menjelaskan kepada penonton tentang kondisi yang terjadi. Penonton protes. Dan itu wajar menurut saya.
Saat itu saya mencoba berbincang dengan warga yang notabenenya warga tanjungpinang, kata mereka “ya beginilah kondisinya, padahal lah kami demo jugak, masih begini”. Saya hanya tertawa kecil, dan bergumam dalam hati, demo itu ibarat berbisik di angin topan, gak terdengar gaungnya sampai kenurani. Dan lagi pula kita perlu solusi, bukan sekedar teriakan dan cacian pada yang di demo.
Itu kisah beberapa minggu yang lalu. Kita lanjutkan ke masa kini pula.