Mohon tunggu...
Adit Djam In
Adit Djam In Mohon Tunggu... -

ini hidup mu. jalani.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Walikota Berencana Pimpin Demo?

5 Juli 2013   08:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:59 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu yang lalu, saya sempat berkunjung ke tanjungpinang, kepulauan Riau memenuhi jemputan sebuah PH yang mengadakan pemutaran perdana sebuah Film karya anak Kepri yang berjudul Dua Warna. Filmnya memang berskala lokal Kepri, jadi jika anda penasaran dan mencari film tersebut di daftar putar bioskop-bioskop ternama negeri ini, sama saja halnya dengan mencari perawan dikalangan janda, atau mencari perjaka dikalangan duda. Baik kita lanjutkan.

Kota tanjungpinang itu cantik sekali, bersih dan itu terbukti dengan raihan piala Adipura yang didapatnya tahun ini. Orangnya ramah-ramah. Dan sangat cocok untuk liburan keluarga, karena di sana menawarkan tempat rekreasi terutama pantainya yang sekelas Bali. Sebut saja kawasan wisata lagoi di Bintan. Penasaran searching aja di mesin pencari anda.

Kita kembali ketopik, hari pertama penayangan di lakukan di sebuah aula SMK berjalan dengan cukup bagus dan dihadiri tamu undangan, para pemain serta beberapa pejabat kota tanjungpinang dan Pejabat Pemprov Kepri. Pada saat itu panitia sempat bercerita kepada saya bahwa yang paling dikhawatirkan disini adalah masalah listriknya. Karena menurut mereka yang warga tanjungpinang asli, listriknya sering byar,, prett. Sekali dua kali biasa, tapi menurut mereka satu hari bisa beberapa kali dan berlangsung lama. Dan wajarlah hal itu mengkhawatirkan, seandainya ditengah pemutaran film lampunya mati. Kan gak seru jadinya.

Hari kedua pemutaran dilakukan di gedung kesenian aisyah tanjungpinang. Di hari kedua ini diwarnai acara mati lampu. Jadi pas jadwal pemutaran malam, sekitar pukul 19.00 wib, penonton yang berdatangan harus kecewa karena tiba-tiba lampu mati. Pihak panitia pun kalang kabut menjelaskan kepada penonton tentang kondisi yang terjadi. Penonton protes. Dan itu wajar menurut saya.

Saat itu saya mencoba berbincang dengan warga yang notabenenya warga tanjungpinang, kata mereka “ya beginilah kondisinya, padahal lah kami demo jugak, masih begini”. Saya hanya tertawa kecil, dan bergumam dalam hati, demo itu ibarat berbisik di angin topan, gak terdengar gaungnya sampai kenurani. Dan lagi pula kita perlu solusi, bukan sekedar teriakan dan cacian pada yang di demo.

Itu kisah beberapa minggu yang lalu. Kita lanjutkan ke masa kini pula.

Seperti biasa setiap pagi saya selalu melihat info terbaru via internet, berbagai portal berita saya baca dan saya tertarik pada satu berita di sebuah portal berita harian tanjungpinang. Headline nyabegini “Lis Ancam Pimpin Demo ke Kantor PLN”. Jadi Lis yang dimaksud itu adalah Walikota tanjungpinang, Lis Darmansyah. Namun headlinenya tidak bisa ditafsirkan bahwa beliau yang akan langsung pimpin demo, bisa saja cara lain dan itu saya katakan berdasarkan salah satu kutipan dalam berita tersebut. Berikut kutipannya “Kalau tidak ada komitmen, saya akan turun sendiri bersama masyarakat. Turun untuk menyampaikan aspirasi ke PLN. Tapi tidak harus berunjuk rasa,” tegas Lis.

Melihat berita itu saya jadi berpikir ulang tentang gumaman hati saya sewaktu di tanjungpinang dulu.Dan saya tertawa ternyata kali ini salah, dan saya ralat menjadi, demo itu ibarat tsunami yang menghancurkan, bila di picu oleh gempa berskala besar, dia tidak hanya menyentuh hati nurani, tapi juga membuka pintu Bengal nya pemikiran selama ini. Bravo pak wali. Ketegasan anda barang langka di saat ini.

Tapi tetap solusi yang kita butuhkan. Saat ini jika masih bergantung pada mesin diesel dengan tenaga dari bahan bakar fosil, maka di masa akan datang listrik itu akan menjadi barang langka seiring langkanya bahan bakarnya. ada hal telah dilakukan PT. PLN (persero), salah satunya beralih ke bahan bakar alternatif.Kita lihat saja cerita ke depannya.

Tq

caww

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun