Mohon tunggu...
Hendra Fu
Hendra Fu Mohon Tunggu... wiraswasta -

a traveler who loves to spend d sunset time with bottles of beer and ciggy at d beach, calm this mind with criket's song at an isolated village, enjoy the beats in every party club, adore the cultural heritages at traditional sites, and meet new people to travel with

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tragedi Berdarah Khmer Merah

4 November 2013   20:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:35 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bayangkan, di hadapan ibunya sendiri, seorang bayi maupun balita harus meregang nyawanya di pohon ini. Penjaga memegang salah satu atau kedua kaki sang anak dan tubuh si anak dibenturkan dengan keras di pohon ini hingga meninggal

Bangunan ini dibangun sebagai tempat penyimpanan tulang-tulang para korban. Disini pula orang-orang bisa bersembahyang untuk menghormati tempat peristirahatan terakhir para korban

Tulang-belulang korban, berikut pakaian terakhir yang dikenakannya disimpan dengan rapi dalam lemari kaca besar menjulang ini

Tuol Sleng dan Choeung Ek adalah saksi bisu kekejaman rejim Khmer Merah di masa lalu. Meski tragedi itu telah lama berlalu, namun luka yang dirasakan keluarga yang ditinggalkan tidak akan dengan mudah terhapus begitu saja. Para petinggi Khmer Merah memang telah ditangkap dan dihakimi di Mahkamah Internasional, namun tetap saja tidak bisa mengembalikan wakut dimana orang-orang tidak berdosa tersebut tidak semestinya menjadi korban kebiadaban mereka.

Saya pulang dari Choeung Ek dengan wajah yang pucat dan datar, masih tidak percaya kalau sempat terjadi tragedi kemanusiaan separah itu di sini. Sepanjang perjalanan saya terus saja mengucap syukur karena saya tidak dilahirkan di Phnom Penh pada jaman Khmer Merah dan tidak pernah mengalami masa dimana rejim pemerintah bertindak semena-mena terhadap rakyatnya. Trully, deep inside my heart, saya turut berbelasungkawa…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun